Kisah Marlon Lumangkun Penjual Gorengan yang Raup Untung Puluhan Juta hingga Mampu Beli Mobil

Jum'at, 18 Maret 2022 - 17:24 WIB
loading...
A A A
Dabu-dabu roa merupakan ciri khas di Manado, yang wajib disediakan untuk menikmati gorengan. Kalau tidak ada dabu-dabu roa, gorengan tidak akan laku dijual. Gorengan yang dijualnya antara lain tahu, tempe, ubi goreng, pisang goroho, pisang kipas, bakwan sayur, dan bakwan jagung dengan harga Rp2000 per potong. Untuk jam bukanya mulai pukul 07.00-21.00 WITA.

Awal membuka usaha gorengan yang dinamakan Raja Gorengan Dabu-dabu Roa Maknyus pada Februari 2019, tak langsung berjalan mulus. Bahkan sampai sekitar delapan bulan masih sepi peminat.

Kisah Marlon Lumangkun Penjual Gorengan yang Raup Untung Puluhan Juta hingga Mampu Beli Mobil


"Mental saya dalam usaha saat itu memang diuji. Saat penjualan sepi, rasa bimbang untuk meneruskan usaha atau beralih terus membayangi. Namun saya tetap memiliki keyakinan untuk terus berusaha," ucapnya

Secara perlahan-lahan penjualannya terus meningkat, dalam sebulan dia pendapatan bersihnya sampai Rp10 juta. Pendapatan itu setelah dipotong untuk membayar gaji tiga karyawannya, dan bahan untuk membuat gorengan.

Hingga pada pertengahan 2021, dari hasil menjual gorengan Marlon bisa membeli mobil jenis MPV secara tunai. Mobil itu digunakan untuk menunjang kegiatannya. "Setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya putuskan untuk membeli mobil. Saya belinya tunai," ujarnya sambil tersenyum.



Mobil tersebut digunakannya untuk belanja bahan-bahan gorengan, sebab jika menggunakan sepeda motor tidak akan mampu membawa belanjaan. "Dahulu kalau ke pasar masih menggunakan sepeda motor, tapi setelah beberapa waktu bahan yang dibeli terus bertambah, makanya dengan adanya mobil sangat membantu," katanya.

Dia berbelanja sendiri ke Pasar Bersehati. Dia datang ke pasar untuk berbelanja, setiap pukul 03.00 WITA. "Kalau ke pasar saya pagi-pagi sekali. Penjualnya terlebih dahulu saya telepon, untuk menyerahkan bahan-bahan yang akan saya beli. Jadi, ketika sampai tinggal membayar dan mengambil baragnya," ungkapnya.

Bahkan tidak itu saja, dia kemudian berhasil mengembangkan usahanya dengan menyewa tenant kembali di lokasi yang sama dengan menjual berbagai macam jus buah. "Selain dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli kendaraan, hasilnya saya bisa mengembangkan usaha dengan menyewa tenant kembali di Alfamart Malalayang untuk berjualan berbagai macam jus buah," tuturnya.

Saat pandemi COVID-19 melanda, usahanya sempat terdampak cukup parah. Di awal-awal pandemi omzetnya menurun sampai 50 persen per bulan. "Awal pandemi parah banget, ya kalau dibandingkan sekarang mendinganlah, ada perbedaan dibandingkan dengan awal pandemi. Memang belum normal, tetapi namanya usaha kadang naik kadang turun," pungkasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3067 seconds (0.1#10.140)
pixels