Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru

Minggu, 24 November 2024 - 14:38 WIB
loading...
A A A
Amran saat itu bukanlah anggota TNI AD yang berada dalam kesatuan pasukan batalyon yang dikirim ke sana. Dia adalah anggota TNI AD yang dipercaya negara menjadi anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS).

Dari dialah informasi keberadaan musuh harus didapatkan. Dari dialah kekuatan dan kelemahan pasukan Fretilin harus didapatkan untuk kemudian dilaporkan ke pimpinan.

Malam itu, Amran bersama prajurit lainnya terpojok dan tak bisa bergerak dengan leluasa karena dihujani peluru. Desing peluru terus melesat tanpa henti yang membuat suasana Idul Adha hilang seketika.

Amran lantas terus tiarap tanpa tidur sepanjang malam hingga pagi menjelang. Dirinya tak kuasa untuk melawan karena hanya memegang senjata api jenis revolver, sedangkan para pemberontak menggunakan senjata serbu AK-47 buatan Uni Soviet.

Pada pagi harinya, setelah mulai terang, unit pasukan penolong datang menggunakan helikopter, membantu dan membalas menyerang pemberontak dengan ratusan butir peluru tajam.

Tak butuh waktu lama, pemberontak kocar-kacir. Balasan tembakan dari pemberontak pun tak ada lagi. Situasi pun menjadi tenang dan semua selamat.

Kisah ini bukan hanya tentang keberanian dan keteguhan hati seorang prajurit TNI, tetapi juga tentang pengorbanan dan dedikasi yang luar biasa.

Malam takbir yang penuh desing peluru menjadi simbol pengorbanan para prajurit Indonesia yang bertugas di medan perang, menunjukkan bahwa mereka siap mengorbankan segalanya demi menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
(shf)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1335 seconds (0.1#10.140)