Tim Dosen UWP Sulap Sampah Pasar Jadi Bahan Bakar Minyak dan Kompos
loading...
A
A
A
SURABAYA - Sampah kerap menjadi masalah, khususnya di pasar. Banyaknya sampah terkadang luput dari perhatian para pedagang lantaran sibuk mengurusi dagangannya. Namun siapa sangka, sampah-sampah itu jika jatuh ditangan ahlinya bisa diolah menjadi bahan bakar minyak.
Seperti yang dilakukan dosen Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya. Tim dosen UWP mampu menyulap sampah pasar menjadi bahan bakar minyak dan pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Baca juga: Gubernur Khofifah Siapkan Bonus bagi Peraih Medali PON XX Papua 2021, Kapan Cair?
Mereka adalah Astria Hindratmo, M. Hasan Abdullah dan Navik Kholili yang turun lapangan melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Ketiga dosen ini keliling di beberapa tempat, dan tertarik untuk memanfaatkan sampah-sampah yang berada di Pasar Desa Kujang Kabupaten Kediri. Mereka diskusi dan memutuskan untuk melakukan pengolahan sampah organik dan non organik supaya bisa berguna bagi masyarakat.
"Kami prihatin dengan keberadaan sampah di Pasar Kujang Kediri, kami berfikir untuk bisa memanfaatkannya," kata Astria Hindratmo, Ketua Tim PKM UWP Surabaya.
Baca juga: Nikmati Keindahan Blitar Selatan, Sandiaga Uno Kepincut Tukik dan Wayang Sri Kresna
Astria menuturkan, jika dilihat dari tumpukan sampah yang ada seolah tidak memiliki nilai, bahkan pemerintah setempat terkesan belum memperhatikan sampah-sampah tersebut. Sampah hanya dibakar, sementara asapnya mengganggu penduduk yang berada di sekitar pasar.
Kondisi ini diperparah dengan letak Desa Kujang yang sangat jauh dari pusat Pemerintah Kabupaten Kediri, tidak ada truk pengangkut sampah yang bersedia datang untuk mengambil sampah dan menempatkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Imbasnya, tumpukan sampah sangat banyak dan mengganggu warga sekitar. Bahkan saat dilakukan pembakaran, asapnya juga mengganggu daerah tersebut. "Jaraknya 30 KM antara desa dengan pemerintah kabupaten, jadi tidak ada truk sampah yang mengambil," tuturnya.
Astria menegaskan, dengan kondisi tersebut, pihaknya melakukan pendekatan dengan warga dan pejabat-pejabat setempat. Hasilnya, warga dan petugas pasar Desa Kunjang Kabupaten Kediri memiliki semangat tinggi untuk mengurangi jumlah tumpukan sampah pasar tiap hari dan mengurangi asap pembakaran sampah yang cukup mengganggu lingkungan.
"Kami putuskan untuk mengimplementasikan sejumlah alat dan mesin seperti mesin cacah sampah organik dan non organik, alat komposter, hingga reaktor pirolisis yang merupakan hasil hibah dari DRPM Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional," paparnya.
Dengan adanya alat tersebut, pasar Desa Kunjang mampu mengelola sampah secara mandiri yang awalnya tidak bermanfaat sekarang bisa dijadikan pupuk kompos padat dan cair yang bernilai ekonomis serta mengurangi sampah non organik seperti sampah jenis plastik menjadi bahan bakar cair setara minyak tanah dan bensin.
"Kami meminta warga dan petugas pasar memilah sampah organik yang terdiri dari sampah sayur dan buah dari para pedagang sebagai bahan pembuatan kompos. Sebelum dijadikan kompos, sampah dicacah dengan mesin pencacah. Sampah yang telah dicacah tersebut dicampur dengan bakteri strater (EM4) yang telah dicampur dengan molase dan air dengan perbandingan 1:1:50 (Em4:molase:air)," papar dia.
Penggunaan EM4 ini lanjut Astria, bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan. Selanjutnya sampah dimasukkan ke dalam tong komposter. Komposter dirancang dengan dua tipe yaitu komposter aerob dan komposter anaerob. Hasil dari komposter ini berupa pupuk organik padat (POP ) dan pupuk organik cair (POC).
Sedangkan pada pengolahan sampah non organik jenis plastik, lanjut Astria, pihaknya merancang alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dengan metode thermolysis yaitu reaktor pirolisis. Sampah plastik dimasukkan dalam sebuah tabung kedap udara kemudian dipanaskan. Hasil pemanasan berupa asap atau gas ini kemudian dialirkan ke kondensor untuk merubah fase gas menjadi fase cair.
"Cairan ini dikumpulkan, dan digunakan sebagai bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin pencacah dan membakar ulang sampah plastik pada tungku reaktor," ujarnya.
Dengan kegiatan ini, UWP berharap agar sistem pengolalaan sampah Desa Kunjang dapat menjadi percontohan desa lain di area Kabupaten Kediri dalam mengelola sampah secara mandiri dan memberikan tambahan pemasukan desa serta membantu pertanian desa dari hasil pengolahan sampah pasar.
Seperti yang dilakukan dosen Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya. Tim dosen UWP mampu menyulap sampah pasar menjadi bahan bakar minyak dan pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Baca juga: Gubernur Khofifah Siapkan Bonus bagi Peraih Medali PON XX Papua 2021, Kapan Cair?
Mereka adalah Astria Hindratmo, M. Hasan Abdullah dan Navik Kholili yang turun lapangan melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Ketiga dosen ini keliling di beberapa tempat, dan tertarik untuk memanfaatkan sampah-sampah yang berada di Pasar Desa Kujang Kabupaten Kediri. Mereka diskusi dan memutuskan untuk melakukan pengolahan sampah organik dan non organik supaya bisa berguna bagi masyarakat.
"Kami prihatin dengan keberadaan sampah di Pasar Kujang Kediri, kami berfikir untuk bisa memanfaatkannya," kata Astria Hindratmo, Ketua Tim PKM UWP Surabaya.
Baca juga: Nikmati Keindahan Blitar Selatan, Sandiaga Uno Kepincut Tukik dan Wayang Sri Kresna
Astria menuturkan, jika dilihat dari tumpukan sampah yang ada seolah tidak memiliki nilai, bahkan pemerintah setempat terkesan belum memperhatikan sampah-sampah tersebut. Sampah hanya dibakar, sementara asapnya mengganggu penduduk yang berada di sekitar pasar.
Kondisi ini diperparah dengan letak Desa Kujang yang sangat jauh dari pusat Pemerintah Kabupaten Kediri, tidak ada truk pengangkut sampah yang bersedia datang untuk mengambil sampah dan menempatkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Imbasnya, tumpukan sampah sangat banyak dan mengganggu warga sekitar. Bahkan saat dilakukan pembakaran, asapnya juga mengganggu daerah tersebut. "Jaraknya 30 KM antara desa dengan pemerintah kabupaten, jadi tidak ada truk sampah yang mengambil," tuturnya.
Astria menegaskan, dengan kondisi tersebut, pihaknya melakukan pendekatan dengan warga dan pejabat-pejabat setempat. Hasilnya, warga dan petugas pasar Desa Kunjang Kabupaten Kediri memiliki semangat tinggi untuk mengurangi jumlah tumpukan sampah pasar tiap hari dan mengurangi asap pembakaran sampah yang cukup mengganggu lingkungan.
"Kami putuskan untuk mengimplementasikan sejumlah alat dan mesin seperti mesin cacah sampah organik dan non organik, alat komposter, hingga reaktor pirolisis yang merupakan hasil hibah dari DRPM Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional," paparnya.
Dengan adanya alat tersebut, pasar Desa Kunjang mampu mengelola sampah secara mandiri yang awalnya tidak bermanfaat sekarang bisa dijadikan pupuk kompos padat dan cair yang bernilai ekonomis serta mengurangi sampah non organik seperti sampah jenis plastik menjadi bahan bakar cair setara minyak tanah dan bensin.
"Kami meminta warga dan petugas pasar memilah sampah organik yang terdiri dari sampah sayur dan buah dari para pedagang sebagai bahan pembuatan kompos. Sebelum dijadikan kompos, sampah dicacah dengan mesin pencacah. Sampah yang telah dicacah tersebut dicampur dengan bakteri strater (EM4) yang telah dicampur dengan molase dan air dengan perbandingan 1:1:50 (Em4:molase:air)," papar dia.
Penggunaan EM4 ini lanjut Astria, bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan. Selanjutnya sampah dimasukkan ke dalam tong komposter. Komposter dirancang dengan dua tipe yaitu komposter aerob dan komposter anaerob. Hasil dari komposter ini berupa pupuk organik padat (POP ) dan pupuk organik cair (POC).
Sedangkan pada pengolahan sampah non organik jenis plastik, lanjut Astria, pihaknya merancang alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dengan metode thermolysis yaitu reaktor pirolisis. Sampah plastik dimasukkan dalam sebuah tabung kedap udara kemudian dipanaskan. Hasil pemanasan berupa asap atau gas ini kemudian dialirkan ke kondensor untuk merubah fase gas menjadi fase cair.
"Cairan ini dikumpulkan, dan digunakan sebagai bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin pencacah dan membakar ulang sampah plastik pada tungku reaktor," ujarnya.
Dengan kegiatan ini, UWP berharap agar sistem pengolalaan sampah Desa Kunjang dapat menjadi percontohan desa lain di area Kabupaten Kediri dalam mengelola sampah secara mandiri dan memberikan tambahan pemasukan desa serta membantu pertanian desa dari hasil pengolahan sampah pasar.
(msd)