Kibarkan Bendera Putih, Ratusan Pelaku Wisata di Mojokerto Menyerah
loading...
A
A
A
MOJOKERTO - Ratusan pelaku wisata di Kabupaten Mojokerto , mulai mengibarkan bendera putih sebagai pertanda menyerah akibat terdampak kebijakan PPKM yang tak kunjung berakhir.
Sejak ditutup sebulan lalu, para pelaku wisata merugi dan banyak karyawan yang menganggur bahkan hingga kini mereka belum mendapat bansos apa pun.
Ratusan pelaku wisata itu terdapat di empat kecamatan yakni, Pacet, Trawas, Trowulan dan Kemlagi. Mereka adalah para pelaku wisata berbasis desa di antaranya, wisata air panas Pacet, wisata sumber gempong, Kecamatan Trawas, wisata waduk tanjungan Kecamatan Kemlagi dan pelaku usaha kreatif Kecamatan Trowulan.
Tak hanya dipasang di lokasi wisata, pengibaran bendera putih juga dipasang di lapak-lapak PKL sekitar lokasi wisata, pengibaran bendera putih dilakukan karena usaha wisata berbasis desa dan usaha kreatif merasakan dampak pandemi COVID-19 dan dampak pemberlakuan PPKM yang tak kunjung berakhir.
Akibatnya, para pelaku usaha banyak menganggur, para pelaku usaha mengaku kehabisan modal, dana safety atau sampingan juga habis, sementara listrik di tempat usaha tetap harus bayar.
Pegawai atau pekerja pun juga tetap digaji, meski tutup mereka menjaga tempat usaha, belum lagi bahan dagangan yang busuk, seperti pedagang buah, sayur, bahan-bahan makanan di warung, cafe dan restoran.
Koordinator pelaku wisata berbasis desa dan usaha kreatif, Wiwit Haryono mengatakan, pihaknya meminta agar pemerintah memperhatikan para pelaku usaha wisata dan usaha kreatif di Kabupaten Mojokerto, di antaranya pemenuhan kebutuhan hidup berupa bansos dan kompensasi kerugian selama penutupan.
“Ini adalah bentuk keprihatinan kami atas macetnya pendapatan kami selama 1 bulan ini, jadi hasteg kami mengetuk pintu hati bupati, mengetuk hati jokowi karena kami bagian dari warga indonesia yang terdampak ekonomi adanya penutupan usaha kami,” ungkapnya.
Para pelaku usaha wisata desa dan usaha kreatif ini berharap memberikan kebijakan yang jelas usai pemberlakuan PPKM di antaranya, pembukaan lokasi wisata meski dengan pembatasan protokol kesehatan.
Sejak ditutup sebulan lalu, para pelaku wisata merugi dan banyak karyawan yang menganggur bahkan hingga kini mereka belum mendapat bansos apa pun.
Ratusan pelaku wisata itu terdapat di empat kecamatan yakni, Pacet, Trawas, Trowulan dan Kemlagi. Mereka adalah para pelaku wisata berbasis desa di antaranya, wisata air panas Pacet, wisata sumber gempong, Kecamatan Trawas, wisata waduk tanjungan Kecamatan Kemlagi dan pelaku usaha kreatif Kecamatan Trowulan.
Tak hanya dipasang di lokasi wisata, pengibaran bendera putih juga dipasang di lapak-lapak PKL sekitar lokasi wisata, pengibaran bendera putih dilakukan karena usaha wisata berbasis desa dan usaha kreatif merasakan dampak pandemi COVID-19 dan dampak pemberlakuan PPKM yang tak kunjung berakhir.
Akibatnya, para pelaku usaha banyak menganggur, para pelaku usaha mengaku kehabisan modal, dana safety atau sampingan juga habis, sementara listrik di tempat usaha tetap harus bayar.
Pegawai atau pekerja pun juga tetap digaji, meski tutup mereka menjaga tempat usaha, belum lagi bahan dagangan yang busuk, seperti pedagang buah, sayur, bahan-bahan makanan di warung, cafe dan restoran.
Koordinator pelaku wisata berbasis desa dan usaha kreatif, Wiwit Haryono mengatakan, pihaknya meminta agar pemerintah memperhatikan para pelaku usaha wisata dan usaha kreatif di Kabupaten Mojokerto, di antaranya pemenuhan kebutuhan hidup berupa bansos dan kompensasi kerugian selama penutupan.
Baca Juga
“Ini adalah bentuk keprihatinan kami atas macetnya pendapatan kami selama 1 bulan ini, jadi hasteg kami mengetuk pintu hati bupati, mengetuk hati jokowi karena kami bagian dari warga indonesia yang terdampak ekonomi adanya penutupan usaha kami,” ungkapnya.
Para pelaku usaha wisata desa dan usaha kreatif ini berharap memberikan kebijakan yang jelas usai pemberlakuan PPKM di antaranya, pembukaan lokasi wisata meski dengan pembatasan protokol kesehatan.
(nic)