INAgri : AWR Kementan Pecahkan Persoalan Data Pertanian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perbaikan data yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui operasional Agriculture War Room (AWR) mendapat apresiasi dan sambutan baik dari Institute Agroekologi Indonesia (INAgri).
INAgri menilai, AWR adalah perangkat pertanian modern yang mampu menjangkau data nasional secara valid, tepat dan akurat.
"Terobosan ini sangat bagus karena selama ini kita selalu bermasalah dengan data. Misalnya luas baku lahan sawah, distribusi pupuk, luas panen, posisi panen dimana saja dan berapa banyak distribusi yang disalurkan. Nah, dengan hadirnya AWR, maka ini adalah harapan dan solusi bagi petani dalam hal pengambilan keputusan strategis berbasis data yang valid," ujar Dewan Pembina INAgri, Achmad Yakub,Rabu (13/5/2020) di Jakarta.
Menurut Yakub, tantangan Kementan dalam mengirim data dan informasi bukan lagi menjadi persoalan serius yang jadi polemik disana-sini. Justru, kemampuan AWR malah menjadiakan tantangan pertanian sebagai pemicu tumbuhnya produksi nasional.
"Dengan data maka petani tidak terganggu produksinya. Disisi lain, pemerintah juga bisa mengetahui kapan saatnya ekspor, kapan impor, dimana panen dan berapa hasilnya, lalu dimana daerah surplus dan defisit supaya ada distribusi yang baik," katanya. (BACA JUGA: Menaker Wajibkan Pengusaha Bayarkan THR H-7 Lebaran)
Di samping itu, program Kementan dalam penyediaan pangan melalui pasar murah berbasis mitra tani yang tersebar di seluruh indonesia juga sangat berpengaruh pada stabilnya harga pasar yang merugikan petani dan konsumen.
"Inovasi ini secara tidak langsung saling berkaitan juga dengan AWR dan program strategis lainya. Jadi, pertama produksinya aman, kedua harganya layak, ketiga petani lebih sejahtera dan terakhir antara petani dan konsumen selalu happy," katanya.
Meski demikian, Yakub mengingatkan agar pemerintah terus waspada terhadap peringatan Food and Agriculture Organization (FAO) mengenai krisis pangan yang melanda dunia akibat pandemi wabah corona.
"Yang harus dijaga adalah jangan sampai daya beli masyarakat menurun. Antisipasi ini bisa dilakukan dengan menjaga sentra pangan di pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan pulau lain yang memiliki potensi pertanain," tutupnya.
INAgri menilai, AWR adalah perangkat pertanian modern yang mampu menjangkau data nasional secara valid, tepat dan akurat.
"Terobosan ini sangat bagus karena selama ini kita selalu bermasalah dengan data. Misalnya luas baku lahan sawah, distribusi pupuk, luas panen, posisi panen dimana saja dan berapa banyak distribusi yang disalurkan. Nah, dengan hadirnya AWR, maka ini adalah harapan dan solusi bagi petani dalam hal pengambilan keputusan strategis berbasis data yang valid," ujar Dewan Pembina INAgri, Achmad Yakub,Rabu (13/5/2020) di Jakarta.
Menurut Yakub, tantangan Kementan dalam mengirim data dan informasi bukan lagi menjadi persoalan serius yang jadi polemik disana-sini. Justru, kemampuan AWR malah menjadiakan tantangan pertanian sebagai pemicu tumbuhnya produksi nasional.
"Dengan data maka petani tidak terganggu produksinya. Disisi lain, pemerintah juga bisa mengetahui kapan saatnya ekspor, kapan impor, dimana panen dan berapa hasilnya, lalu dimana daerah surplus dan defisit supaya ada distribusi yang baik," katanya. (BACA JUGA: Menaker Wajibkan Pengusaha Bayarkan THR H-7 Lebaran)
Di samping itu, program Kementan dalam penyediaan pangan melalui pasar murah berbasis mitra tani yang tersebar di seluruh indonesia juga sangat berpengaruh pada stabilnya harga pasar yang merugikan petani dan konsumen.
"Inovasi ini secara tidak langsung saling berkaitan juga dengan AWR dan program strategis lainya. Jadi, pertama produksinya aman, kedua harganya layak, ketiga petani lebih sejahtera dan terakhir antara petani dan konsumen selalu happy," katanya.
Meski demikian, Yakub mengingatkan agar pemerintah terus waspada terhadap peringatan Food and Agriculture Organization (FAO) mengenai krisis pangan yang melanda dunia akibat pandemi wabah corona.
"Yang harus dijaga adalah jangan sampai daya beli masyarakat menurun. Antisipasi ini bisa dilakukan dengan menjaga sentra pangan di pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan pulau lain yang memiliki potensi pertanain," tutupnya.
(vit)