Dyah Wiyat, Kisah Cinta Segitiga dan Perselingkuhan di Kerajaan Majapahit
loading...
A
A
A
Secara diam-diam, Diyah Wiyat dicintai oleh tabib kerajaan yang bernama Ra Tanca. Cinta yang bersemi dalam tembok kerajaan itu terus menemukan labuhannya. Dyah Wiyat membalas rasa cinta itu dengan menerima kehadiran Ra Tanca, yang hanya rakyat jelata menempati sebagian besar cinta dalam hatinya.
Namun, tembok kerajaan tampak begitu angkuh. Kisah dua insan yang saling mencintai tidak berjalan seperti rencana mereka. Labuhan kedua hati itu mendapatkan pertentangan. Perbedaan status sosial menjadi jarak yang menghalangi narasi cinta antara Dyah Wiyat dengan Ra Tanca. Cinta dalam hal ini menjadi sesuatu yang begitu ideal yang begitu timpang dengan kenyataan.
Ra Tanca, sebagai rakyat jelata menyadari betul posisinya saat itu. Tembok besar menghalanginya untuk bisa meluluhkan semua cinta. Menyadari kisah cinta yang sulit terwujud akhirnya Ra Tanca menikahi perempuan lain walaupun hati dan cintanya berada pada Dyah Wiyat seorang. Air mata itu pun tumpah, dalam dinding istana yang terasa menyiksa.
Cinta Segitiga
Dyah Wiyat akhirnya dijodohkan pada lelaki yang memiliki status sosialnya sederajat, seorang yang terpandang bernama Raden Kudamerta atau Bre Wengker. Namanya tersohor sebagai ksatria dan parasnya yang tampan.
Raden Kudamerta juga terlihat gagah, cerdas dan tangkas dalam militer, ia menjadi idola kaum Hawa. Secara status sosial perjodohan Dyah Wiyat dengan Raden Kudamerta menjadi kepingan yang sempurna bagi Majapahit.
Namun, cinta yang berjalan tak dapat dibeli dengan berbagai label kemewahan dan jabatan. Benih cinta itu tak segera bersemi. Apalagi perjodohan dengan Raden Kudamerta masih menyisahkan cerita yang tak kalah pelik.
Dalam Novel Gajah Mada dijelaskan kalau Raden Kudamerta sudah memiliki kekasih bernama Dyah Menur. Kekasihnya itu sudah dijadikan istri dan memiliki anak. Namun, tidak dijelaskan secara lebih detail alasan Raden Kudamerta menerima perjodohan dengan Dyah Wiyat.