Ini Sejumlah Kendala yang Dihadapi Perempuan saat Mengambil Keputusan
loading...
A
A
A
Kepala Bidang Kualitas Hidup Pemberdayaan Perempuan DP3AP2KB Jateng, Sri Dewi Indrajati mengatakan, jika bicara perempuan dalam proses pengambilan keputusan, sebenarnya perempuan sendiri punya banyak kesempatan untuk masuk di tenaga profesional.
“Kalau kesempatannya sedemikian sudah dibuka oleh negara, tetapi memang kadang-kadang membuat agak miris karena belum semua perempuan bisa menangkap kesempatan itu. Karena sebenarnya mau tapi tak ada kesempatan,” kata Sri Dewi.
Dia mengatakan, jika bicara soal kesiapan perempuan sebenarnya ada juga perempuan sebagian memang belum siap. “Jadi 30 persen di parlemen itu ada kesempatan tapi belum ada kesiapan .Tapi memang sebenarnya pengambilan keputusan tak hanya di partai, DPR, ada kesempatan lainnya,” ujarnya.
Sedangkan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Unnes, Prof Tri Marhaeni Pudji Astuti mengatakan bahwa perempuan itu punya pengalaman hidup yang berbeda, sosialisasi yang berbeda, internalisasi yang berbeda.
Sehingga ketika perempuan-perempuan yang bergerak di publik, mungkin pengalaman waktu kecilnya itu masing-masing tidak akan pernah sama,
“Nah bagaimana perempuan disosialisasikan untuk asertif. Misalnya berani bersuara, berani mengeluarkan pendapat, itu masing-masing orang tua akan melakukan dengan cara yang berbeda,” kata Prof Tri.
“Sementara bagi orang tua, katakan perempuan yang mempunyai sosialisasi yang masih tentang keberanian bersuara, mengeluarkan pendapat, beragumentasi dalam keluarga, saya yakin bekerja di bidang publik dalam mengambil keputusan dia (perempuan) pasti berani,” katanya.
“Kalau kesempatannya sedemikian sudah dibuka oleh negara, tetapi memang kadang-kadang membuat agak miris karena belum semua perempuan bisa menangkap kesempatan itu. Karena sebenarnya mau tapi tak ada kesempatan,” kata Sri Dewi.
Dia mengatakan, jika bicara soal kesiapan perempuan sebenarnya ada juga perempuan sebagian memang belum siap. “Jadi 30 persen di parlemen itu ada kesempatan tapi belum ada kesiapan .Tapi memang sebenarnya pengambilan keputusan tak hanya di partai, DPR, ada kesempatan lainnya,” ujarnya.
Sedangkan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Unnes, Prof Tri Marhaeni Pudji Astuti mengatakan bahwa perempuan itu punya pengalaman hidup yang berbeda, sosialisasi yang berbeda, internalisasi yang berbeda.
Sehingga ketika perempuan-perempuan yang bergerak di publik, mungkin pengalaman waktu kecilnya itu masing-masing tidak akan pernah sama,
“Nah bagaimana perempuan disosialisasikan untuk asertif. Misalnya berani bersuara, berani mengeluarkan pendapat, itu masing-masing orang tua akan melakukan dengan cara yang berbeda,” kata Prof Tri.
“Sementara bagi orang tua, katakan perempuan yang mempunyai sosialisasi yang masih tentang keberanian bersuara, mengeluarkan pendapat, beragumentasi dalam keluarga, saya yakin bekerja di bidang publik dalam mengambil keputusan dia (perempuan) pasti berani,” katanya.
(msd)