Usai Tahun Baru, Harga Cabai Merah di Batubara Tak Lagi Menyengat
loading...
A
A
A
BATUBARA - Usai perayaan tahun baru 2021, harga cabai merah di kalangan petani Lubuk Cuik, Desa perupuk Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, mengalami penurunan secara drastis.
Bulan Desember 2020 lalu, harga cabai merah diperoleh petani Rp45 ribu/kg, dan setelah tahun baru harga terus menurun, dan kini harga cabai merah turun hingga Rp23 ribu/kg.
Rahman (30), petani cabai asal Bulan-bulan, mengatakan, harga cabai merah akan turun apabila memasuki tahun baru, dan tahun ini harganya akan terus jatuh karena petani cabai merah Takengon Aceh, panen raya.
Jika petani cabai Batubara, terlambat panen dikhawatirkan petani akan merugi. Alasannya, harga cabai Takengon Aceh, bisa murah karena biaya pengolahan tak membutuhkan obat-obatan, sementara di sini biaya penanaman, pupuk dan pasca panen terbilang mahal.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bila harga seperti hari ini, petani memang tidak merugi namun mengakibatkan berkurangnya laba yang dihasilkan.
Rahman berharap, di daerah lumbung cabai di Batubara, dapat didirikan perusahaan pengolahan saos cabai. Karena, 10-205 cabai hasil panen petani tidak laku terjual akibat patah dan rusak di tengah. Jika harga anjlok petani kesulitan menjual hasil panennya.
"Beberapa bulan yang lalu berita tentang pabrik saos itu santer terdengar, tapi belakangan ini senyap saja," ujar Rahman menyesalkan.
Kawasan lumbung cabai daerah Bulan-bulan, dan sekitarnya saat ini sedang mencabut batang cabai, diperkirakan pertengahan bulan Februari akan memulai aktivitas menanam cabai lagi. "Semoga panen depan harga cabai menguntungkan petani," tutupnya dengan penuh harapan.
Bulan Desember 2020 lalu, harga cabai merah diperoleh petani Rp45 ribu/kg, dan setelah tahun baru harga terus menurun, dan kini harga cabai merah turun hingga Rp23 ribu/kg.
Rahman (30), petani cabai asal Bulan-bulan, mengatakan, harga cabai merah akan turun apabila memasuki tahun baru, dan tahun ini harganya akan terus jatuh karena petani cabai merah Takengon Aceh, panen raya.
Jika petani cabai Batubara, terlambat panen dikhawatirkan petani akan merugi. Alasannya, harga cabai Takengon Aceh, bisa murah karena biaya pengolahan tak membutuhkan obat-obatan, sementara di sini biaya penanaman, pupuk dan pasca panen terbilang mahal.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bila harga seperti hari ini, petani memang tidak merugi namun mengakibatkan berkurangnya laba yang dihasilkan.
Rahman berharap, di daerah lumbung cabai di Batubara, dapat didirikan perusahaan pengolahan saos cabai. Karena, 10-205 cabai hasil panen petani tidak laku terjual akibat patah dan rusak di tengah. Jika harga anjlok petani kesulitan menjual hasil panennya.
"Beberapa bulan yang lalu berita tentang pabrik saos itu santer terdengar, tapi belakangan ini senyap saja," ujar Rahman menyesalkan.
Kawasan lumbung cabai daerah Bulan-bulan, dan sekitarnya saat ini sedang mencabut batang cabai, diperkirakan pertengahan bulan Februari akan memulai aktivitas menanam cabai lagi. "Semoga panen depan harga cabai menguntungkan petani," tutupnya dengan penuh harapan.
(eyt)