Sekeluarga PDP di Surabaya Meninggal Dunia dalam Kurun Satu Pekan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kematian satu keluarga Pasien Dalam Pamantauan (PDP) terjadi di Surabaya. Sekeluarga yang terdiri tiga dewasa dan satu janin berusia delapan tahun di kandungan menghembuskan nafas dalam kurun satu pekan ini.
Data ini diungkapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya. Keluarga tersebut beralamat di kawasan Jalan Gubeng Kertajaya, Surabaya. Ketiga orang dewasa tersebut adalah pasangan suami istri berusia 68 dan 61 tahun. Serta seorang perempuan, inisial D, yang tengah mengandung janin usia delapan bulan.
Informasi yang dihimpun, kasus ini berawal dari D yang tengah hamil delapan bulan ini mengeluh sakit batu, pilek serta sesak nafas. Yang bersanngkutan selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit PHC Surabaya pada 26 Mei 2020. D dirawat di ruang isolasi karena hasil rapid test reaktif.
Selang sehari (27 Mei 2020), janin bayi dalam kandungan D dinyatakan meninggal dunia. Sang ibu dari janin ini pun pada 30 Mei menghembuskan nafas terakhir.
Tak hanya ibu dan janin yang masih delapan bulan, indikasi Covid-19 juga merembet ke kedua orang tua D, yakni G dan C. Pasangan suami istri ini mengalami gejala demam, batuk dan sesak nafas. Akhirnya kedua orang ini dibawa ke Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari untuk menjalani perawatan pada 29 Mei.
Takdir berkata lain, sehari dirawat korban G meninggal dunia. Selang beberapa hari, tepatnya 2 Juni 2020 sang istri, C, menyusul untuk pergi untuk selama-lamanya.
Pasca meninggalnya satu keluarga, saat ini Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya melakukan tracking dan mengkarantina lima orang keluarga yang kontak erat dengan korban. Rapid test pun dilakukan terhadap 69 warga di satu kampung tersebut.
Wakil Koordinator Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Fikser Mora, membenarkan ada satu keluarga yang meninggal dunia. Dia menegaskan, hasil tes swab memang belum keluar.
"Pemkot sudah melakukan rapid tes di gang itu. Ada 69 orang, mereka dalam satu rumah rapid tesnya reaktif. Ada yang diisolasi di rumah dan di hotel. Akan ada skala prioritas swab agar kita bisa melakukan langkah medis apabila yang bersangkutan apa ada penyakit bawaan atau murni positif. Kita berharap hasil swabnya negative ya," ujar Fikser.
Sementara itu, berdasarkan hasil diagnosa terhadap pasutri G dan C, pihak rumah sakit yang merawat menjelaskan hasil pemeriksaan mengarah pada PDP atau indikasi Covid-19 kendati hasil swab belum keluar.
Data ini diungkapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya. Keluarga tersebut beralamat di kawasan Jalan Gubeng Kertajaya, Surabaya. Ketiga orang dewasa tersebut adalah pasangan suami istri berusia 68 dan 61 tahun. Serta seorang perempuan, inisial D, yang tengah mengandung janin usia delapan bulan.
Informasi yang dihimpun, kasus ini berawal dari D yang tengah hamil delapan bulan ini mengeluh sakit batu, pilek serta sesak nafas. Yang bersanngkutan selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit PHC Surabaya pada 26 Mei 2020. D dirawat di ruang isolasi karena hasil rapid test reaktif.
Selang sehari (27 Mei 2020), janin bayi dalam kandungan D dinyatakan meninggal dunia. Sang ibu dari janin ini pun pada 30 Mei menghembuskan nafas terakhir.
Tak hanya ibu dan janin yang masih delapan bulan, indikasi Covid-19 juga merembet ke kedua orang tua D, yakni G dan C. Pasangan suami istri ini mengalami gejala demam, batuk dan sesak nafas. Akhirnya kedua orang ini dibawa ke Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari untuk menjalani perawatan pada 29 Mei.
Takdir berkata lain, sehari dirawat korban G meninggal dunia. Selang beberapa hari, tepatnya 2 Juni 2020 sang istri, C, menyusul untuk pergi untuk selama-lamanya.
Pasca meninggalnya satu keluarga, saat ini Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya melakukan tracking dan mengkarantina lima orang keluarga yang kontak erat dengan korban. Rapid test pun dilakukan terhadap 69 warga di satu kampung tersebut.
Wakil Koordinator Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Fikser Mora, membenarkan ada satu keluarga yang meninggal dunia. Dia menegaskan, hasil tes swab memang belum keluar.
"Pemkot sudah melakukan rapid tes di gang itu. Ada 69 orang, mereka dalam satu rumah rapid tesnya reaktif. Ada yang diisolasi di rumah dan di hotel. Akan ada skala prioritas swab agar kita bisa melakukan langkah medis apabila yang bersangkutan apa ada penyakit bawaan atau murni positif. Kita berharap hasil swabnya negative ya," ujar Fikser.
Sementara itu, berdasarkan hasil diagnosa terhadap pasutri G dan C, pihak rumah sakit yang merawat menjelaskan hasil pemeriksaan mengarah pada PDP atau indikasi Covid-19 kendati hasil swab belum keluar.