Hujan Es Terjang Sleman dan Yogyakarta, Atap Rumah Warga Jebol

Rabu, 03 Maret 2021 - 17:25 WIB
loading...
Hujan Es Terjang Sleman dan Yogyakarta, Atap Rumah Warga Jebol
Hujan es sebesar kelereng disertai terjangan angin kencang puting beliung kembali terjadi di wilayah Turi, Sleman dan Kota Yogyakarta, DIY, Rabu (3/3/2021). Foto/Ist
A A A
SLEMAN - Hujan es sebesar kelereng disertai terjangan angin kencang puting beliung kembali terjadi di wilayah Turi, Sleman dan Kota Yogyakarta, DIY, Rabu (3/3/2021) setelah sehari sebelumnya juga mengalami kejadian yang sama.


Hujan es mengguyur Girikerto, Turi, Sleman; Murangan, Triharjo, Sleman, kawasan UGM, Jetis dan Jalan C Simanjuntak Yogyakarta. Salah satu warga Jetis, Kota Yogyakarta Ronald mengatakan hujan teejsdi sekitar pukul 13.00 WIB.



Awalnya hujan terjadi sangat deras. "Namun lama kelamaan di genteng terjadi terdengar seperti suara kerikil, setelah ditengok ternyata hujan es," ungkapnya, Rabu (3/3/2021).

Sedangkan angin kencang hampir merata terjadi di Sleman dan Yogyakarta. Pohon tumbang terjadi di kawasan Pakualaman dan Kepatihan Yogyakarta; Kantongan, Merdikorejo, Tempel, serta Randusongo, Turi, Sleman.

Sejumlah genteng serta atap bangunan rumah warga juga rusak. Seperti di Randusongo, dan kantor DPRD DIY, warung siomay Taman Kuliner Pakualaman serta Gedung Yayasan Bakti Sosial Tegaltirto, Berbah, Sleman. "Hujan dan angginnya kencang sekali, suaranya krosak-krosak sampai ngeri," kata Anida, warga Randusongo kepada SINDOnews.



Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan fenomena hujan es memang jarang terjadi. Namun, hal ini merupakan fenomena yang wajar saat terjadi hujan deras.

Saat udara hangat, lembab dan labil terjadi di permukaan bumi maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas atau atmosfer dan mengalami pendinginan.

Setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb). Lantaran kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level.

Freezing level ini terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar. "Saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es. Es yang turun ini bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil," ungkapnya.

Untuk itu dia meminta masyarakat waspada dengan potensi hujan deras disertai angin dan hujan es ini.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1930 seconds (0.1#10.140)