Kisah Marlon Lumangkun Penjual Gorengan yang Raup Untung Puluhan Juta hingga Mampu Beli Mobil

Jum'at, 18 Maret 2022 - 17:24 WIB
loading...
Kisah Marlon Lumangkun Penjual Gorengan yang Raup Untung Puluhan Juta hingga Mampu Beli Mobil
Marlon Lumangkun, sukses merintis usaha gorengan sejak Februari 2019. Foto/iNews TV/Subhan Sabu
A A A
MANADO - Marlon Lumangkun tersenyum bahagia sambil mengemudikan mobil merahnya. Siapa sangka, mobil MPV yang dikemudikan pria asal Manado tersebut, merupakan hasil keuntungannya berjualan gorengan yang dirintis sejak awal Februari 2019 silam.



"Usaha tidak akan mengkhianati hasil". Hal itu benar-benar dibuktikan Marlon. Dia bercerita bahwa dulunya merupakan karyawan swasta. Karena pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan kebutuhan yang sangat banyak, dia akhirnya memutuskan berhenti bekerja pada 2018 lalu.



"Setelah berhenti bekerja, merasa bingung untuk membuka usaha apa. Namun setelah dipikir-pikir akhirnya saya memutuskan untuk membuka usaha gorengan, karena saya suka menikmati gorengan," kata Marlon, Jumat (18/3/2022).



Bukan perkara mudah bagi Marlon dalam memulai usaha, karena untuk membuat adonan gorengan saja dia tidak tahu. Namun dia tetap bertekad kuat untuk memulai usaha itu, dengan belajar secara otodidak melalui Google dan Youtube.

Hasil belajar itu, dia praktikkan beberapa kali. Dia kemudian membagikan gorengan buatannya kepada orang-orang terdekat. Sejumlah orang yang mencicipinya, mengatakan gorengannya rasanya lezat, hal ini membuat Marlon bersemangat.

Marlon memberanikan diri menyewa tenant di depan minimarket di Malalayang, dan mulai menjual berbagai jenis gorengan dengan modal awal sekitar Rp25 juta. "Saya memilih berjualan di Alfamart Malalayang, karena selain lokasinya yang strategis terletak di Jalan Trans Sulawesi, tempatnya juga dekat dengan perkantoran, rumah sakit dan pemukiman warga," tuturnya.



Sebagai bahan pelengkap untuk menikmati gorengan, pria berambut lurus ini juga menyediakan dabu-dabu roa, yang diraciknya sendiri. Jenis sambal tersebut dikatakannya sampai saat ini dijaga kualitasnya. "Untuk dabu-dabu roa saya meraciknya sendiri. Setiap hari saya harus menyediakan 2 kg cabai rawit dan ikan roa serta bahan lainnya," katanya.

Dabu-dabu roa merupakan ciri khas di Manado, yang wajib disediakan untuk menikmati gorengan. Kalau tidak ada dabu-dabu roa, gorengan tidak akan laku dijual. Gorengan yang dijualnya antara lain tahu, tempe, ubi goreng, pisang goroho, pisang kipas, bakwan sayur, dan bakwan jagung dengan harga Rp2000 per potong. Untuk jam bukanya mulai pukul 07.00-21.00 WITA.

Awal membuka usaha gorengan yang dinamakan Raja Gorengan Dabu-dabu Roa Maknyus pada Februari 2019, tak langsung berjalan mulus. Bahkan sampai sekitar delapan bulan masih sepi peminat.

Kisah Marlon Lumangkun Penjual Gorengan yang Raup Untung Puluhan Juta hingga Mampu Beli Mobil


"Mental saya dalam usaha saat itu memang diuji. Saat penjualan sepi, rasa bimbang untuk meneruskan usaha atau beralih terus membayangi. Namun saya tetap memiliki keyakinan untuk terus berusaha," ucapnya

Secara perlahan-lahan penjualannya terus meningkat, dalam sebulan dia pendapatan bersihnya sampai Rp10 juta. Pendapatan itu setelah dipotong untuk membayar gaji tiga karyawannya, dan bahan untuk membuat gorengan.

Hingga pada pertengahan 2021, dari hasil menjual gorengan Marlon bisa membeli mobil jenis MPV secara tunai. Mobil itu digunakan untuk menunjang kegiatannya. "Setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya putuskan untuk membeli mobil. Saya belinya tunai," ujarnya sambil tersenyum.



Mobil tersebut digunakannya untuk belanja bahan-bahan gorengan, sebab jika menggunakan sepeda motor tidak akan mampu membawa belanjaan. "Dahulu kalau ke pasar masih menggunakan sepeda motor, tapi setelah beberapa waktu bahan yang dibeli terus bertambah, makanya dengan adanya mobil sangat membantu," katanya.

Dia berbelanja sendiri ke Pasar Bersehati. Dia datang ke pasar untuk berbelanja, setiap pukul 03.00 WITA. "Kalau ke pasar saya pagi-pagi sekali. Penjualnya terlebih dahulu saya telepon, untuk menyerahkan bahan-bahan yang akan saya beli. Jadi, ketika sampai tinggal membayar dan mengambil baragnya," ungkapnya.

Bahkan tidak itu saja, dia kemudian berhasil mengembangkan usahanya dengan menyewa tenant kembali di lokasi yang sama dengan menjual berbagai macam jus buah. "Selain dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli kendaraan, hasilnya saya bisa mengembangkan usaha dengan menyewa tenant kembali di Alfamart Malalayang untuk berjualan berbagai macam jus buah," tuturnya.

Saat pandemi COVID-19 melanda, usahanya sempat terdampak cukup parah. Di awal-awal pandemi omzetnya menurun sampai 50 persen per bulan. "Awal pandemi parah banget, ya kalau dibandingkan sekarang mendinganlah, ada perbedaan dibandingkan dengan awal pandemi. Memang belum normal, tetapi namanya usaha kadang naik kadang turun," pungkasnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2061 seconds (0.1#10.140)