Jadi Favorit Bung Karno, Musik Keroncong Sempat Dicap PKI
loading...
A
A
A
Bahkan pasca peristiwa 65, pihaknya mencatat ada penghentian memainkan lagu keroncong kepada seniman asal Jakarta, yang dianggap menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kesenian yang berafiliasi dengan PKI.
"Ada kasus seorang kakek di Jakarta namanya Supaksi, dihentikan (main keroncong ) karena diindikasikan dia memainkan lagu-lagu yang mengarah katanya dianggap warnanya orang merah komunis. Pasca 65 dihentikan dianggap sebagai Lekra, padahal dia bukan Lekra. Dia ngamennya memang genre-nya keroncong, tapi dianggap sebagai Lekra," terangnya.
Keberpihakan Bung Karno kepada blok kiri di ujung pemerintahannya sebagai presiden, juga membuat stereotipe musik keroncong identik dengan komunis semakin kuat. Hal ini diperparah peristiwa G30S/PKI.
"Ambisinya Bung Karno itu (mempromosikan musik keroncong) yang nggak bisa dihilangkan, tapi dari situ dia akhirnya tersandung, mungkin kayak gitu. Makanya pasca peristiwa 65 orang-orang (yang main musik) keroncong itu dianggap pro-Soekarno dan berkomunis, makanya orang keroncong dianggap juga orang komunis, orang Lekra," jelasnya.
Sementara itu pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Hengki Herwanto mengakui, Bung Karno merupakan pecinta musik keroncong. Bahkan ada salah satu album yang berisikan lagu-lagu pilihan Bung Karno.
"Jadi ada salah satu album dalam koleksi kita menunjukkan bahwa Bung Karno merupakan pecinta musik nasional, termasuk keroncong. Jadi dalam album itu, isi lagu-lagunya itu merupakan pilihan Bung Karno, " kata Hengki.
Album itu berhasil didokumentasikan dan diarsipkan dalam bentuk digital. Tujuannya semata-mata demi dapat mengabadikan bukti-bukti otentik sejarah bangsa agar tak hilang ditelan zaman, serta tetap bisa diakses masyarakat luas.
" Keroncong sebagai musik yang lahir di negara kita perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diedukasikan ke generasi muda, untuk memahami warisan budaya bangsa kita," pungkasnya.
"Ada kasus seorang kakek di Jakarta namanya Supaksi, dihentikan (main keroncong ) karena diindikasikan dia memainkan lagu-lagu yang mengarah katanya dianggap warnanya orang merah komunis. Pasca 65 dihentikan dianggap sebagai Lekra, padahal dia bukan Lekra. Dia ngamennya memang genre-nya keroncong, tapi dianggap sebagai Lekra," terangnya.
Keberpihakan Bung Karno kepada blok kiri di ujung pemerintahannya sebagai presiden, juga membuat stereotipe musik keroncong identik dengan komunis semakin kuat. Hal ini diperparah peristiwa G30S/PKI.
"Ambisinya Bung Karno itu (mempromosikan musik keroncong) yang nggak bisa dihilangkan, tapi dari situ dia akhirnya tersandung, mungkin kayak gitu. Makanya pasca peristiwa 65 orang-orang (yang main musik) keroncong itu dianggap pro-Soekarno dan berkomunis, makanya orang keroncong dianggap juga orang komunis, orang Lekra," jelasnya.
Sementara itu pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Hengki Herwanto mengakui, Bung Karno merupakan pecinta musik keroncong. Bahkan ada salah satu album yang berisikan lagu-lagu pilihan Bung Karno.
Baca Juga
"Jadi ada salah satu album dalam koleksi kita menunjukkan bahwa Bung Karno merupakan pecinta musik nasional, termasuk keroncong. Jadi dalam album itu, isi lagu-lagunya itu merupakan pilihan Bung Karno, " kata Hengki.
Album itu berhasil didokumentasikan dan diarsipkan dalam bentuk digital. Tujuannya semata-mata demi dapat mengabadikan bukti-bukti otentik sejarah bangsa agar tak hilang ditelan zaman, serta tetap bisa diakses masyarakat luas.
" Keroncong sebagai musik yang lahir di negara kita perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diedukasikan ke generasi muda, untuk memahami warisan budaya bangsa kita," pungkasnya.