Bikin Ketagihan, Ini Lho Rahasia Nasi Goreng Babat Iso Legendaris Mbak Yati Salatiga

Sabtu, 27 Maret 2021 - 12:44 WIB
loading...
Bikin Ketagihan, Ini Lho Rahasia Nasi Goreng Babat Iso Legendaris Mbak Yati Salatiga
Pekerja warung nasi goreng Mbak Yati, Salatiga saat hendak menyajikan nasi goreng ke pembeli. Foto/SINDOnews/Angga Rosa
A A A
SALATIGA - Kota Salatiga merupakan salah satu daerah kuliner di Jawa Tengah. Menu kuliner yang banyak ditemui antara nasi goreng, bakmi dan lainnya.

Baca juga: Probolinggo Gempar, Hilang selama 30 tahun Kakek Masim Warga Magelang Ditemukan di Pinggir Pantura

Namun jika mau menikmati nasi goreng yang rasanya enak, higienis dan sudah legendaris (punya nama) datang saja ke warung nasi goreng Mbak Yati di Jalan Brigjen Sudiarto, sekitar 200 meter arah selatan Lapangan Pancasila.

Baca juga: Demam Ikatan Cinta Meluas, Bikin Penasaran Ridwan Kamil

Warung nasi goreng ini cukup kondang karena sudah berdiri sejak 1989 silam. Bahkan warung ini bisa dibilang perintis nasi goreng dan bakmi babat iso di Salatiga. Karena dulu warung nasi goreng dan bakmi belum menjamur seperti sekarang ini.

Bikin Ketagihan, Ini Lho Rahasia Nasi Goreng Babat Iso Legendaris Mbak Yati Salatiga


Menempati bangunan sederhada ukuran 3 m x 7 m, warung yang dikelola oleh Sumaryati (53) ini menyediakan menu spesial nasi goreng dan bakmi yang lezat. Rahasianya, nasi yang digunakan dipilih dari beras pilihan. Sehingga nasi tetap empuk, namun tidak lengket dan tidak akas (pera). Racikan bumbunya juga pas di lidah.

Jika sudah merasakan, maka bisa membuat ketagihan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pelanggan yang memenuhi warung nasi goreng Mbak Yati sejak sore hingga malam.

Sesuai dengan namanya, warung ini menyediakan menu unggulan nasi goreng dan bakmi. Ada bakmi goreng/kuah, nasi goreng ayam, nasi goreng telor, nasi goreng babat iso, nasi goreng pete dan nasi goreng babat gongso.

Untuk bakmi, Mbak Yati mengaku membuat sendiri, sehingga dijamin tanpa bahan pengawet. Karena rasanya jelas beda, dengan pengawet dan tanpa pengawet. Harganya pun tidak mahal dan pas di kantong. Setiap porsinya rata-rata Rp12.000.

Sebelum berjualan nasi goreng, Sumaryati pernah berjualan pakaian. Namun usaha yang dirintisnya itu tidak bertahan lama. Gagal di bisnis pakaian, Sumaryati banting haluan dengan ternak ayam potong. Namun usaha ini juga gagal.

Di saat gundah mencari usaha apa yang cocok, Sumaryati sadar bahwa ia punya hobi dan bakat memasak. Ia lantas memutuskan untuk membuka usaha warung nasi goreng. "Saat saya buka pertama kali tahun 1989, warung nasi goreng dan bakmi belum sebanyak ini,” kata ibu empat anak ini.

Merintis warung nasi goreng hingga terkenal seperti sekarang ini, diakui Sumaryati penuh perjuangan yang panjang. Dirintis sejak tahun 1989, banyak suka duka yang dialaminya. “Dulu di awal-awal jualan, sering merugi. Namun saya tetap sabar, dan Tuhan akhirnya memberi jalan,” kata istri dari almarhum Lukito ini.

Diceritakan Mbak Yati, awal berjualan di tahun 1989, harga nasi goreng/bakmi goreng setiap porsinya Rp400, dan Rp500 untuk menu spesial. Seiring perjalanan waktu, karena bisa mempertahankan rasanya, warung nasi goreng ini banyak pelanggan setianya. Para pelanggan dari berbagai kalangan di Salatiga, mulai pelajar, mahasiswa, pegawai dan sebagainya. “Dari dulu kami berjualannya yang di tempat ini,” katanya.

Buka mulai pukul 15.00 WIB, warung ini sudah diserbu para pembeli, terutama pas sore atau jam makan malam. Biasanya warung tutup pukul 22.00 WIB. “Kami juga menerima pesanan. Dan biasanya pesanan itu untuk acara-acara rapat,” kata Mbak Yati.

Karena pelanggannya banyak, saban harinya ia menghabiskan 20 Kg beras untuk nasi goreng. Mengimbangi banyaknya pembeli, Sumaryati memperkerjakan 4 karyawati, ditambah dua anaknya yang setia membantunya.

Sumaryati sangat bersyukur jika warung nasi goreng yang telah dirintisnya ini akhirnya bisa menjadi sandaran hidup keluarga. Bahkan ia juga sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Bagi Sumaryati, dalam merintis usaha harus dilandasi dengan sabar dan tekun. “Dengan modal itu, saya yakin Tuhan selalu memberi jalan kepada kita,” ucapnya.

Dikatakan Sumaryati, pelanggannya tidak hanya dari Salatiga saja. Para pelangganya juga berasal dari luar kota, seperti dari Semarang, Boyolali dan Solo. Terbukti, banyak pelancong dari luar daerah yang datang ke Salatiga untuk sekedar mampir ke warungnya. "Banyak juga pelanggan dari luar kota. Mungkin dari getok tular,” katanya.

Tanpa maksud menonjolkan diri, dikatakan Mbak Yati, para pelanggan mengaku cocok dengan masakannya karena rasanya yang khas dan bersih. “Meski menempati warung yang sederhana, tapi kebersihan saya utamakan,” tandasnya.

Untuk mempertahankan para pelangganya, Mbak Yati selalu memprioritaskan pelayanan terhadap pembeli dengan mempertahankan cita rasa makanan dan menjaga kebersihan tempat jualan.

Sementara itu, salah seorang pelanggan setia warung nasi goreng Mbak Yati, Kartika (23) warga Tuntang, Kabupaten Semarang mengaku sudah lama menjadi pelanggan Mbak Yati. Karena kebetulan kampusnya (IAIN Salatiga) dekat dengan warung itu. "Saya sering ke sini, masakannya saya cocok. Sampai hafal (akrab) dengan penjualnya,” ujarnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4782 seconds (0.1#10.140)