Motang Rua, Pahlawan Kebanggaan Orang Manggarai

Jum'at, 17 April 2020 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Wanggur Laki Mangir –saudara dari ibu Motang Rua- dipaksa untuk mencari Motang Rua agar menyerahkan diri. Jika tidak menyerahkan diri, maka seluruh keluarga akan dibunuh Belanda. Motang Rua lalu dicari dan ditemukan di gua persembunyiannya. Setelah dijelaskan, sang pahlawan pun ikhlas menyerahkan diri demi keselamatan keluarga.

Namun sebelum menyerahkan diri, Motang Rua meminta keluarganya untuk melakukan ritual melepas ayam putih untuk menghilangkan kekuatan supra natural yang dimilikinya. Setelah ritual itu dilakukan, Motang Rua kembali dan bisa dilihat pasukan musuh.

Dibuang ke Batavia hingga Vietnam

Belanda kemudian membawa Motang Rua dan beberapa pengikut termasuk adik kandungnya ke Reo. Dari pelabuhan Reo, mereka dibawa ke Ende, lalu ke Kupang dan ke Makasar untuk diadili.

Pengadilan Belanda di Makasar memutuskan Motang Rua dan adiknya divonis dengan hukuman penjara selama 20 tahun di Batavia (Jakarta). Dari Batavia, kemudian Motang Rua dan adiknya dipindahkan ke Sawa Lunto untuk dipekerjakan pada pertambangan batu bara milik Pemerintah Kolonial Belanda.

Saat Motang Rua menjalani kerja paksa di Sawah Lunto, Aceh di bawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien sedang bergolak. Rakyat mulai melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Belanda kemudian menggunakan keahlian perang Motang Rua untuk membantu pasukan Belanda menumpas gerakan rakyat Aceh.

Namun, kebencian Motang Rua terhadap Belanda tak pernah berkurang. Alih-alih membantu Belanda, Motang Rua malah membantu pasukan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien.

Aksi Motang Rua ini membuat Belanda geram. Ia kemudian dibuang oleh Belanda ke Saigon, Vietnam. Namun pada 1927, masa tahanan Motang Rua di Vietnam selesai dan dia boleh kembali ke Manggarai. Motang Rua kembali ke Manggarai melalui Aimere. Saat itu, sedang gencar-gencarnya pembangunan jalan trans Selatan Flores yaitu dari Ruteng ke Ende di bawah Pemerintahan Raja Bagung, raja kedua Kerajaan Manggarai.

Menurut kisah, saat kepulangan ini, secara tak terduga, Motang Rua bertemu Raja Bagung di Tengku Teang. Menghormati seorang pahlawan, Raja Bagung menghentikan pembukaan jalan untuk sementara. Raja Bagung dan seluruh rakyat kemudian menuju Beo Kina untuk melaksanakan upacara adat Caca Selek, sebuah ritual penyambutan istimewa.

Setelah bebas dari tahanan, rasa benci Motang Rua terhadap Belanda belum berkurang. Dia bahkan tak pernah mau bertemu dengan orang-orang berkebangsaan Belanda, termasuk para misionaris Katolik Belanda yang bekerja di Manggarai.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3681 seconds (0.1#10.140)