Sunan Giri, Ahli Jurnalistik yang Tulisannya Mengguncang Kerajaan Majapahit

Jum'at, 12 Maret 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Tulisan-tulisannya beliau membuat 'Munyeng' sang Raja Majapahit. Karena kemampuannya itu beliau dikenal bersenjata 'Qolam','Pena'. Yang mana, lidah orang Jawa menyebutnya Kalam (baca: Kolom).

Karena setiap tulisan-tulisan beliau saat itu mengkritik pemerintahan Kerajaan Majapahit, membuat geger pejabat-pejabat teras Majapahit. Sehingga Raja Majapahit (Brawijaya) murka menganggap Sunan Giri mbangkang tidak patuh kebijakan Majapahit.

Sampai-sampai memerintahkan pasukannya menyerbu kerajaan Sunan Giri, yaitu Giri Kedaton yang sekarang dikenal dengan Gresik. Meski begitu, Majapahit kalah dalam berperang. Tidak salah akhirnya banyak orang yang menywbit Sunan Giri punya senjata Kalamunyeng.

Dan disebut, bila pena Kalamuyeng itu berada di tangan yang tepat. Yaitu Sunan Giri. Bisa digunakan untuk menulis sesuatu karya pengetahuan ilmu yang bertujuan mengkritik. “Kalau saya membaca, kemampuan Sunan Giri dalam tulis menulis itu tidak dipublis,” ujar Umardi Luhung.

Dari itu, kemampuan tulis menulis harus menjadi tradisi umat Islam. Terutama ulama kiai dan santri. Semisal kebiasaan Hujjatul Islam Imam Al Ghazali yang tidak pernah kering tintanya.

Mampu membuat khazanah intelektual keilmuan Islam dengan buku buku karyanya, salah satunya paling fenomenal adalah kitab (Ihya' Ulumuddin) yang sampai sekarang banyak dijadikan referensi para ulama kelas dunia termasuk dari ulama Indonesia

Menyegarkan ingatan, Sunan Giri lahir di Blambangan 1442. Putra dari Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu dari Blambangan. Blambangan itu masuk wilayah Kerajaan Majapahit di masa-masa akhir.

Namun, kelahiran Sunan Giri yang punya nama Raden Ainul Yaqin sempat membawa kutukan. Karenanya, dipaksa untuk diasingkan. Akhirnya, Sunan Giri dibuang ke laut, saat ini Selat Bali. Akhirnya awak kapal bernama Sobir dan Sabar menemukan. Dan dibawa ke Gresik.

Sesampainya di Gresik yang saat itu masuk wilayah Surabaya, bayi laki-laki itu diadopsi seorang wanita yang saudagar. Beliau, Nyai Ageng Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, Nyi Ageng menamai Joko Samudro. Beranjak dewasa, Joko Samudro dipondokan di Sunan Ampel. Hingga, menjadi santri kesayangan.

Bersama Makdhum Ibrahim atau Sunan Bonang dikirim belajar ke Pasai. Ternyata Joko Samudro bertemu dengan orang tuanya, Maulana Ishaq. Akhirnya, Joko Samudro atau Sunan Giri mengetahui identitasnya. Alasan hingga dibuang ke laut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1895 seconds (0.1#10.140)