Pemilih Jabar Terbelah, Ridwan Kamil Butuh Tambahan Modal Maju Pilpres 2024
loading...
A
A
A
BANDUNG - Ridwan Kamil dinilai masih membutuhkan tambahan modal untuk melancarkan niatnya melenggang ke ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 .
Diketahui, Ridwan Kamil kerap digadang-gadang sebagai kandidat calon presiden (capres) potensial . Ridwan Kamil sendiri telah menyatakan siap maju ke ajang Pilpres 2024 jika ada partai politik (parpol) yang mengusungnya.
Survei publik pun kerap menempatkan Ridwan Kamil dalam peringkat lima besar bersama sejumlah sosok kandidat populer lainnya seperti Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Peneliti politik dan kebijakan publik Mandala Research Institute, Eko Sri Raharjo mengatakan, sebagai pemimpin provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Ridwan Kamil sudah memiliki modal sosial dan politik cukup besar untuk melenggang ke ajang Pilpres 2024.
"Dari sisi tabungan sosial dan politik, sebagai kepala daerah dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, termasuk bonus demografi sumber daya manusia produktif tertinggi, sangat berpotensi untuk menaikkan daya saing (competitiveness) seorang Ridwan Kamil," tutur Eko, Kamis (4/11/2021).
Apalagi lanjut Eko, Ridwan Kamil identik dengan satu-satunya kandidat capres yang merepresentasikan Provinsi Jabar. Selain itu, figur Ridwan Kamil relatif sepi dari dinamika politik dan ekspose media tentang Ridwan Kamil cenderung positif, sehingga berpotensi besar menaikkan kadar likeability atau afeksi publik.
"Karena dalam politik kontemporer, imaji yang positif cenderung beriringan atau ekuivalen dengan elektabilitas. Sehingga, bisa saja ada sosok yang popularitasnya tinggi, namun karena tidak disukai menjadi faktor ketidakterpilihannya," terang Eko.
Bahkan Eko yakin, jika dalam beberapa waktu menjelang Pilpres 2024 hadir rangkaian hasil kerja pembangunan dan pelayanan publik yang cukup signifikan dari Ridwan Kamil, maka niscaya tingkat keterpilihan dan penerimaan akan terus meningkat.
Namun, kandidat doktoral ilmu politik Universitas Indonesia (UI) itu mengungkapkan, realitas politik yang harus menjadi catatan. Menurutnya, suara pemilih di Jabar belum sepenuhnya milik Ridwan Kamil. Polaritas sosial politik yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa publik Jabar masih terbelah dalam referensi politik figur yang berbeda.
"Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Ridwan Kamil. Perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh DPT (daftar pemilih tetap) terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia itu melalui posisinya sebagai kepala daerah Jawa Barat," jelas Eko.
Meski begitu Eko menilai, formulasi untuk merawat dan melejitkan tingkat keterkenalan atau pengetahuan publik serta afeksi terhadap figur dan kinerja serta kepemimpinan Ridwan masih terbuka lebar.
Pasalnya, masih ada sekitar 3 tahun lagi untuk merealisasikan setiap konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang sudah disusunnya.
Eko yakin, realiasi konsep dan program tersebut secara tidak langsung akan memoles citra Ridwan Kamil sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif sekaligus disukai publik Jabar, bahkan nasional. Sehingga, rekam jejak kepemimpinannya akan terekam di benak publik luas Indonesia.
"Tidak bisa dipungkiri, panggung kerja dan prestasi sebagai kepala daerah termasuk etalase sekaligus modal yang paling mudah untuk dirawat demi menjaga stabilitas popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya, jika memang Ridwan Kamil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dan representasi Jawa Barat," tandasnya.
Diketahui, Ridwan Kamil kerap digadang-gadang sebagai kandidat calon presiden (capres) potensial . Ridwan Kamil sendiri telah menyatakan siap maju ke ajang Pilpres 2024 jika ada partai politik (parpol) yang mengusungnya.
Survei publik pun kerap menempatkan Ridwan Kamil dalam peringkat lima besar bersama sejumlah sosok kandidat populer lainnya seperti Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Peneliti politik dan kebijakan publik Mandala Research Institute, Eko Sri Raharjo mengatakan, sebagai pemimpin provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Ridwan Kamil sudah memiliki modal sosial dan politik cukup besar untuk melenggang ke ajang Pilpres 2024.
"Dari sisi tabungan sosial dan politik, sebagai kepala daerah dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, termasuk bonus demografi sumber daya manusia produktif tertinggi, sangat berpotensi untuk menaikkan daya saing (competitiveness) seorang Ridwan Kamil," tutur Eko, Kamis (4/11/2021).
Apalagi lanjut Eko, Ridwan Kamil identik dengan satu-satunya kandidat capres yang merepresentasikan Provinsi Jabar. Selain itu, figur Ridwan Kamil relatif sepi dari dinamika politik dan ekspose media tentang Ridwan Kamil cenderung positif, sehingga berpotensi besar menaikkan kadar likeability atau afeksi publik.
"Karena dalam politik kontemporer, imaji yang positif cenderung beriringan atau ekuivalen dengan elektabilitas. Sehingga, bisa saja ada sosok yang popularitasnya tinggi, namun karena tidak disukai menjadi faktor ketidakterpilihannya," terang Eko.
Bahkan Eko yakin, jika dalam beberapa waktu menjelang Pilpres 2024 hadir rangkaian hasil kerja pembangunan dan pelayanan publik yang cukup signifikan dari Ridwan Kamil, maka niscaya tingkat keterpilihan dan penerimaan akan terus meningkat.
Namun, kandidat doktoral ilmu politik Universitas Indonesia (UI) itu mengungkapkan, realitas politik yang harus menjadi catatan. Menurutnya, suara pemilih di Jabar belum sepenuhnya milik Ridwan Kamil. Polaritas sosial politik yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa publik Jabar masih terbelah dalam referensi politik figur yang berbeda.
"Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Ridwan Kamil. Perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh DPT (daftar pemilih tetap) terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia itu melalui posisinya sebagai kepala daerah Jawa Barat," jelas Eko.
Meski begitu Eko menilai, formulasi untuk merawat dan melejitkan tingkat keterkenalan atau pengetahuan publik serta afeksi terhadap figur dan kinerja serta kepemimpinan Ridwan masih terbuka lebar.
Pasalnya, masih ada sekitar 3 tahun lagi untuk merealisasikan setiap konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang sudah disusunnya.
Eko yakin, realiasi konsep dan program tersebut secara tidak langsung akan memoles citra Ridwan Kamil sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif sekaligus disukai publik Jabar, bahkan nasional. Sehingga, rekam jejak kepemimpinannya akan terekam di benak publik luas Indonesia.
"Tidak bisa dipungkiri, panggung kerja dan prestasi sebagai kepala daerah termasuk etalase sekaligus modal yang paling mudah untuk dirawat demi menjaga stabilitas popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya, jika memang Ridwan Kamil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dan representasi Jawa Barat," tandasnya.
(nic)