Desa Tematik Jadi Pemantik Ekonomi Warga di Masa Paceklik

Jum'at, 25 Juni 2021 - 15:49 WIB
loading...
A A A
"Karena yang lima persen itu disubsidi oleh Pemkab Pamekasan. Jadi bunga satu persen ini, hanya membayar administrasinya saja," kata Sekretaris Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) dan Tenaga Kerja Pemkab Pamekasan Supriyanto.

Ia melanjutkan, kolaborasi di desa tematik juga melibatkan sejumlah perusahaan yang menyalurkan dana CSR-nya untuk program WUB Pemkab Pamekasan. Ada perusahaan seperti Bank Jatim, BRI, PT Garam dan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, bantuan alat ini, tidak untuk perorangan, akan tetapi diberikan kepala kelompok.



Upaya menciptakan iklim terintegratif dan saling melengkapi sebagai modal dasar berusaha dalam sebuah tim seperti ini, tentu bukan hal yang mudah. Ada juga kelompok milenial yang juga dilibatkan dalam proses pemasaran produk dari desa tematik.

Beberapa desa di Pamekasan sudah mulai menunjukkan perwajahan baru. Sebut saja Desa Pasanggar, Desa Klampar, dan Desa Larangan Badung yang kini menjadi sentra produksi berbagai jenis barang.

Desa Pasangar misalnya, dahulu ekonomi masyarakat hanya mengandalkan pertanian saja, itu pun terbatas di sektor tembakau dan durian. Kini, desa tematik itu terus berkembang dan membentangkan potensinya. Di sana para warga mulai menekuni usaha produksi sepatu, setelah beberapa orang warga mengikuti pelatihan WUB Pemkab Pamekasan.

Dengan nama Sepatu PSG Production, mereka kini menjadi produsen sepatu yang populer. Desa tematik di sana kini dikenal dengan produksi sepatu berkualitas. Meramaikan industri alas kaki di Indonesia.



Efek domino WUB pun mulai terasa. Penghasilan masyarakat tidak hanya bertumpu pada bidang pertanian, tapi juga berupa keterampilan membuat sepatu. Berbagai jenis sepatu, mulai dari sepatu resmi, olahraga, hingga model terbaru yang trend digunakan kalangan generasi milenial sudah bisa diproduksi di PSG Production ini dengan harga yang cukup bersaing dengan sepatu yang dijual di pasaran.

Percepatan teknologi juga memainkan kunci dalam kolaborasi di desa tematik . Para milenial serta influencer iku menata sistem pemasaran yang tak lagi dilakukan secara manual, penjualan banyak dilakukan secara online. Platform seperti marketplace di media sosial seperti facebook dan instagram, serta WhatshApp dimanfaat dengan baik untuk pemasaran hasil produk desa tematik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3502 seconds (0.1#10.140)