Pemilih Jabar Terbelah, Ridwan Kamil Butuh Tambahan Modal Maju Pilpres 2024
loading...
A
A
A
Namun, kandidat doktoral ilmu politik Universitas Indonesia (UI) itu mengungkapkan, realitas politik yang harus menjadi catatan. Menurutnya, suara pemilih di Jabar belum sepenuhnya milik Ridwan Kamil. Polaritas sosial politik yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa publik Jabar masih terbelah dalam referensi politik figur yang berbeda.
"Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Ridwan Kamil. Perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh DPT (daftar pemilih tetap) terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia itu melalui posisinya sebagai kepala daerah Jawa Barat," jelas Eko.
Meski begitu Eko menilai, formulasi untuk merawat dan melejitkan tingkat keterkenalan atau pengetahuan publik serta afeksi terhadap figur dan kinerja serta kepemimpinan Ridwan masih terbuka lebar.
Pasalnya, masih ada sekitar 3 tahun lagi untuk merealisasikan setiap konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang sudah disusunnya.
Eko yakin, realiasi konsep dan program tersebut secara tidak langsung akan memoles citra Ridwan Kamil sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif sekaligus disukai publik Jabar, bahkan nasional. Sehingga, rekam jejak kepemimpinannya akan terekam di benak publik luas Indonesia.
"Tidak bisa dipungkiri, panggung kerja dan prestasi sebagai kepala daerah termasuk etalase sekaligus modal yang paling mudah untuk dirawat demi menjaga stabilitas popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya, jika memang Ridwan Kamil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dan representasi Jawa Barat," tandasnya.
"Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Ridwan Kamil. Perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh DPT (daftar pemilih tetap) terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia itu melalui posisinya sebagai kepala daerah Jawa Barat," jelas Eko.
Meski begitu Eko menilai, formulasi untuk merawat dan melejitkan tingkat keterkenalan atau pengetahuan publik serta afeksi terhadap figur dan kinerja serta kepemimpinan Ridwan masih terbuka lebar.
Pasalnya, masih ada sekitar 3 tahun lagi untuk merealisasikan setiap konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang sudah disusunnya.
Eko yakin, realiasi konsep dan program tersebut secara tidak langsung akan memoles citra Ridwan Kamil sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif sekaligus disukai publik Jabar, bahkan nasional. Sehingga, rekam jejak kepemimpinannya akan terekam di benak publik luas Indonesia.
"Tidak bisa dipungkiri, panggung kerja dan prestasi sebagai kepala daerah termasuk etalase sekaligus modal yang paling mudah untuk dirawat demi menjaga stabilitas popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya, jika memang Ridwan Kamil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dan representasi Jawa Barat," tandasnya.
(nic)