Bakal Bernilai USD133 Miliar, Ini Tantangan Startup Lokal
loading...
![Bakal Bernilai USD133...](https://pict.sindonews.net/dyn/732/pena/news/2020/11/03/701/217828/bakal-bernilai-usd133-miliar-ini-tantangan-startup-lokal-yck.png)
Bakal Bernilai USD133 Miliar, Ini Tantangan Startup Lokal. Foto/Ist
A
A
A
BANDUNG - Startup lokal mesti memiliki strategi agar mampu menjadi pemenang di negeri sendiri. Salah satunya yaitu fokus pada pelayanan kepada pelanggan.
Hal itu disampaikan Direktur Digital Business PT Telkom Fajrin Rasyid menyikapi dimulainya pendaftaran Indigo Creative Nation Bath 2 Tahun 2020 pada 1 Oktober sampai 13 November 2020.
Menurut dia, startup lokal harus menerapkan tiga pendekatan bisnis, tiga pola pikir mendasar, serta berfokus ke pelanggan. Penerapan strategi tersebut akan mendorong startup lokal menjadi pemenang di negeri sendiri.
"Tiga pendekatan bisnis tersebut adalah diferensiasi atau fokus konten lokal, integrasi offline dan online, serta sinergi dengan perusahaan lokal. Ini penting karena nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2019 sudah mencapai 40 miliar dolar dan akan menjadi 133 miliar dolar di tahun 2025," katanya, dalam siaran persnya, Selasa (3/1/2020).
Fajrin melanjutkan, startup lokal bisa menghadirkan strategi konten lokal eksklusif. Misalnya film/seri lokal, jenis musik lokal, animasi, permainan bercita rasa lokal, dan semacamnya.
Strategi integrasi offline online menjadi potensi besar karena startup luar belum tentu bisa menghadirkan presensi secara luring secara kontinyu, sehingga peluang ini bisa dioptimalkan sekaligus menjadi pembeda.
Sementara strategi sinergi dengan sesama perusahaan lokal diarahkan ke yang memiliki ukuran besar. "Dalam hal ini, startup lokal dapat menjadi mitra digital bagi perusahaan lokal tersebut. Hal ini tentu saja perlu dipersiapkan dengan matang sehingga menghasilkan kerja sama yang bersifat win-win," tambahnya.
Eks CEO startup lokal klasifikasi unicorn tersebut menambahkan, strategi ini harus dibangun dari tiga perubahan pola pikir.
Pertama, learning/growth mindset yakni perubahan era digital yang berlangsung dengan cepat mengharuskan kita menguasai skill yang sesuai era tersebut.
Kedua, collaborative mindset, yakni kemampuan dan kemauan untuk dapat berkolaborasi di dalam tim maupun dengan tim lain bahkan organisasi lain, terlebih sebuah startup tidak mungkin menguasai seluruh bidang keahlian.
Ketiga, proses yakni adaptasi proseder yang sesuai tren digital. Percuma kita menerapkan teknologi canggih dan menyiapkan SDM yang andal apabila tidak didukung prosedur yang sesuai.
Sebagai contoh, teknologi digital signature dapat berjalan efektif apabila SOP di dalam organisasi tidak mengharuskan penerapan tanda tangan basah di dalam dokumen resmi perusahaan. (Baca juga: Bupati KBB Diminta Atasi Tunggakan Gaji di RSUD Cikalongwetan)
"Terakhir adalah berfokus pelanggan. Ini berarti melihat sesuatu dari sudut pandang mereka atau mencoba duduk dari posisi mereka. Startup, terutama yang akan mendaftar Indigo, harus memahami siapa pelanggan mereka, berapa usianya, bagaimana keseharian dan lingkungan mereka," jelasnya.
Diketahui, program Indigo menawarkan beberapa fasilitas bagi startup yang diinkubasi, antara lain pendanaan hingga Rp2 miliar. (Baca juga: Tewas di Dago, Pemuda Ini Diduga Korban Kebrutalan Geng Motor)
Juga, mentoring dari para ahli dan peluang akses pasar kepada pelanggan Telkom Group baik pelanggan Indihome, Telkomsel, maupun pelanggan korporasi serta UMKM.
Program Batch 2 tersebut mengkhususkan enam kategori startup yang bisa berpartisipasi mendaftar yakni agrikultur, pendidikan, keuangan, kesehatan, logistik, serta travel dan turisme.
Hal itu disampaikan Direktur Digital Business PT Telkom Fajrin Rasyid menyikapi dimulainya pendaftaran Indigo Creative Nation Bath 2 Tahun 2020 pada 1 Oktober sampai 13 November 2020.
Menurut dia, startup lokal harus menerapkan tiga pendekatan bisnis, tiga pola pikir mendasar, serta berfokus ke pelanggan. Penerapan strategi tersebut akan mendorong startup lokal menjadi pemenang di negeri sendiri.
"Tiga pendekatan bisnis tersebut adalah diferensiasi atau fokus konten lokal, integrasi offline dan online, serta sinergi dengan perusahaan lokal. Ini penting karena nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2019 sudah mencapai 40 miliar dolar dan akan menjadi 133 miliar dolar di tahun 2025," katanya, dalam siaran persnya, Selasa (3/1/2020).
Fajrin melanjutkan, startup lokal bisa menghadirkan strategi konten lokal eksklusif. Misalnya film/seri lokal, jenis musik lokal, animasi, permainan bercita rasa lokal, dan semacamnya.
Strategi integrasi offline online menjadi potensi besar karena startup luar belum tentu bisa menghadirkan presensi secara luring secara kontinyu, sehingga peluang ini bisa dioptimalkan sekaligus menjadi pembeda.
Sementara strategi sinergi dengan sesama perusahaan lokal diarahkan ke yang memiliki ukuran besar. "Dalam hal ini, startup lokal dapat menjadi mitra digital bagi perusahaan lokal tersebut. Hal ini tentu saja perlu dipersiapkan dengan matang sehingga menghasilkan kerja sama yang bersifat win-win," tambahnya.
Eks CEO startup lokal klasifikasi unicorn tersebut menambahkan, strategi ini harus dibangun dari tiga perubahan pola pikir.
Pertama, learning/growth mindset yakni perubahan era digital yang berlangsung dengan cepat mengharuskan kita menguasai skill yang sesuai era tersebut.
Kedua, collaborative mindset, yakni kemampuan dan kemauan untuk dapat berkolaborasi di dalam tim maupun dengan tim lain bahkan organisasi lain, terlebih sebuah startup tidak mungkin menguasai seluruh bidang keahlian.
Ketiga, proses yakni adaptasi proseder yang sesuai tren digital. Percuma kita menerapkan teknologi canggih dan menyiapkan SDM yang andal apabila tidak didukung prosedur yang sesuai.
Sebagai contoh, teknologi digital signature dapat berjalan efektif apabila SOP di dalam organisasi tidak mengharuskan penerapan tanda tangan basah di dalam dokumen resmi perusahaan. (Baca juga: Bupati KBB Diminta Atasi Tunggakan Gaji di RSUD Cikalongwetan)
"Terakhir adalah berfokus pelanggan. Ini berarti melihat sesuatu dari sudut pandang mereka atau mencoba duduk dari posisi mereka. Startup, terutama yang akan mendaftar Indigo, harus memahami siapa pelanggan mereka, berapa usianya, bagaimana keseharian dan lingkungan mereka," jelasnya.
Diketahui, program Indigo menawarkan beberapa fasilitas bagi startup yang diinkubasi, antara lain pendanaan hingga Rp2 miliar. (Baca juga: Tewas di Dago, Pemuda Ini Diduga Korban Kebrutalan Geng Motor)
Juga, mentoring dari para ahli dan peluang akses pasar kepada pelanggan Telkom Group baik pelanggan Indihome, Telkomsel, maupun pelanggan korporasi serta UMKM.
Program Batch 2 tersebut mengkhususkan enam kategori startup yang bisa berpartisipasi mendaftar yakni agrikultur, pendidikan, keuangan, kesehatan, logistik, serta travel dan turisme.
(boy)