Angka Kematian Ibu Hamil di KBB Masih Tinggi, Didominasi Pendarahan Pascamelahirkan

Kamis, 11 November 2021 - 14:59 WIB
loading...
Angka Kematian Ibu Hamil di KBB Masih Tinggi, Didominasi Pendarahan Pascamelahirkan
Dosen serta dokter muda dari Fakultas Kedokteran Unjani, Cimahi, memberikan edukasi ke para bidan di wilayah kerja Puskesmas Batujajar dalam menekan angka kematian ibu pascamelahirkan. MPI/Adi
A A A
BANDUNG BARAT - Puskesmas Batujajar dan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi melakukan edukasi kepada para bidan di Kecamatan Batujajar sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu hamil.

Pasalnya bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas dan Polindes yang memiliki peran penting dalam deteksi dini risiko kehamilan. Sehingga mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mencegah komplikasi kehamilan yang bisa menyebabkan kematian ibu.

"Edukasi ini sebagai pengabdian ke masyarakat untuk berkontribusi terhadap penurunan kematian ibu hamil melalui deteksi dini kehamilan risiko tinggi (KRT) dan pencegahan komplikasi kehamilan," terang dokter ahli kebidanan dan kandungan, Fakultas Kedokteran Unjani, Ifa Siti Fasihah, Kamis (11/11/2021).

Berdasarkan data, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi. Pada tahun 2019 AKI di Indonesia yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target AKI indonesia pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih tinggi untuk di wilayah ASEAN.

Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan menunjukkan AKI di Jawa Barat tahun 2017 sebesar 116 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih 127 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2018, jumlah kematian ibu di KBB sebanyak 38 kasus dari 29.828 kelahiran hidup. Baca: Belasan Tahun di Tempat Pengungsian, Ratusan Warga Afghanistan Geruduk Kanwil Kemenkumham Jatim.

"Penyebab AKI karena didominasi perdarahan pasca persalinan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Serta terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk dan terlambat mendapat pertolongan," sebutnya.

Lebih lanjut dikatakannya, kasus komplikasi pada kehamilan dapat mengancam jiwa. Namun pada 80% kasus komplikasi dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan. Upaya tersebut dapat dilakukan hanya apabila tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi tersebut. Baca Juga: Tersinggung Disebut Reseh Saat Mabuk Tuak, Pemuda Ogan Ilir Tusuk Teman hingga Tewas.

"Deteksi dini juga bisa dilakukan tenaga kesehatan dan masyarakat melalui program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Sehingga diharapkan tujuan SDGs dimana target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030, bisa tercapai," pungkasnya.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1013 seconds (0.1#10.140)