Gubernur Sulsel Minta Kabupaten/Kota Proaktif Edukasi Masif
loading...
A
A
A
"Jadi harusnya peraturan walikota, peraturan bupati itu yang harus dilakukan secara ketat. Tetapi kenyataannya hasil ini gugus tugas provinsi yang lebih aktif, sehingga saya pikir kedepan yang kita butuh ini bagaimana pemerintah kota secara berjenjang mulai dari camat, lurah, RT, RW," urai dia.
Ketua Gugus Tugas COVID-19 Sulsel memgaku, peningkatan kasus terkonfirmasi positif beberapa hari belakangan, karena efek dari pelonggaran. Kebijakan yang dibuat Pemkot Makassar ini berdampak pada kenaikan kurva epidemi di Sulsel.
"Kita juga sangat prihatin bahwa Makassar kalau kita lihat mulai begitu longgar. Walaupun kita memang kita lagi menyiapkan skenarionya. Kita sudah siapkan secara bertahap. Apakah karena ketidaktahuan Pj Wali Kota yang baru kita, sehingga langsung melonggarkan," paparnya.
Padahal kata Nurdin, pelonggaran aktivitas umum tidak bisa serta merta dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. Makanya, Makassar sebagai episentrum utama penularan virus di Sulsel, mesti bersinergi dengan Pemprov Sulsel sebelum mengambil langkah.
"Kita juga kaget tiba-tiba ada itu (pelonggaran). Tapi tidak masalah, yang penting kita sudah sampaikan kepada gugus tugas kota Makassar untuk terus melakukan tracking lebih masif lagi. Sehingga kita bisa menemukan orang-orang yang berpotensi menular," tutur dia.
Nurdin memaparkan, bersama tim ahli di Gugus Tugas COVID-19 Sulsel telah menganalisa tren kenaikan penularan virus korona di Sulsel. Dari hasil analisa, puncak pandemi COVID-19 diprediksi akhir Juni 2020.
Baca Juga : Siap-siap, Skenario PSBB Tahap Ketiga Bakal Diterapkan di Makassar
"Memang dari seluruh tim kita itu sudah menganalisa bahwa prediksi puncak pandemi virus corona di Sulsel itu akan terjadi pada akhir Juni 2020, bahkan melewati. Tapi kalau Kota Makassar, puncaknya kira-kira minggu ketiga," sebut Nurdin.
Lebih jauh dijelaskan, peningkatan kasus COVID-19 di Sulsel bukan karena pemerintah tak bekerja. Justru, percepatan penambahan kasus ini lantaran massive tracking dan intensive testing. Agenda ini sangat efektif untuk menekan kurva laju penyebaran COVID-19.
"Dengan penelusuran kontak kasus positif ini tentu dapat kita kendalikan cepat, karena setelah kita temukan, kita karantina mereka. Terutama yang terpapar Covid-19 tapi tanpa gejala. Ini tentu dapat memutus potensi penyebaran yang lebih luas," tukasnya.
Ketua Gugus Tugas COVID-19 Sulsel memgaku, peningkatan kasus terkonfirmasi positif beberapa hari belakangan, karena efek dari pelonggaran. Kebijakan yang dibuat Pemkot Makassar ini berdampak pada kenaikan kurva epidemi di Sulsel.
"Kita juga sangat prihatin bahwa Makassar kalau kita lihat mulai begitu longgar. Walaupun kita memang kita lagi menyiapkan skenarionya. Kita sudah siapkan secara bertahap. Apakah karena ketidaktahuan Pj Wali Kota yang baru kita, sehingga langsung melonggarkan," paparnya.
Padahal kata Nurdin, pelonggaran aktivitas umum tidak bisa serta merta dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. Makanya, Makassar sebagai episentrum utama penularan virus di Sulsel, mesti bersinergi dengan Pemprov Sulsel sebelum mengambil langkah.
"Kita juga kaget tiba-tiba ada itu (pelonggaran). Tapi tidak masalah, yang penting kita sudah sampaikan kepada gugus tugas kota Makassar untuk terus melakukan tracking lebih masif lagi. Sehingga kita bisa menemukan orang-orang yang berpotensi menular," tutur dia.
Nurdin memaparkan, bersama tim ahli di Gugus Tugas COVID-19 Sulsel telah menganalisa tren kenaikan penularan virus korona di Sulsel. Dari hasil analisa, puncak pandemi COVID-19 diprediksi akhir Juni 2020.
Baca Juga : Siap-siap, Skenario PSBB Tahap Ketiga Bakal Diterapkan di Makassar
"Memang dari seluruh tim kita itu sudah menganalisa bahwa prediksi puncak pandemi virus corona di Sulsel itu akan terjadi pada akhir Juni 2020, bahkan melewati. Tapi kalau Kota Makassar, puncaknya kira-kira minggu ketiga," sebut Nurdin.
Lebih jauh dijelaskan, peningkatan kasus COVID-19 di Sulsel bukan karena pemerintah tak bekerja. Justru, percepatan penambahan kasus ini lantaran massive tracking dan intensive testing. Agenda ini sangat efektif untuk menekan kurva laju penyebaran COVID-19.
"Dengan penelusuran kontak kasus positif ini tentu dapat kita kendalikan cepat, karena setelah kita temukan, kita karantina mereka. Terutama yang terpapar Covid-19 tapi tanpa gejala. Ini tentu dapat memutus potensi penyebaran yang lebih luas," tukasnya.