Strategi Kemandirian Industri Baja Dukung Pertumbuhan Ekonomi

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 15:19 WIB
loading...
Strategi Kemandirian...
Diskusi online Infrastructure Connect Digital Series 2021 membahas kemandirian industri baja nasional. Foto/Ist
A A A
CILEGON - Industri baja nasional yang mandiri diharapkan mampu mendukung tumbuhnya ekonomi nasional. Dengan metode Three Circular Economy, pengamat optimistis tujuan itu dapat segera terwujud.

Three Circular Economy merupakan analisa umum antara peningkatan produksi dalam negeri, konsumsi produk dalam negeri, penurunan impor serta adanya investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional.



Direktur Logam Dirjen ILMATE Kemenperin, Budi Susanto mengungkapkan, pihaknya sudah memiliki rencana induk pengembangan industri baja dan besi nasional. Rencana itu dibuat dari tahun 2015 sampai 2035. Pada rencana tahap dua (2020-2024), target kapasitas produksi di akhir tahun 2024 sebesar 17 juta ton.

"Di bulan keempat tahun 2021 ini sudah mencapai 11,7 ton. Ini juga kalau dilihat dari targetnya (2021) ini 11,9 juta ton. Jadi kita sekarang masih kekurangan 0,2 juta ton. Mudah-mudahan dengan beroperasinya fasilitas LSM dari Gunung Rajapaksi yang 11 juta ton ini nanti bisa terpenuhi," dalam diskusi online Infrastructure Connect Digital Series 2021 dengan tema "Menuju Kemandirian Industri Baja Nasional dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional" dikutip Sabtu (9/10/2021).



"Kemudian Cilegon karena kita sudah sebut sebagai kota baja kita juga canangkan ada cluster 10 juta ton. Ini merupakan bagian dari yang 17 juta ton. Nah ini di tahun 2019 sampai 2022 ini juga sudah ditetapkan sebesar 6,9 juta ton. Dan ini mudah-mudahan juga bisa terpenuhi," katanya.

Budi menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 5 Agustus 2021 lalu, sektor konstruksi yang membutuhkan banyak baja dan besi sebagai material konstruksi kini tumbuh 4,42 persen.

Pertumbuhan ini terjadi karena adanya realisasi belanja pemerintah untuk konstruksi yang mengalami kenaikan sebesar 50,52 persen. Kemudian kebijakan PPnBM (Pajak Penjualan untuk Barang Mewah) untuk otomotif. Kebijakan ini juga mendorong pemakaian baja juga yang pada akhirnya meningkatkan impor besi dan baja.

Dia menyebut, Kemenperin sudah memiliki strategi untuk menekan laju impor dengan menerapkan smart supplay demand. Sehingga jika ada produk yang belum ada industrinya di tanah air, maka impor masih boleh dilakukan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2215 seconds (0.1#10.140)