Perlu Strategi Perkuat Industri Baja Nasional Disaat Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
BOGOR - Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur, pemerintah terus berupaya membenahi dan memperkuat industri baja nasional dengan mewujudkan negara mandiri dari impor baja.
Namun yang saat ini tengah dialami hampir seluruh negara di dunia adalah minimnya permintaan atau demand akan produk baja karena dampak Pandemi COVID-19 .
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan, saat pandemi semua negara berupaya mencari cara agar permintaan di industry baja meningkat. (BACA JUGA: Makanan Sehat Ini Baik untuk Anak Selama Pandemi Covid-19)
“Kita lihat di Amerika, ada upaya dari industri bajanya menyurati parlemennya untuk mengeluarkan semacam infrastruktur bill yang tujuannya adalah untuk mendorong industry baja agar bergerak. Karena semua pada saat covid hampir seluruh industry (baja) ini mengalami slow down dan kemudian banyak dijumpai tenaga kerja yang mungkin dijaga, agar tidak di PHK. Ini satu upaya yang besar, jadi distruption dari supply chain secara global,” terangnya dalam webinar Infrastructure Connect Digital Series dengan tema "Strategi Memperkuat Industri Baja Nasional dalam Percepatan Pengembangan Infrastruktur", Rabu (30/9/2020).
Taufiek menjelaskan, negara-negara yang berkonsentrasi di industri baja, menggunakan skema stimulus untuk membangkitkan industry baja nasional mereka. Dengan skema stimulus ini, diharapkan permintaan baja tumbuh sehingga semua ekosistem yang ada di industry baja ini juga ikut bergerak.
“Pemerintah China juga sama, mengeluarkan bounce sampai sekitar USD326 miliar. Jadi pemerintah pusat dan derah, untuk proyek pembangunan hampir 13 airport. Kemudian 9 railway. Semua ditujukan untuk membangkitkan (demand baja). Dan estimasi dari proyek yang seperti itu, di Cina itu 21 juta ton dapat terserap di proyek-proyek tersebut,” urainya lagi. (BACA JUGA: Vanuatu Mengeluh Diserang Troll Online usai Usik RI soal Papua Barat)
Ia menambahkan, jika diliat dari peta dunia, 52 % pengguna baja itu disektor konstruksi dan bangunan. 16 persennya diequipment/machining, 12 persennya di sector otomotif, 10 persennya di house hold, dan 3 persen di sektor lainnya seperti alat elektronik. Ini adalah gambaran besar mengapa infrastruktur menjadi penting untuk di dorong oleh dana pemerintah.
Selain itu, instrument lain yang tak kalah penting dalam memperkuat industry baja nasional menurut Taufik adalah SNI produk baja dan peningkatan TKDN. Ia menilai, secara teknik, SNI merupakan instrument yang cukup bagus untuk membendung, impor-impor produk yang dihilir.
Dalam kesempatan yang sama, nara sumber lainnya Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tata Metal Lestari, perusahaan penyedia Baja Lapis Zinc Aluminium dengan merek Nexalume dan Baja Ringan TASO, memaparkan strategi pelaku usaha dalam menjaga industri baja nasional dalam percepatan infrastruktur di masa pandemi.
Dia menjelaskan, seperti sepakbola, ada 2 strategi yang dapat dilakukan pengusaha dalam kondisi ini. Yang pertama adalah strtegi bertahan. Caranya dengan menjaga kesehatan dan keamanan kerja di lingkungan industri baja nasional, dan menjaga perekonomian dan memproteksi industri baja nasional dari baja impor.
Stephanus menambahkan, ada juga strategi maju ke depan. Langkah yang bisa dilakukan menurutnya dengan mempercepat inovasi dalam industri baja, inovasi berbasis metal secara berkesinambungan, kemudian meningkatkan standard dan yang terakhir memperkuat UMKM dan IKM khususnya untuk baja konstruksi. (BACA JUGA: Bermain Game Online Berjam-jam, Bocah di Mesir Meregang Nyawa)
Namun yang saat ini tengah dialami hampir seluruh negara di dunia adalah minimnya permintaan atau demand akan produk baja karena dampak Pandemi COVID-19 .
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan, saat pandemi semua negara berupaya mencari cara agar permintaan di industry baja meningkat. (BACA JUGA: Makanan Sehat Ini Baik untuk Anak Selama Pandemi Covid-19)
“Kita lihat di Amerika, ada upaya dari industri bajanya menyurati parlemennya untuk mengeluarkan semacam infrastruktur bill yang tujuannya adalah untuk mendorong industry baja agar bergerak. Karena semua pada saat covid hampir seluruh industry (baja) ini mengalami slow down dan kemudian banyak dijumpai tenaga kerja yang mungkin dijaga, agar tidak di PHK. Ini satu upaya yang besar, jadi distruption dari supply chain secara global,” terangnya dalam webinar Infrastructure Connect Digital Series dengan tema "Strategi Memperkuat Industri Baja Nasional dalam Percepatan Pengembangan Infrastruktur", Rabu (30/9/2020).
Taufiek menjelaskan, negara-negara yang berkonsentrasi di industri baja, menggunakan skema stimulus untuk membangkitkan industry baja nasional mereka. Dengan skema stimulus ini, diharapkan permintaan baja tumbuh sehingga semua ekosistem yang ada di industry baja ini juga ikut bergerak.
“Pemerintah China juga sama, mengeluarkan bounce sampai sekitar USD326 miliar. Jadi pemerintah pusat dan derah, untuk proyek pembangunan hampir 13 airport. Kemudian 9 railway. Semua ditujukan untuk membangkitkan (demand baja). Dan estimasi dari proyek yang seperti itu, di Cina itu 21 juta ton dapat terserap di proyek-proyek tersebut,” urainya lagi. (BACA JUGA: Vanuatu Mengeluh Diserang Troll Online usai Usik RI soal Papua Barat)
Ia menambahkan, jika diliat dari peta dunia, 52 % pengguna baja itu disektor konstruksi dan bangunan. 16 persennya diequipment/machining, 12 persennya di sector otomotif, 10 persennya di house hold, dan 3 persen di sektor lainnya seperti alat elektronik. Ini adalah gambaran besar mengapa infrastruktur menjadi penting untuk di dorong oleh dana pemerintah.
Selain itu, instrument lain yang tak kalah penting dalam memperkuat industry baja nasional menurut Taufik adalah SNI produk baja dan peningkatan TKDN. Ia menilai, secara teknik, SNI merupakan instrument yang cukup bagus untuk membendung, impor-impor produk yang dihilir.
Dalam kesempatan yang sama, nara sumber lainnya Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tata Metal Lestari, perusahaan penyedia Baja Lapis Zinc Aluminium dengan merek Nexalume dan Baja Ringan TASO, memaparkan strategi pelaku usaha dalam menjaga industri baja nasional dalam percepatan infrastruktur di masa pandemi.
Dia menjelaskan, seperti sepakbola, ada 2 strategi yang dapat dilakukan pengusaha dalam kondisi ini. Yang pertama adalah strtegi bertahan. Caranya dengan menjaga kesehatan dan keamanan kerja di lingkungan industri baja nasional, dan menjaga perekonomian dan memproteksi industri baja nasional dari baja impor.
Stephanus menambahkan, ada juga strategi maju ke depan. Langkah yang bisa dilakukan menurutnya dengan mempercepat inovasi dalam industri baja, inovasi berbasis metal secara berkesinambungan, kemudian meningkatkan standard dan yang terakhir memperkuat UMKM dan IKM khususnya untuk baja konstruksi. (BACA JUGA: Bermain Game Online Berjam-jam, Bocah di Mesir Meregang Nyawa)