Husain Alting Sjah: Pilkada adalah Pertaruhan Menyelamatkan Harkat dan Martabat Rakyat
loading...
A
A
A
"Ini adalah kesempatan bagi rakyat Maluku Utara untuk kembali menentukan arah negeri mereka. Tetapi pilkada juga bukan tanpa tantangan. Godaan politik uang, janji-janji palsu, dan kampanye manipulatif adalah realitas yang harus dihadapi bersama," katanya.
Menurutnya, setiap amplop yang diterima mungkin terasa seperti rezeki kecil yang datang tiba-tiba. Tetapi di balik itu, ada harga yang harus dibayar. Uang itu akan segera habis dalam hitungan hari, tetapi keputusan yang salah akan meninggalkan luka selama bertahun-tahun.
"Rakyat akan kembali hidup dalam bayang-bayang korupsi, pembangunan yang stagnan, ketidakadilan, dan penderitaan lainnya," ucapnya.
"Jika rakyat Maluku Utara memilih karena uang, maka mereka tidak hanya menggadaikan masa depan, tetapi juga mengkhianati warisan leluhur. Mereka melupakan prinsip-prinsip adat yang telah membuat mereka terhormat selama berabad-abad," sambung Sultan dalam pidatonya.
Tak luput, Sultan Husain melontarkan bahwa slogan selamatkan Maluku Utara bukan tanpa landasan yang kuat, melainkan berlandasan kaidah fiqih “Dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholih”, artinya menghindar dari bencana harus didahulukan dari meraih kebaikan. Kaidah ini menyatakan bahwa menolak sesuatu yang lebih besar mafsadatnya (sesuatu yang bersifat negatif) lebih diutamakan daripada melaksanakan sesuatu yang bersifat mashohi (sesuatu yang bersifat positif).
Sultan Husain menegaskan bahwa menyelamatkan Maluku Utara dari kerusakan harus lebih diutamakan dari mengambil manfaat jangka pendek dan politik transaksional.
“Jika saudara-saudara sekalian bertanya sebenarnya apa yang kita selamatkan dalam Pilkada ini? Jawabannya sederhana: kehormatan dan masa depan rakyat Maluku Utara. Apakah kita akan dikenal sebagai generasi yang mempertahankan nilai-nilai leluhur, ataukah sebagai generasi yang merusaknya demi keuntungan sesaat? Pilihan ini bukan hanya tentang siapa yang memimpin lima tahun ke depan. Ini adalah tentang arah yang akan diambil negeri ini untuk masa depan. Jika salah memilih, maka harus siap menanggung akibatnya," tutur dia.
Tetapi jika memilih dengan hati nurani, dengan mempertimbangkan nilai-nilai adat dan agama, maka kita sedang meletakkan fondasi yang kokoh untuk generasi berikutnya anak-anak kita akan bertanya pada suatu hari nanti. Apa yang dilakukan orang tua kami saat negeri ini berada di persimpangan jalan?
"Dan kita harus bisa menjawab dengan bangga bahwa kita memilih untuk mempertahankan kehormatan, kita memilih untuk menyelamatkan Maluku Utara, alih-alih menjualnya," paparnya.
Sultan menyampaikan bahwa pilkada ini adalah pertaruhan terakhir untuk menyelamatkan Maluku Utara. Kata Sultan, ini adalah momen di mana kita bisa menunjukkan bahwa kita masih memegang prinsip “Moloku Kie Raha”, bahwa kita masih percaya pada nilai-nilai adat dan agama yang telah menjaga negeri ini selama ratusan tahun.
Menurutnya, setiap amplop yang diterima mungkin terasa seperti rezeki kecil yang datang tiba-tiba. Tetapi di balik itu, ada harga yang harus dibayar. Uang itu akan segera habis dalam hitungan hari, tetapi keputusan yang salah akan meninggalkan luka selama bertahun-tahun.
"Rakyat akan kembali hidup dalam bayang-bayang korupsi, pembangunan yang stagnan, ketidakadilan, dan penderitaan lainnya," ucapnya.
"Jika rakyat Maluku Utara memilih karena uang, maka mereka tidak hanya menggadaikan masa depan, tetapi juga mengkhianati warisan leluhur. Mereka melupakan prinsip-prinsip adat yang telah membuat mereka terhormat selama berabad-abad," sambung Sultan dalam pidatonya.
Tak luput, Sultan Husain melontarkan bahwa slogan selamatkan Maluku Utara bukan tanpa landasan yang kuat, melainkan berlandasan kaidah fiqih “Dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholih”, artinya menghindar dari bencana harus didahulukan dari meraih kebaikan. Kaidah ini menyatakan bahwa menolak sesuatu yang lebih besar mafsadatnya (sesuatu yang bersifat negatif) lebih diutamakan daripada melaksanakan sesuatu yang bersifat mashohi (sesuatu yang bersifat positif).
Sultan Husain menegaskan bahwa menyelamatkan Maluku Utara dari kerusakan harus lebih diutamakan dari mengambil manfaat jangka pendek dan politik transaksional.
“Jika saudara-saudara sekalian bertanya sebenarnya apa yang kita selamatkan dalam Pilkada ini? Jawabannya sederhana: kehormatan dan masa depan rakyat Maluku Utara. Apakah kita akan dikenal sebagai generasi yang mempertahankan nilai-nilai leluhur, ataukah sebagai generasi yang merusaknya demi keuntungan sesaat? Pilihan ini bukan hanya tentang siapa yang memimpin lima tahun ke depan. Ini adalah tentang arah yang akan diambil negeri ini untuk masa depan. Jika salah memilih, maka harus siap menanggung akibatnya," tutur dia.
Tetapi jika memilih dengan hati nurani, dengan mempertimbangkan nilai-nilai adat dan agama, maka kita sedang meletakkan fondasi yang kokoh untuk generasi berikutnya anak-anak kita akan bertanya pada suatu hari nanti. Apa yang dilakukan orang tua kami saat negeri ini berada di persimpangan jalan?
"Dan kita harus bisa menjawab dengan bangga bahwa kita memilih untuk mempertahankan kehormatan, kita memilih untuk menyelamatkan Maluku Utara, alih-alih menjualnya," paparnya.
Sultan menyampaikan bahwa pilkada ini adalah pertaruhan terakhir untuk menyelamatkan Maluku Utara. Kata Sultan, ini adalah momen di mana kita bisa menunjukkan bahwa kita masih memegang prinsip “Moloku Kie Raha”, bahwa kita masih percaya pada nilai-nilai adat dan agama yang telah menjaga negeri ini selama ratusan tahun.