Ribuan Ton Ikan Mati Misterius di Waduk Jatiluhur, Petani KJA Rugi Miliaran Rupiah

Minggu, 31 Januari 2021 - 21:30 WIB
loading...
Ribuan Ton Ikan Mati...
Bangkai ikan mas mengapung di KJA Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Foto/Ist
A A A
PURWAKARTA - Ribuan ton ikan budi daya Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, mendadak mati massal , Minggu (31/1/2021). Kejadian itu mengakibatkan petani KJA Waduk Jatiluhur merugi hingga miliaran rupiah.



Berdasarkan pantauan di lapangan, sejak pagi para petani KJA sibuk mengangkat bangkai ikan yang memenuhi kolam untuk kemudian dibuang ke tempat lain. Sebagian dari mereka juga tampak berusaha keras menyelamatkan ikan dengan memanen dini agar ikan yang masih hidup bisa dijual, meskipun dengan harga murah.

Salah seorang petani KJA, Halim Wahyu, warga Kampung Cikuya, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Jatiluhur, mengaku, kematian ikan jenis mas dan nila sudah terjadi sejak dua hari lalu. Banyak petani yang tidak bisa mengantisipasi kasus kematian ikan secara massal ini.



" Ikan saya 100 ton yang mati, padahal modal tanam sekitar Rp2 miliar. Untuk meminimalisasi kerugian ya kita usahakan menjual ikan-ikan yang masih hidup, meski dengan harga murah. Ikannya juga masih kecil-kecil baru berusia dua bulan," kata Halim.

Dia mengatakan, sekitar tujuh ton ikan yang masih hidup dipanen dini , dan langsung dijualnya ke bandar-bandar penampungan dengan harga ikan mas Rp24.000/kg. Harga jual sebesar itu sangatlah murah dibanding situasi normal Rp28.000/kg.



Menurutnya, belum ada rencana lanjutan dengan musibah yang dialaminya itu. Termasuk belum terpikir mengembalikan modal tanam Rp2 miliar. Tadinya, dengan modal tanam sebesar itu bisa kembali menjadi Rp2,8 miliar, atau untung Rp800.000.

" Kematian ikan di Waduk Jatiluhur tahun sekarang cukup besar, perkiraannya bisa ribuan ton. Bahkan, ada KJA lain ruginya lebih besar dibanding saya karena modal yang ditanamkan jauh lebih besar," ucapnya.



Sebelumnya, dia juga sempat mengalami kematian massal ikan KJA pada 9 Desember 2020 lalu. Hanya saja pada waktu itu kerugian tidak sebesar tahun ini hingga 100 ton.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4311 seconds (0.1#10.140)