Kehebatan 2 Mahapatih Majapahit, Mpu Nambi Usir Tentara Mongol dan Gajah Mada Luaskan Wilayah hingga Malaka
loading...
![Kehebatan 2 Mahapatih...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/09/29/1527285/kehebatan-2-mahapatih-majapahit-mpu-nambi-usir-tentara-mongol-dan-gajah-mada-luaskan-wilayah-hingga-malaka-zxx.webp)
Dua Patih Kerajaan Majapahit memiliki peran yang besar dalam membawa kejayaan di Nusantara. Foto/SindoNews
A
A
A
SEMARANG - Mpu Nambi menjadi Mahapatih Majapahit pertama di masa Raden Wijaya bertahta. Mpu Nambi memang memiliki jasa besar pada pendirian Kerajaan Majapahit di bawah komando Raden Wijaya, mengusir ribuan tentara Tartar dari Mongol daratan Cina.
Strategi cerdiknya ditengarai membuat sang pasukan yang sulit dikalahkan dalam perang-perang di wilayah lain takluk di Tanah Jawa. Peran Mpu Nambi jadi penting mengusir Mongol dari Pulau Jawa.
Membandingkan Mpu Nambi dan Gajah Mada sebagai sesama Mahapatih Majapahit tentu tak relevan. Keduanya hidup di masa dan kepemimpinan raja yang berbeda. Termasuk dari segi karakter kedua pejabat penting di Kerajaan Majapahit ini.
Di Negarakertagama diketahui Gajah Mada bergelar Rakyan Sang Mantri Mukyapatih I Majapahit Sang Pranaleng Kadatwan, artinya sang perdana menteri Patih Majapahit, perantara keraton. Sedangkan Nambi yang menjadi Mahapatih di kala raja Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana dan Jayanagara.
Gelar resmi patih Nambi adalah Patih Amungku Bhumi, gelar Patih Amangku Bhumi hanya digunakan oleh patih Kerajaan Majapahit untuk membedakannya dari gelar patih di berbagai daerah di wilayah negara Majapahit.
Dikisahkan Patih Amangku Bumi itu sama dengan patih seluruh negara amatya ring sanagara. Para adipati di wilayah negara Majapahit, misalnya rani Kahuripan dan Raja Kediri masing - masing juga mempunyai patih. Raja Jayakatwang Kediri mempunyai patih bernama Kebo Mundarang.
Konon pada masa Patih Nambi inilah Majapahit harus menghadapi serangan dari Kediri dan berhasil menaklukkannya. Tak hanya itu di bawah Patih Nambi sebagai Patih Amangku Bhumi, Majapahit juga mengusir pasukan Tartar dari Kekaisaran Mongol.
Strategi cerdiknya membuat pasukan Mongol yang mabuk kemenangan atas Kediri dibuat menyerah. Alhasil tentara Tartar pun berhasil diusir dari tanah Jawa, sehingga kelangsungan Kerajaan Majapahit bisa berjalan hingga akhirnya menjadi sebuah kerajaan besar.
Konon di masa pemerintahan Raja Raden Wijaya pasukan di bawah pimpinan Nambi mengalami kekalahan dari Ranggalawe, dalam pertempuran yang terjadi di Sungai Tambak Beras.
Nambi sendiri berhasil menyelematkan diri setelah kuda yang dinaikinya Brahma Cikur mati tertusuk oleh Ranggalawe. Nambi dan pasukannya kemudian berhasil dipukul mundur oleh Ranggalawe dan kalah perang. Hal ini membuat pemerintahan Raja Dyah Wijaya dibuat geram dan berencana melakukan serangan kedua dengan jumlah yang lebih besar di bawah komando Mahisa Nabrang.
Pertempuran inilah yang menjadi pertempuran pertama mengawali pergolakan di Kerajaan Majapahit sebelum Hayam Wuruk dan Gajah Mada-nya naik tahta, dan membawa Kerajaan Majapahit bisa menguasai Nusantara.
Pada masa pemerintahan Bhre Kahuripan dan Hayam Wuruk, jabatan yang demikian itu dipegang sendiri oleh patih amangku bhumi Gajah Mada. Saat itulah politik pemerintahan negara Majapahit sepenuhnya ada di tangan Gajah Mada.
Gajah Mada berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Semenanjung Malaya atau yang kini masuk Malaysia. Tapi karena peristiwa Perang Bubat, Gajah Mada kehilangan jabatannya dan menjadi pesakitan.
Kedua sosok ini baik Nambi dan Gajah Mada peran keduanya ini tak bisa digantikan satu sosok. Alhasil Dewan Pertimbangan Agung terpaksa mengangkat enam orang untuk menopang jabatan mahapatih di Kerajaan Majapahit.
Strategi cerdiknya ditengarai membuat sang pasukan yang sulit dikalahkan dalam perang-perang di wilayah lain takluk di Tanah Jawa. Peran Mpu Nambi jadi penting mengusir Mongol dari Pulau Jawa.
Membandingkan Mpu Nambi dan Gajah Mada sebagai sesama Mahapatih Majapahit tentu tak relevan. Keduanya hidup di masa dan kepemimpinan raja yang berbeda. Termasuk dari segi karakter kedua pejabat penting di Kerajaan Majapahit ini.
Di Negarakertagama diketahui Gajah Mada bergelar Rakyan Sang Mantri Mukyapatih I Majapahit Sang Pranaleng Kadatwan, artinya sang perdana menteri Patih Majapahit, perantara keraton. Sedangkan Nambi yang menjadi Mahapatih di kala raja Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana dan Jayanagara.
Gelar resmi patih Nambi adalah Patih Amungku Bhumi, gelar Patih Amangku Bhumi hanya digunakan oleh patih Kerajaan Majapahit untuk membedakannya dari gelar patih di berbagai daerah di wilayah negara Majapahit.
Dikisahkan Patih Amangku Bumi itu sama dengan patih seluruh negara amatya ring sanagara. Para adipati di wilayah negara Majapahit, misalnya rani Kahuripan dan Raja Kediri masing - masing juga mempunyai patih. Raja Jayakatwang Kediri mempunyai patih bernama Kebo Mundarang.
Konon pada masa Patih Nambi inilah Majapahit harus menghadapi serangan dari Kediri dan berhasil menaklukkannya. Tak hanya itu di bawah Patih Nambi sebagai Patih Amangku Bhumi, Majapahit juga mengusir pasukan Tartar dari Kekaisaran Mongol.
Strategi cerdiknya membuat pasukan Mongol yang mabuk kemenangan atas Kediri dibuat menyerah. Alhasil tentara Tartar pun berhasil diusir dari tanah Jawa, sehingga kelangsungan Kerajaan Majapahit bisa berjalan hingga akhirnya menjadi sebuah kerajaan besar.
Konon di masa pemerintahan Raja Raden Wijaya pasukan di bawah pimpinan Nambi mengalami kekalahan dari Ranggalawe, dalam pertempuran yang terjadi di Sungai Tambak Beras.
Nambi sendiri berhasil menyelematkan diri setelah kuda yang dinaikinya Brahma Cikur mati tertusuk oleh Ranggalawe. Nambi dan pasukannya kemudian berhasil dipukul mundur oleh Ranggalawe dan kalah perang. Hal ini membuat pemerintahan Raja Dyah Wijaya dibuat geram dan berencana melakukan serangan kedua dengan jumlah yang lebih besar di bawah komando Mahisa Nabrang.
Pertempuran inilah yang menjadi pertempuran pertama mengawali pergolakan di Kerajaan Majapahit sebelum Hayam Wuruk dan Gajah Mada-nya naik tahta, dan membawa Kerajaan Majapahit bisa menguasai Nusantara.
Pada masa pemerintahan Bhre Kahuripan dan Hayam Wuruk, jabatan yang demikian itu dipegang sendiri oleh patih amangku bhumi Gajah Mada. Saat itulah politik pemerintahan negara Majapahit sepenuhnya ada di tangan Gajah Mada.
Gajah Mada berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Semenanjung Malaya atau yang kini masuk Malaysia. Tapi karena peristiwa Perang Bubat, Gajah Mada kehilangan jabatannya dan menjadi pesakitan.
Kedua sosok ini baik Nambi dan Gajah Mada peran keduanya ini tak bisa digantikan satu sosok. Alhasil Dewan Pertimbangan Agung terpaksa mengangkat enam orang untuk menopang jabatan mahapatih di Kerajaan Majapahit.
(cip)