Danau Purba Matano Tetap Lestari, Bukti Penambangan Keberlanjutan untuk Negeri
loading...
A
A
A
Danau Matano merupakan salah satu dari lima danau yang terdapat di dalam Kompleks Danau Malili. Yakni Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa. Danau Matano merupakan sebuah danau tektonik purba yang terbentuk dari aktifitas pergerakan lempeng kerak bumi pada akhir masa Pliosin sekitar 2-4 juta tahun yang lalu. Luasnya mencapai 50 hektare.
Kelestariaan danau Matano yang tetap terjaga meskipun berada di kawasan tambang Nikel lantaran PT Vale Indonesia, Tbk. (INCO) sebagai bagian dari Holding BUMN Tambang MIND ID menerapkan konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) yang ketat. Tak sekadar menambang, namun Vale juga mengembalikan kawasan seperti saat sebelum ditambang. PT Vale juga agresif dalam menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan atau good mining practice.
“Bagi kami di PT Vale, berkelanjutan suatu keharusan karena setiap hari kami berhadapan dengan lingkungan. Komitmen kami menjaga lingkungan. Tapi tentu tidak cukup, karena ada dampak sosial. Kedua hal itu juga tidak ada gunanya kalo tata kelola tidak baik. Jadi bagi kami taya kelola penting untuk memastikan bahwa yang kami lakukan ini berkelanjutan dengan menjaga etika bisnis,”tegas CEO PT Vale Febriany Eddy kepada SINDOnews di sela peringatan ulang tahun ke 56 PT Vale di Sorowako beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, pertambangan berkelanjutan membutuhkan tiga elemen untuk bekerja bersama. Yakni pemerintah, masyarakat dan perusahaan. “Jika satu tonggak tidak ada maka tidak berkelanjutan. Jadi kami berkolaborasi terus menerus dengan pemerintah dan masyarakat,”katanya.
Menurut Febriany, PT Vale memilikii Rencana Induk Program Pengembangan Masyarakat (RIPPM) bersifat jangka panjang. “Kami evaluasi terus menerus dan kami audit hasilnya. Kami buka secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Kami bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah agar lebih baik lagi,”paparnya.
Sebelum melakukan kegiatan penambangan, PT Vale selalu memperhatikan empat hal yang menjadi pilar. Yakni pendidikan, kesehatan sosial ekonomi dan budaya. “Dari awal sebelum kami menambang empat pilar itu kami perhatikan,”katanya.
Febriany pun menegaskan bahwa DNA PT Vale adalah berkelanjutan. “Kami memprioritaskan keseimbangan people, profit, dan planet. Tambang harus jangka panjang. Sehingga tiga pilar itu yang menjadi perhatian kami,”tegasnya.
Penerapan good mining practice dilakukan dengan melakukan reforestasi dan reklamasi diluar area konsesi. “Hingga kini sudah 300 persen dari yang kami buka (lahan tambang). Nikel ini milik Indonesia, kita harus jadi benchmark dunia tidak hanya Indonesia,”sebutnya.
Sedangkan Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale, Bernardus Irmanto, mengatakan, PT Vale terus menunjukkan bahwa pertambangan yang bertanggung jawab tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Sejak berdiri pada 1968, PT Vale telah mempelopori hilirisasi di Indonesia, jauh sebelum kebijakan tersebut populer.