Tuntut Dibentuk Tim Pencari Fakta Independen, PUI Kediri Raya Kirim Surat ke Presiden

Jum'at, 18 Desember 2020 - 16:57 WIB
loading...
Tuntut Dibentuk Tim...
Tampak puluhan massa Pergerakan Umat Islam (PUI) Kediri Raya yang berunjuk rasa di depan kantor Mapolres Kediri Kota Jumat (18/12/2020) (Foto/SINDOnews/Solichan Arif)
A A A
KEDIRI - Puluhan massa Pergerakan Umat Islam (PUI) Kediri Raya menuntut aparat berwenang segera membentuk Tim Pencari Fakta Independen dalam pengusutan insiden penembakan enam warga sipil anggota laskar Front Pembela Islam (FPI).

Pernyataan sikap tersebut disampaikan dalam unjuk rasa di depan Kantor Mapolres Kediri Kota. "Kami menuntut segera dibentuk tim pencari fakta independen," tegas Rahmat Mahmudi selaku Ketua Presidium PUI Kediri Raya dalam orasinya Jumat (18/12/2020).

(Baca juga: Usai Salat Jumat, PUI Sebar Pemberitahuan Unjuk Rasa di Mapolresta Kediri )

Sesuai undangan pemberitahuan yang beredar di media sosial, massa PUI Kediri Raya menggelar unjuk rasa. Meski hujan, massa yang berjumlah tidak lebih dari 100 orang tetap menyampaikan aspirasinya. Sebagian besar bersarung dan bersongkok.

Massa juga mengenakan masker. Di depan massa terlihat sejumlah aparat kepolisian, berdiri berjajar melakukan pengamanan. "Aksi ini dikatarbelakangi peristiwa terbunuhnya enam warga sipil yang kebetulan anggota FPI," kata Rahmat Mahmudi yang langsung disusul seruan takbir peserta aksi.

PUI Kediri Raya menduga penembakan yang dilakukan oknum polisi tidak memiliki dasar hukum jelas. Menurut Rahmat, pihaknya tidak melihat ada pelanggaran hukum yang dilakukan enam orang warga sipil yang membuat mereka harus ditembak mati.

"Kami menduga. Bukan menuduh. Ada pelanggaran hukum yang dilakukan kepolisian," kata Rahmat. Dalam pengusutan insiden 7 Desember lalu itu, juga muncul kesimpangsiuran informasi. Keterangan yang disampaikan kepolisian tidak sama dengan temuan FPI.

Ada versi versi yang satu sama lain saling bertolak belakang. Diduga ada fakta dan kebenaran yang sengaja disembunyikan. "Karenanya harus segera dibentuk Tim Pencari Fakta Independen," papar Rahmat. Pengunjuk rasa juga mendorong Komnas HAM untuk mengungkap peristiwa dan fakta yang diduga masih tersembunyi.

(Baca juga: Tertangkap Tak Pakai Masker, Pemuda Sidoarjo Ajak Debat Petugas )

Massa menyebut peristiwa terbunuhnya enam orang warga sipil itu sebagai tragedi kemanusiaan. "Ini tragedi kemanusiaan," tambah Rahmat Mahmudi. Kepada aparat kepolisian, massa PUI Kediri Raya menuntut penanganan kasus hendaknya mengedepankan azas keadilan dan tidak diskriminasi. Termasuk dalam menangani kasus yang menjerat Habib Rizieq Shihab.

Rahmat Mahmudi mengatakan, akhir akhir ini masyarakat semakin merasakan bergesernya rasa keadilan aparat penegak hukum. "Rasa keadilan yang kami rasakan mulai bergeser," ungkap Rahmat. Selain diberikan kepada Polres Kediri Kota untuk kemudian disampaikan kepada Kapolri, PUI Kediri Raya juga mengirim surat pernyataan sikap kepada Presiden Joko Widodo dan Komnas HAM.

"Kita juga kirimkan pernyataan sikap ini kepada presiden (Joko Widodo) dan Komnas HAM," pungkas Rahmat Mahmudi. Aksi damai yang dikatakan dihadiri para habaib, ulama, masyayikh, asatidz, tokoh dan masyarakat muslim anggota PUI Kediri Raya itu berjalan aman dan tertib. Massa yang hadir tidak sampai 200 orang seperti yang beredar dalam undangan pemberitahuan.

Usai berdoa bersama yang diiringi seruan takbir, massa langsung membubarkan diri. Sebelumnya Kasubag Humas Polres Kediri Kota AKP Kamsudi mengatakan siap menerima kedatangan pengunjuk rasa.

"Kami siap menerima (pengunjuk rasa), meski sampai hari ini sebenarnya belum diperkenankan penyampaian pendapat dengan massa banyak," ujar Kamsudi kepada wartawan.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0988 seconds (0.1#10.140)