Gubernur Sulsel Minta Kabupaten/Kota Proaktif Edukasi Masif
loading...
A
A
A
Nurdin memaparkan berkat intervensi yang dilakukan pemerintah melalui tim gugus, angka pertumbuhan kasus positif COVID-19 sekarang bisa ditekan hingga di angka 8%. Laju penyebaran virus pun jauh lebih melambat sekitar 8 hari untuk virus itu menggandakan atau menularkan ke orang lain.
Hal ini turun signifikan saat bulan Maret lalu, saat belum ada upaya intervensi yang dilakukan. Pertumbuhan kasus saat itu mencapai 28%, dengan penggandaan virus lebih cepat, butuh 3-4 hari.
"Tentu ada PR kita dari analisa seluruhnya yang kita sudah lakukan itu ada 30% OTG yang sementara kita telusuri dan kita lacak keberadaannya. Tentu ini untuk mencegah penularan yang lebih luas," pungkas dia.
Dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, pencegahan dan pengendalian Covid-19 difokuskan kepada empat daerah episentrum. Salah satu, Kota Makassar sebagai episentrum utama. Lalu Kabupaten Gowa, Maros, dan Luwu Timur yang angka kasusnya masih besar.
Apalagi dengan kemunculan klaster baru di Sulsel. Misalnya sebut Nurdin, adanya kemunculan kasus terkonfirmasi positif warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, Gowa.
"Memang terakhir klaster lapas wanita itu mengagetkan kita, karena ada 48 yang terkonfirmasi positif setelah hasil rapid, kemudian dilanjutkan swab. Tetapi ada 8 yang kita harus rujuk ke rumah sakit. Sisanya kita karantina di duta COVID-19, di hotel," imbuhnya.
Nurdin mengaku sudah berkoordinasi dengan Kanwil Kemenkumham Sulsel untuk menangani hal ini. Bantuan sebanyak 5.000 rapid test diberikan untuk dilakukan sebagai upaya tracking contact, menelusuri warga binaan lainnya yang berpotensi menularkan.
"Yakinlah, dengan tren kenaikan ini mudah-mudahan ini suatu tanda baik bahwa semakin aktif kita melakukan tracking kontak, semakin aktif melakukan testing, baik itu rapid test maupun PCR. Mudah-mudahan ini cukup menekan angka pertumbuhan," harap Nurdin.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar, dr Wachyudi Muchsin mengapresiasi langkan tracking dan testing massal yang dilakukan pemerintah. Upaya ini mampu mendeteksi lebih cepat warga yang rentan terpapar COVID-19.
Dengan demikian, mereka yang terpapar bisa ditangani segera entah dengan isolasi mandiri atau melalui perawatan di rumah sakit rujukan. "Ini cepat supaya kita tahu dan bisa preventif apa yang harus dilakukan pada orang-orang yg kena Covid-19," tutur Yudi aaat bincang santai melalui live instagram SINDONews, kemarin.
Hal ini turun signifikan saat bulan Maret lalu, saat belum ada upaya intervensi yang dilakukan. Pertumbuhan kasus saat itu mencapai 28%, dengan penggandaan virus lebih cepat, butuh 3-4 hari.
"Tentu ada PR kita dari analisa seluruhnya yang kita sudah lakukan itu ada 30% OTG yang sementara kita telusuri dan kita lacak keberadaannya. Tentu ini untuk mencegah penularan yang lebih luas," pungkas dia.
Dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, pencegahan dan pengendalian Covid-19 difokuskan kepada empat daerah episentrum. Salah satu, Kota Makassar sebagai episentrum utama. Lalu Kabupaten Gowa, Maros, dan Luwu Timur yang angka kasusnya masih besar.
Apalagi dengan kemunculan klaster baru di Sulsel. Misalnya sebut Nurdin, adanya kemunculan kasus terkonfirmasi positif warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Sungguminasa, Gowa.
"Memang terakhir klaster lapas wanita itu mengagetkan kita, karena ada 48 yang terkonfirmasi positif setelah hasil rapid, kemudian dilanjutkan swab. Tetapi ada 8 yang kita harus rujuk ke rumah sakit. Sisanya kita karantina di duta COVID-19, di hotel," imbuhnya.
Nurdin mengaku sudah berkoordinasi dengan Kanwil Kemenkumham Sulsel untuk menangani hal ini. Bantuan sebanyak 5.000 rapid test diberikan untuk dilakukan sebagai upaya tracking contact, menelusuri warga binaan lainnya yang berpotensi menularkan.
"Yakinlah, dengan tren kenaikan ini mudah-mudahan ini suatu tanda baik bahwa semakin aktif kita melakukan tracking kontak, semakin aktif melakukan testing, baik itu rapid test maupun PCR. Mudah-mudahan ini cukup menekan angka pertumbuhan," harap Nurdin.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar, dr Wachyudi Muchsin mengapresiasi langkan tracking dan testing massal yang dilakukan pemerintah. Upaya ini mampu mendeteksi lebih cepat warga yang rentan terpapar COVID-19.
Dengan demikian, mereka yang terpapar bisa ditangani segera entah dengan isolasi mandiri atau melalui perawatan di rumah sakit rujukan. "Ini cepat supaya kita tahu dan bisa preventif apa yang harus dilakukan pada orang-orang yg kena Covid-19," tutur Yudi aaat bincang santai melalui live instagram SINDONews, kemarin.