Kelompok Wanita Tani di Pangandaran Berhasil Produksi Pupuk Organik Berbahan Sampah
loading...
A
A
A
PANGANDARAN - Inovasi dan kreativitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Agri Lestari di Dusun Pasirkiara, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran layak diapresiasi. Mereka berhasil mengolah sampah dan sisa makanan rumah tangga menjadi sebuah produk pupuk organik, bahkan hasil produksi mereka saat ini banyak diminati masyarakat sebagai kebutuhan pupuk tanaman.
Berbeda dengan kebiasaan para wanita lain pada umumnya yang disibukan dengan mempersolek wajah di salon kecantikan. Para wanita yang berstatus Ibu Rumah Tangga tersebut memiliki kesibukan rutin setiap Jumat pagi.
Ketua Kelompok Wanita Tani Srikandi Agri Lestari Iah Muslihah mengatakan, kegiatan produksi pupuk organik ditekuni oleh kelompoknya sejak terjadi Covid-19. "Kami mendapat ilmu cara membuat pupuk organik ini dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa," kata Iah Muslihah.
Setelah dibekali cara dan tahapan, Kelompok Wanita Tani tersebut melakukan percobaan dan hasilnya maksimal. "Pada percobaan perdana dengan hasil yang maksimal akhirnya banyak masyarakat yang minat untuk membeli dan kami sepakat kegiatan produksi pupuk organik menjadi agenda rutin," tambahnya.
Setiap Jumat, para wanita itu disibukan dengan agenda memanen pupuk organik yang telah di produksi pada Juma'at sebelumnya juga menyiapkan bahan baku untuk kembali dipanen pada Jumat mendatang. "Proses dan tahapan pengerjaannya masih dilakukan secara manual dan tradisional karena keterbatasan peralatan modern," papar Iah Muslihah.
Dijelaskan Iah Muslihah, hasil produksi pupuk organik dalam kurun 1 minggu sekitar 1 kwintal. "Karena banyak pesanan dari luar anggota Kelompok, maka setiap produksi kuantitasnya terus ditambah," terangnya.
Untuk harga penjualan ke anggota Kelompok pupuk organik dengan berat 20 kilogram seharga Rp20.000 sedangkan keluar anggota Kelompok Rp25.000 per 20 kilogram. "Prosesnya sangat sederhana namun perlu telaten agar hasilnya maksimal," sambung Iah Muslihah.
Iah Muslihah menerangkan, bahan dasar pupuk organik tersebut di antaranya, campuran sabut kelapa, kotoran hewan, daun, sampah sayuran, gula pasir dan M4. Campuran berbagai jenis bahan baku yang sudah diratakan disimpan dalam plastik diperlakukan permentasi selama 1 minggu.
Jika kondisi cuaca cerah dalam kurun waktu 1 minggu sudah jadi pupuk organik dan jika kondisi cuaca sedang musim hujan pupuk organik baru bisa dipanen setelah 2 minggu. "Setelah tahap permentasi selesai selama 1 minggu lalu disaring menggunakan kawat ram untuk dilakukan pengayakan," jelasnya.
Agar rutinitas pembuatan pupuk organik berkesinambungan, para anggota Kelompok dianjurkan untuk menanam tanaman dirumahnya masing-masing seperti kangkung, terong, cabe dan jenis tumbuhan sayuran lainnya. "Kami mengerjakan produksi pupuk organik ini tanpa modal sepeserpun, karena banyak peminat yang ingin membeli sekarang kami sudah punya uang kas kelompok," pungkasnya.
Berbeda dengan kebiasaan para wanita lain pada umumnya yang disibukan dengan mempersolek wajah di salon kecantikan. Para wanita yang berstatus Ibu Rumah Tangga tersebut memiliki kesibukan rutin setiap Jumat pagi.
Ketua Kelompok Wanita Tani Srikandi Agri Lestari Iah Muslihah mengatakan, kegiatan produksi pupuk organik ditekuni oleh kelompoknya sejak terjadi Covid-19. "Kami mendapat ilmu cara membuat pupuk organik ini dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa," kata Iah Muslihah.
Setelah dibekali cara dan tahapan, Kelompok Wanita Tani tersebut melakukan percobaan dan hasilnya maksimal. "Pada percobaan perdana dengan hasil yang maksimal akhirnya banyak masyarakat yang minat untuk membeli dan kami sepakat kegiatan produksi pupuk organik menjadi agenda rutin," tambahnya.
Setiap Jumat, para wanita itu disibukan dengan agenda memanen pupuk organik yang telah di produksi pada Juma'at sebelumnya juga menyiapkan bahan baku untuk kembali dipanen pada Jumat mendatang. "Proses dan tahapan pengerjaannya masih dilakukan secara manual dan tradisional karena keterbatasan peralatan modern," papar Iah Muslihah.
Dijelaskan Iah Muslihah, hasil produksi pupuk organik dalam kurun 1 minggu sekitar 1 kwintal. "Karena banyak pesanan dari luar anggota Kelompok, maka setiap produksi kuantitasnya terus ditambah," terangnya.
Untuk harga penjualan ke anggota Kelompok pupuk organik dengan berat 20 kilogram seharga Rp20.000 sedangkan keluar anggota Kelompok Rp25.000 per 20 kilogram. "Prosesnya sangat sederhana namun perlu telaten agar hasilnya maksimal," sambung Iah Muslihah.
Iah Muslihah menerangkan, bahan dasar pupuk organik tersebut di antaranya, campuran sabut kelapa, kotoran hewan, daun, sampah sayuran, gula pasir dan M4. Campuran berbagai jenis bahan baku yang sudah diratakan disimpan dalam plastik diperlakukan permentasi selama 1 minggu.
Jika kondisi cuaca cerah dalam kurun waktu 1 minggu sudah jadi pupuk organik dan jika kondisi cuaca sedang musim hujan pupuk organik baru bisa dipanen setelah 2 minggu. "Setelah tahap permentasi selesai selama 1 minggu lalu disaring menggunakan kawat ram untuk dilakukan pengayakan," jelasnya.
Agar rutinitas pembuatan pupuk organik berkesinambungan, para anggota Kelompok dianjurkan untuk menanam tanaman dirumahnya masing-masing seperti kangkung, terong, cabe dan jenis tumbuhan sayuran lainnya. "Kami mengerjakan produksi pupuk organik ini tanpa modal sepeserpun, karena banyak peminat yang ingin membeli sekarang kami sudah punya uang kas kelompok," pungkasnya.
(alf)