Danau Purba Matano Tetap Lestari, Bukti Penambangan Keberlanjutan untuk Negeri
loading...
A
A
A
Menghadapi tantangan dari berbagai pihak, Bernardus menjelaskan bagaimana PT Vale telah memimpin perubahan dengan membangun pabrik pengolahan sejak tahun 1970 dan memproduksi nikel matte pada 1978, tanpa pernah mengekspor ore tanpa proses pengolahan di tanah air.
Bernardus menegaskan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66% lahan tambang dengan metode reklamasi progresif. “Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang,” tambahnya.
Bernardus menyoroti pula bagaimana PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Untuk menjaga mutu air bekas tambang, PT Vale mengembangkan Lamella Gravity Settler (LGS), yang beroperasi sejak 2014.
Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Teknologi LGS pertama untuk pertambangan di Indonesia ini merupakan hasil dua tahun riset dan kerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pembangunan fasilitas ini merupakan bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.
Pengolahan limbah cair juga diiringi pengecekan kualitas air danau secara reguler bersama lembaga independen. Hasil pengukuran kadar TSS dan Cr6+ di Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan APHA.
Tak hanya menjaga kelestarian danau Matano, PT Vale juga mereklamasi kawasan bukit Himalaya menjadi hutan tropis. Area bekas tambang seluas 50 hektare itu menjadi hutan lebat tanpa menyisakan kenangan, bahwa bukit itu dulunya pernah ditambang.
Pakar Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf mengatakan, sebagai perusahaan berskala global PT Vale dinilainya menjadi ikon penerapan pertambangan berkelanjutan. “Tidak hanya di Indonesia tetapi bisa jadi contoh bagi dunia,”ujarnya kepada SINDOnews. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu menilai, PT Vale tak sekadar menerapkan praktik good corporate governance, tetapi juga memperhatikan sungguh-sungguh masalah lingkungan dan sosial. “Perusahaan tambang yang berkomitmen dalam penerapan ESG dan sudah membuktikannya layak menjadi contoh,”katanya.
Sonny pun menilai, PT Vale bisa menjadi role model bagi perusahaan tambang nasional maupun global dalam penerapan pertambangan berkelanjutan sesuai prinsip-prinsip ESG. “Karena perusahaan pertambangan tak hanya memikirkan profit atau keuntungan, tetapi juga masalah sosial dan lingkungan,”tuturnya.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, M. Toha mengungkapkan, sudah menjadi DNA PT Vale sebagai perusahaan skala global untuk menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan. “Sejak awal beroperasi, memang Vale ketat soal penambangan berkelanjutan. Jadi tak heran jika aspek ESG menjadi perhatian utama,”paparnya.
Bernardus menegaskan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66% lahan tambang dengan metode reklamasi progresif. “Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang,” tambahnya.
Bernardus menyoroti pula bagaimana PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Untuk menjaga mutu air bekas tambang, PT Vale mengembangkan Lamella Gravity Settler (LGS), yang beroperasi sejak 2014.
Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Teknologi LGS pertama untuk pertambangan di Indonesia ini merupakan hasil dua tahun riset dan kerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pembangunan fasilitas ini merupakan bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.
Pengolahan limbah cair juga diiringi pengecekan kualitas air danau secara reguler bersama lembaga independen. Hasil pengukuran kadar TSS dan Cr6+ di Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan APHA.
Tak hanya menjaga kelestarian danau Matano, PT Vale juga mereklamasi kawasan bukit Himalaya menjadi hutan tropis. Area bekas tambang seluas 50 hektare itu menjadi hutan lebat tanpa menyisakan kenangan, bahwa bukit itu dulunya pernah ditambang.
Ikon Pertambangan Berkelanjutan
Pakar Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf mengatakan, sebagai perusahaan berskala global PT Vale dinilainya menjadi ikon penerapan pertambangan berkelanjutan. “Tidak hanya di Indonesia tetapi bisa jadi contoh bagi dunia,”ujarnya kepada SINDOnews. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu menilai, PT Vale tak sekadar menerapkan praktik good corporate governance, tetapi juga memperhatikan sungguh-sungguh masalah lingkungan dan sosial. “Perusahaan tambang yang berkomitmen dalam penerapan ESG dan sudah membuktikannya layak menjadi contoh,”katanya.
Sonny pun menilai, PT Vale bisa menjadi role model bagi perusahaan tambang nasional maupun global dalam penerapan pertambangan berkelanjutan sesuai prinsip-prinsip ESG. “Karena perusahaan pertambangan tak hanya memikirkan profit atau keuntungan, tetapi juga masalah sosial dan lingkungan,”tuturnya.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, M. Toha mengungkapkan, sudah menjadi DNA PT Vale sebagai perusahaan skala global untuk menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan. “Sejak awal beroperasi, memang Vale ketat soal penambangan berkelanjutan. Jadi tak heran jika aspek ESG menjadi perhatian utama,”paparnya.