Puluhan Alat Deteksi Bencana di Gunungkidul Tak Berfungsi
loading...
A
A
A
GUNUNG KIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul meminta warga Gunungkidul yang berada di zona merah bencana tanah longsor untuk meningkatkan kewaspadaan. Ini lantaran hujan deras yang mulai intensitasnya mulai naik.
Terlebih lagi sedikitnya 20 alat deteksi dini ataudikensl dengan sistem early warning system (EWS) mengalami kerusakan atau tidak berfungsi. (Baca juga: Antisipasi Letusan Merapi, 100 Ribu Masker Disiagakan Pemkab Boyolali )
"Laporan awal dari 30 alat EWS hanya 10 yang berfungsi," kata Kepala BPBD Gunungkidul Edy Basuki kepada wartawan, Minggu (8/11/2020). (Baca juga: Ada Lava Guguran Dari Kawah Merapi, BPPTKG: Ini Fenomena Biasa )
Pihaknya sudah mengingatkan pemerintah kelurahan terkait dengan kondisi ini. Terlebih lagi dengan 10 alat yang dilaporkan berfungsi agar dicek ulang.
Untuk saat ini sudah memasuki masa pancaroba. Sesuai prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di akhir Oktober sudah mulai musim hujan. Di masa peralihan ini ada prediksi cuaca ekstrem sehingga meningkatkan potensi terjadinya bencana, khususnya angin kencang.
“Untuk antisipasi, kami sudah lakukan koordinasi dengan masing-masing kapanewon agar melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana,” kata Edy kepada wartawan, Senin (12/10/2020).
Dia menjelaskan, pada masa peralihan ini, masyarakat diminta untuk berhati-hati dan waspada berkaitan dengan ancaman bencana alam. Untuk pengurangan risiko dilakukan beberapa antisipasi, salah satunya menggalakkan kebersihan lingkungan sekitar rumah.
"Warga di kawasan rawan juga kami minta diingatkan untuk waspada mkarena dampak Lanina berimbas pads curah hujan yang langsung tinggi dan gelombang laut," kata dia.
Ketika disinggung zona longsor, Edy mengatakan, kecamatan di sisi utara masuk dalam wilayah rawan longsor. Kewaspadaan kata menjadi hal yang sangat penting. "Jika hujan deras dalam durasi lama untuk segera mengungsi untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan," pungkas dia.
Terlebih lagi sedikitnya 20 alat deteksi dini ataudikensl dengan sistem early warning system (EWS) mengalami kerusakan atau tidak berfungsi. (Baca juga: Antisipasi Letusan Merapi, 100 Ribu Masker Disiagakan Pemkab Boyolali )
"Laporan awal dari 30 alat EWS hanya 10 yang berfungsi," kata Kepala BPBD Gunungkidul Edy Basuki kepada wartawan, Minggu (8/11/2020). (Baca juga: Ada Lava Guguran Dari Kawah Merapi, BPPTKG: Ini Fenomena Biasa )
Pihaknya sudah mengingatkan pemerintah kelurahan terkait dengan kondisi ini. Terlebih lagi dengan 10 alat yang dilaporkan berfungsi agar dicek ulang.
Untuk saat ini sudah memasuki masa pancaroba. Sesuai prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di akhir Oktober sudah mulai musim hujan. Di masa peralihan ini ada prediksi cuaca ekstrem sehingga meningkatkan potensi terjadinya bencana, khususnya angin kencang.
“Untuk antisipasi, kami sudah lakukan koordinasi dengan masing-masing kapanewon agar melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana,” kata Edy kepada wartawan, Senin (12/10/2020).
Dia menjelaskan, pada masa peralihan ini, masyarakat diminta untuk berhati-hati dan waspada berkaitan dengan ancaman bencana alam. Untuk pengurangan risiko dilakukan beberapa antisipasi, salah satunya menggalakkan kebersihan lingkungan sekitar rumah.
"Warga di kawasan rawan juga kami minta diingatkan untuk waspada mkarena dampak Lanina berimbas pads curah hujan yang langsung tinggi dan gelombang laut," kata dia.
Ketika disinggung zona longsor, Edy mengatakan, kecamatan di sisi utara masuk dalam wilayah rawan longsor. Kewaspadaan kata menjadi hal yang sangat penting. "Jika hujan deras dalam durasi lama untuk segera mengungsi untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan," pungkas dia.
(nth)