Danau Purba Matano Tetap Lestari, Bukti Penambangan Keberlanjutan untuk Negeri
loading...
A
A
A
LUWU TIMUR - Air danau Matano terlihat bersih dan bening, sejumlah wisatawan tampak asyik menikmati wisata air di danau purba di pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang juga menjadi akses ke provinsi Sulawesi Tengah itu.
“Danau ini menjadi tujuan masyarakat yang ingin berwisata air,”ujar Lia Lestari (37) warga Wowondula, Kecamatan Towuti, Luwu Timur saat ditemui SINDOnews belum lama ini.
Dia bersama 15 teman dan kerabatanya menyewa katinting untuk menyeberang di danau Matano dengan tarif per hari dari pagi sampai sore berkisar Rp.400.000 dari pagi hingga sore.
Sedangkan biaya sewa raft atau perahu besar mencapai Rp1.200.000 dari pagi hingga sore. “Kami patungan sewa kapal, untuk masuk ke kawasan bayar Rp10.000 per orang,”ungkapnya.
Lia mengatakan, selain bermain kano, para pengunjung danau Matano juga bisa melakukan snorkeling. Menghabiskan waktunya menikmati segarnya danau Matano, Lia menyewa gazebo dengan tarif Rp30.000. Ibu dua orang anak ini mengungkapkan, meskipun kawasan sekitar danau Matano merupakan kawasan tambang Nikel, namun dirinya tak pernah menemui pencemaran di danau itu.
“Airnya selalu jernih tak pernah keruh. Saya pernah mencoba untuk meminum air danau, rasanya segar,”katanya. Lia pun mengaku tak pernah menemui sampah maupun limbah bekas tambang berserakan di danau Matano. “Tak pernah melihat maupun menemukan,”tegasnya.
Danau Matano tersebut tercatat sebagai danau terdalam di Asia Tenggara. Dengan kedalaman 590 meter, danau Matano berada di peringkat ke-9 dalam daftar danau terdalam di dunia.
Danau Matano merupakan salah satu dari lima danau yang terdapat di dalam Kompleks Danau Malili. Yakni Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa. Danau Matano merupakan sebuah danau tektonik purba yang terbentuk dari aktifitas pergerakan lempeng kerak bumi pada akhir masa Pliosin sekitar 2-4 juta tahun yang lalu. Luasnya mencapai 50 hektare.
Kelestariaan danau Matano yang tetap terjaga meskipun berada di kawasan tambang Nikel lantaran PT Vale Indonesia, Tbk. (INCO) sebagai bagian dari Holding BUMN Tambang MIND ID menerapkan konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) yang ketat. Tak sekadar menambang, namun Vale juga mengembalikan kawasan seperti saat sebelum ditambang. PT Vale juga agresif dalam menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan atau good mining practice.
“Bagi kami di PT Vale, berkelanjutan suatu keharusan karena setiap hari kami berhadapan dengan lingkungan. Komitmen kami menjaga lingkungan. Tapi tentu tidak cukup, karena ada dampak sosial. Kedua hal itu juga tidak ada gunanya kalo tata kelola tidak baik. Jadi bagi kami taya kelola penting untuk memastikan bahwa yang kami lakukan ini berkelanjutan dengan menjaga etika bisnis,”tegas CEO PT Vale Febriany Eddy kepada SINDOnews di sela peringatan ulang tahun ke 56 PT Vale di Sorowako beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, pertambangan berkelanjutan membutuhkan tiga elemen untuk bekerja bersama. Yakni pemerintah, masyarakat dan perusahaan. “Jika satu tonggak tidak ada maka tidak berkelanjutan. Jadi kami berkolaborasi terus menerus dengan pemerintah dan masyarakat,”katanya.
Menurut Febriany, PT Vale memilikii Rencana Induk Program Pengembangan Masyarakat (RIPPM) bersifat jangka panjang. “Kami evaluasi terus menerus dan kami audit hasilnya. Kami buka secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Kami bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah agar lebih baik lagi,”paparnya.
Sebelum melakukan kegiatan penambangan, PT Vale selalu memperhatikan empat hal yang menjadi pilar. Yakni pendidikan, kesehatan sosial ekonomi dan budaya. “Dari awal sebelum kami menambang empat pilar itu kami perhatikan,”katanya.
Febriany pun menegaskan bahwa DNA PT Vale adalah berkelanjutan. “Kami memprioritaskan keseimbangan people, profit, dan planet. Tambang harus jangka panjang. Sehingga tiga pilar itu yang menjadi perhatian kami,”tegasnya.
Penerapan good mining practice dilakukan dengan melakukan reforestasi dan reklamasi diluar area konsesi. “Hingga kini sudah 300 persen dari yang kami buka (lahan tambang). Nikel ini milik Indonesia, kita harus jadi benchmark dunia tidak hanya Indonesia,”sebutnya.
Sedangkan Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale, Bernardus Irmanto, mengatakan, PT Vale terus menunjukkan bahwa pertambangan yang bertanggung jawab tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Sejak berdiri pada 1968, PT Vale telah mempelopori hilirisasi di Indonesia, jauh sebelum kebijakan tersebut populer.
Menghadapi tantangan dari berbagai pihak, Bernardus menjelaskan bagaimana PT Vale telah memimpin perubahan dengan membangun pabrik pengolahan sejak tahun 1970 dan memproduksi nikel matte pada 1978, tanpa pernah mengekspor ore tanpa proses pengolahan di tanah air.
Bernardus menegaskan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66% lahan tambang dengan metode reklamasi progresif. “Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang,” tambahnya.
Bernardus menyoroti pula bagaimana PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Untuk menjaga mutu air bekas tambang, PT Vale mengembangkan Lamella Gravity Settler (LGS), yang beroperasi sejak 2014.
Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Teknologi LGS pertama untuk pertambangan di Indonesia ini merupakan hasil dua tahun riset dan kerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pembangunan fasilitas ini merupakan bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.
Pengolahan limbah cair juga diiringi pengecekan kualitas air danau secara reguler bersama lembaga independen. Hasil pengukuran kadar TSS dan Cr6+ di Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan APHA.
Tak hanya menjaga kelestarian danau Matano, PT Vale juga mereklamasi kawasan bukit Himalaya menjadi hutan tropis. Area bekas tambang seluas 50 hektare itu menjadi hutan lebat tanpa menyisakan kenangan, bahwa bukit itu dulunya pernah ditambang.
Pakar Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf mengatakan, sebagai perusahaan berskala global PT Vale dinilainya menjadi ikon penerapan pertambangan berkelanjutan. “Tidak hanya di Indonesia tetapi bisa jadi contoh bagi dunia,”ujarnya kepada SINDOnews. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu menilai, PT Vale tak sekadar menerapkan praktik good corporate governance, tetapi juga memperhatikan sungguh-sungguh masalah lingkungan dan sosial. “Perusahaan tambang yang berkomitmen dalam penerapan ESG dan sudah membuktikannya layak menjadi contoh,”katanya.
Sonny pun menilai, PT Vale bisa menjadi role model bagi perusahaan tambang nasional maupun global dalam penerapan pertambangan berkelanjutan sesuai prinsip-prinsip ESG. “Karena perusahaan pertambangan tak hanya memikirkan profit atau keuntungan, tetapi juga masalah sosial dan lingkungan,”tuturnya.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, M. Toha mengungkapkan, sudah menjadi DNA PT Vale sebagai perusahaan skala global untuk menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan. “Sejak awal beroperasi, memang Vale ketat soal penambangan berkelanjutan. Jadi tak heran jika aspek ESG menjadi perhatian utama,”paparnya.
Toha pun menilai, PT Vale bisa melakukan sinergi dengan perusahaan tambang lainnya di daalam holding BUMN Tambang MIND ID, sehingga penerapan penambangan berkelanjutan di MIND ID terus kuat dan konsisten. “Vale merupakan perusahaan tambang kelas dunia yang sudah diakuim menerapkan kaidah pertambangan yang benar,”tuturnya.
PJ Gubernur Sulawesi Selatan Zudan Arif Fakrulloh memuji praktik pertambangan yang diterapkan PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) selama 56 tahun beroperasi. Dia meyakini PT Vale akan menjadi perusahaan tambang besar dari Sulsel yang menjadi contoh dunia. "PT Vale berpotensi menjadi perusahaan besar yang menjadi tolok ukur dunia, dan saya berpesan agar PT Vale terus berkomitmen menjadi yang terbaik, dari Sulsel untuk dunia," jelasnya.
Dia menjelaskan, PT Vale tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada aspek pemberdayaan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan perkembangan ekonomi di Luwu Timur. "Hal seperti ini penting disebarluaskan agar menjadi role model dalam tata pengelolaan pertambangan di Indonesia. Sehingga masyarakat mendapatkan perspektif baru tentang dunia pertambangan yang tidak identik dengan kerusakan lingkungan, lantaran kita menemukan role model yang bisa menjadi tonggak tata pengelola pertambangan dari Sulsel," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) Hendra Sinadia mengungkapkan, harus diakui pertambangan adalah sektor yang selama ini membuat ekonomi Indonesia tetap bertahan saat berada di masa sulit.vKetua Komite Tambang dan Mineral Apindo Bidang ESDM ini menjelaskan, saat zaman covid-19 misalnya, sektor tambang tetap tumbuh dan menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi berkelanjutan.
"Waktu krisis keuangan global tahun 2008, banyak negara yang defisit keuangan. Indonesia tidak defisit, karena sektor tambang," ungkapnya.
Hendra juga menjelaskan, kue pendapatan hasil tambang untuk negara dalam bentuk pajak, PNBP, royalti, bagi hasil, persentasenya sangat besar. Dia pun mengakui kontribusi besar PT Vale terhadap bangsa Indonesia. "Saya ingat, waktu masih zaman INCO (PT Vale), perusahaan INCO bangun jalan, jembatan, bendungan hingga bandara. Kita bisa bayangkan, saat itu, saat infrastruktur jalan di daerah belum memadai, tapi jalanan di Sorowako sudah mulus," ungkapnya.
Di usianya yang sudah mencapai 56 tahun, PT Vale pun terus menegaskan komitmennya untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Salah satunya melalui investasi-investasi baru untuk menggerakkan perekonomian nasional.
PT Vale mencatatkan penyerapan belanja modal (capex) mencapai USD118,5 juta hingga akhir Juni 2024, atau setara dengan 29,6% dari anggaran ahun 2024.
Pada kuartal-I 2024, INCO telah menghabiskan capex USD57,5 juta. Sementara pada kuartal-II, realisasi capex sudah mencapai USD61 juta.
Cheif Financial Officer PT Vale Rizky Andhika Putra mengungkapkan, perseroan telah mengalokasikan sekitar USD400 juta untuk keperluan belanja modal tahun 2024.
Investasi itu terbagi untuk dua kategori, yaitu rencana pengembangan, seperti di Pomalaa, serta sustaining capex untuk area operasional di Sorowako.
PT Vale disebutkan tengah berfokus mengoptimalkan produksi nikel di Sorowako, serta membangun beberapa proyek HPAL di Sorowako dan Pomalaa, serta area operasional Bahodopi.
Tambang Bahodopi diproyeksikan selesai pada kuartal-III tahun depan, sementara Pomalaa ditargetkan beroperasi pada kuartal-I tahun 2026 Manajemen mengaku bahwa proyek-proyek pengembangan dan optimasi yang direncanakan memang sejalan dengan semangat untuk menggenjot hilirisasi nikel sesuai arahan pemerintah. Hilirisasi yang dilakukan PT Vale akan terus berjalan sesuai rencana.
PT Vale juga mengumumkan pencapaian penting dalam upaya keberlanjutan dengan perolehan peringkat risiko environment, social, and governance (ESG) sebesar 29,4 dari Sustainalytics.
Peringkat ini menempatkan PT Vale dalam kategori Risiko ESG Menengah, sebuah peningkatan signifikan dari sebelumnya yang masuk dalam kategori Risiko ESG Tinggi. Dengan pencapaian ini, PT Vale kini menjadi perusahaan nikel Indonesia dengan peringkat risiko ESG terendah di kelompok ini.
Dari 238 perusahaan logam terdiversifikasi yang dinilai oleh Sustainalytics, kurang dari 20% berhasil mencapai kategori Risiko ESG Menengah, Rendah, atau Negligible. PT Vale menonjol sebagai satu-satunya perusahaan nikel Indonesia dalam kelompok prestisius ini, menegaskan kepemimpinannya dalam praktik ESG di sektor pertambangan.
Peningkatan peringkat ESG Vale tidak hanya mencerminkan kemajuan perusahaan, tetapi juga merupakan komitmen terhadap masa depan. PT Vale pun bertekad untuk terus menurunkan risiko ESG dan memainkan peran penting dalam lanskap pertambangan berkelanjutan di Indonesia.
“Danau ini menjadi tujuan masyarakat yang ingin berwisata air,”ujar Lia Lestari (37) warga Wowondula, Kecamatan Towuti, Luwu Timur saat ditemui SINDOnews belum lama ini.
Dia bersama 15 teman dan kerabatanya menyewa katinting untuk menyeberang di danau Matano dengan tarif per hari dari pagi sampai sore berkisar Rp.400.000 dari pagi hingga sore.
Sedangkan biaya sewa raft atau perahu besar mencapai Rp1.200.000 dari pagi hingga sore. “Kami patungan sewa kapal, untuk masuk ke kawasan bayar Rp10.000 per orang,”ungkapnya.
Lia mengatakan, selain bermain kano, para pengunjung danau Matano juga bisa melakukan snorkeling. Menghabiskan waktunya menikmati segarnya danau Matano, Lia menyewa gazebo dengan tarif Rp30.000. Ibu dua orang anak ini mengungkapkan, meskipun kawasan sekitar danau Matano merupakan kawasan tambang Nikel, namun dirinya tak pernah menemui pencemaran di danau itu.
“Airnya selalu jernih tak pernah keruh. Saya pernah mencoba untuk meminum air danau, rasanya segar,”katanya. Lia pun mengaku tak pernah menemui sampah maupun limbah bekas tambang berserakan di danau Matano. “Tak pernah melihat maupun menemukan,”tegasnya.
Danau Matano tersebut tercatat sebagai danau terdalam di Asia Tenggara. Dengan kedalaman 590 meter, danau Matano berada di peringkat ke-9 dalam daftar danau terdalam di dunia.
Danau Matano merupakan salah satu dari lima danau yang terdapat di dalam Kompleks Danau Malili. Yakni Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa. Danau Matano merupakan sebuah danau tektonik purba yang terbentuk dari aktifitas pergerakan lempeng kerak bumi pada akhir masa Pliosin sekitar 2-4 juta tahun yang lalu. Luasnya mencapai 50 hektare.
Kelestariaan danau Matano yang tetap terjaga meskipun berada di kawasan tambang Nikel lantaran PT Vale Indonesia, Tbk. (INCO) sebagai bagian dari Holding BUMN Tambang MIND ID menerapkan konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) yang ketat. Tak sekadar menambang, namun Vale juga mengembalikan kawasan seperti saat sebelum ditambang. PT Vale juga agresif dalam menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan atau good mining practice.
“Bagi kami di PT Vale, berkelanjutan suatu keharusan karena setiap hari kami berhadapan dengan lingkungan. Komitmen kami menjaga lingkungan. Tapi tentu tidak cukup, karena ada dampak sosial. Kedua hal itu juga tidak ada gunanya kalo tata kelola tidak baik. Jadi bagi kami taya kelola penting untuk memastikan bahwa yang kami lakukan ini berkelanjutan dengan menjaga etika bisnis,”tegas CEO PT Vale Febriany Eddy kepada SINDOnews di sela peringatan ulang tahun ke 56 PT Vale di Sorowako beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, pertambangan berkelanjutan membutuhkan tiga elemen untuk bekerja bersama. Yakni pemerintah, masyarakat dan perusahaan. “Jika satu tonggak tidak ada maka tidak berkelanjutan. Jadi kami berkolaborasi terus menerus dengan pemerintah dan masyarakat,”katanya.
Menurut Febriany, PT Vale memilikii Rencana Induk Program Pengembangan Masyarakat (RIPPM) bersifat jangka panjang. “Kami evaluasi terus menerus dan kami audit hasilnya. Kami buka secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Kami bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah agar lebih baik lagi,”paparnya.
Sebelum melakukan kegiatan penambangan, PT Vale selalu memperhatikan empat hal yang menjadi pilar. Yakni pendidikan, kesehatan sosial ekonomi dan budaya. “Dari awal sebelum kami menambang empat pilar itu kami perhatikan,”katanya.
Febriany pun menegaskan bahwa DNA PT Vale adalah berkelanjutan. “Kami memprioritaskan keseimbangan people, profit, dan planet. Tambang harus jangka panjang. Sehingga tiga pilar itu yang menjadi perhatian kami,”tegasnya.
Penerapan good mining practice dilakukan dengan melakukan reforestasi dan reklamasi diluar area konsesi. “Hingga kini sudah 300 persen dari yang kami buka (lahan tambang). Nikel ini milik Indonesia, kita harus jadi benchmark dunia tidak hanya Indonesia,”sebutnya.
Sedangkan Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale, Bernardus Irmanto, mengatakan, PT Vale terus menunjukkan bahwa pertambangan yang bertanggung jawab tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Sejak berdiri pada 1968, PT Vale telah mempelopori hilirisasi di Indonesia, jauh sebelum kebijakan tersebut populer.
Menghadapi tantangan dari berbagai pihak, Bernardus menjelaskan bagaimana PT Vale telah memimpin perubahan dengan membangun pabrik pengolahan sejak tahun 1970 dan memproduksi nikel matte pada 1978, tanpa pernah mengekspor ore tanpa proses pengolahan di tanah air.
Bernardus menegaskan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66% lahan tambang dengan metode reklamasi progresif. “Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang,” tambahnya.
Bernardus menyoroti pula bagaimana PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Untuk menjaga mutu air bekas tambang, PT Vale mengembangkan Lamella Gravity Settler (LGS), yang beroperasi sejak 2014.
Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Teknologi LGS pertama untuk pertambangan di Indonesia ini merupakan hasil dua tahun riset dan kerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pembangunan fasilitas ini merupakan bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.
Pengolahan limbah cair juga diiringi pengecekan kualitas air danau secara reguler bersama lembaga independen. Hasil pengukuran kadar TSS dan Cr6+ di Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan APHA.
Tak hanya menjaga kelestarian danau Matano, PT Vale juga mereklamasi kawasan bukit Himalaya menjadi hutan tropis. Area bekas tambang seluas 50 hektare itu menjadi hutan lebat tanpa menyisakan kenangan, bahwa bukit itu dulunya pernah ditambang.
Ikon Pertambangan Berkelanjutan
Pakar Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf mengatakan, sebagai perusahaan berskala global PT Vale dinilainya menjadi ikon penerapan pertambangan berkelanjutan. “Tidak hanya di Indonesia tetapi bisa jadi contoh bagi dunia,”ujarnya kepada SINDOnews. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu menilai, PT Vale tak sekadar menerapkan praktik good corporate governance, tetapi juga memperhatikan sungguh-sungguh masalah lingkungan dan sosial. “Perusahaan tambang yang berkomitmen dalam penerapan ESG dan sudah membuktikannya layak menjadi contoh,”katanya.
Sonny pun menilai, PT Vale bisa menjadi role model bagi perusahaan tambang nasional maupun global dalam penerapan pertambangan berkelanjutan sesuai prinsip-prinsip ESG. “Karena perusahaan pertambangan tak hanya memikirkan profit atau keuntungan, tetapi juga masalah sosial dan lingkungan,”tuturnya.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, M. Toha mengungkapkan, sudah menjadi DNA PT Vale sebagai perusahaan skala global untuk menerapkan kaidah pertambangan berkelanjutan. “Sejak awal beroperasi, memang Vale ketat soal penambangan berkelanjutan. Jadi tak heran jika aspek ESG menjadi perhatian utama,”paparnya.
Toha pun menilai, PT Vale bisa melakukan sinergi dengan perusahaan tambang lainnya di daalam holding BUMN Tambang MIND ID, sehingga penerapan penambangan berkelanjutan di MIND ID terus kuat dan konsisten. “Vale merupakan perusahaan tambang kelas dunia yang sudah diakuim menerapkan kaidah pertambangan yang benar,”tuturnya.
PJ Gubernur Sulawesi Selatan Zudan Arif Fakrulloh memuji praktik pertambangan yang diterapkan PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) selama 56 tahun beroperasi. Dia meyakini PT Vale akan menjadi perusahaan tambang besar dari Sulsel yang menjadi contoh dunia. "PT Vale berpotensi menjadi perusahaan besar yang menjadi tolok ukur dunia, dan saya berpesan agar PT Vale terus berkomitmen menjadi yang terbaik, dari Sulsel untuk dunia," jelasnya.
Dia menjelaskan, PT Vale tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada aspek pemberdayaan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan perkembangan ekonomi di Luwu Timur. "Hal seperti ini penting disebarluaskan agar menjadi role model dalam tata pengelolaan pertambangan di Indonesia. Sehingga masyarakat mendapatkan perspektif baru tentang dunia pertambangan yang tidak identik dengan kerusakan lingkungan, lantaran kita menemukan role model yang bisa menjadi tonggak tata pengelola pertambangan dari Sulsel," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) Hendra Sinadia mengungkapkan, harus diakui pertambangan adalah sektor yang selama ini membuat ekonomi Indonesia tetap bertahan saat berada di masa sulit.vKetua Komite Tambang dan Mineral Apindo Bidang ESDM ini menjelaskan, saat zaman covid-19 misalnya, sektor tambang tetap tumbuh dan menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi berkelanjutan.
"Waktu krisis keuangan global tahun 2008, banyak negara yang defisit keuangan. Indonesia tidak defisit, karena sektor tambang," ungkapnya.
Hendra juga menjelaskan, kue pendapatan hasil tambang untuk negara dalam bentuk pajak, PNBP, royalti, bagi hasil, persentasenya sangat besar. Dia pun mengakui kontribusi besar PT Vale terhadap bangsa Indonesia. "Saya ingat, waktu masih zaman INCO (PT Vale), perusahaan INCO bangun jalan, jembatan, bendungan hingga bandara. Kita bisa bayangkan, saat itu, saat infrastruktur jalan di daerah belum memadai, tapi jalanan di Sorowako sudah mulus," ungkapnya.
Di usianya yang sudah mencapai 56 tahun, PT Vale pun terus menegaskan komitmennya untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Salah satunya melalui investasi-investasi baru untuk menggerakkan perekonomian nasional.
PT Vale mencatatkan penyerapan belanja modal (capex) mencapai USD118,5 juta hingga akhir Juni 2024, atau setara dengan 29,6% dari anggaran ahun 2024.
Pada kuartal-I 2024, INCO telah menghabiskan capex USD57,5 juta. Sementara pada kuartal-II, realisasi capex sudah mencapai USD61 juta.
Cheif Financial Officer PT Vale Rizky Andhika Putra mengungkapkan, perseroan telah mengalokasikan sekitar USD400 juta untuk keperluan belanja modal tahun 2024.
Investasi itu terbagi untuk dua kategori, yaitu rencana pengembangan, seperti di Pomalaa, serta sustaining capex untuk area operasional di Sorowako.
PT Vale disebutkan tengah berfokus mengoptimalkan produksi nikel di Sorowako, serta membangun beberapa proyek HPAL di Sorowako dan Pomalaa, serta area operasional Bahodopi.
Tambang Bahodopi diproyeksikan selesai pada kuartal-III tahun depan, sementara Pomalaa ditargetkan beroperasi pada kuartal-I tahun 2026 Manajemen mengaku bahwa proyek-proyek pengembangan dan optimasi yang direncanakan memang sejalan dengan semangat untuk menggenjot hilirisasi nikel sesuai arahan pemerintah. Hilirisasi yang dilakukan PT Vale akan terus berjalan sesuai rencana.
PT Vale juga mengumumkan pencapaian penting dalam upaya keberlanjutan dengan perolehan peringkat risiko environment, social, and governance (ESG) sebesar 29,4 dari Sustainalytics.
Peringkat ini menempatkan PT Vale dalam kategori Risiko ESG Menengah, sebuah peningkatan signifikan dari sebelumnya yang masuk dalam kategori Risiko ESG Tinggi. Dengan pencapaian ini, PT Vale kini menjadi perusahaan nikel Indonesia dengan peringkat risiko ESG terendah di kelompok ini.
Dari 238 perusahaan logam terdiversifikasi yang dinilai oleh Sustainalytics, kurang dari 20% berhasil mencapai kategori Risiko ESG Menengah, Rendah, atau Negligible. PT Vale menonjol sebagai satu-satunya perusahaan nikel Indonesia dalam kelompok prestisius ini, menegaskan kepemimpinannya dalam praktik ESG di sektor pertambangan.
Peningkatan peringkat ESG Vale tidak hanya mencerminkan kemajuan perusahaan, tetapi juga merupakan komitmen terhadap masa depan. PT Vale pun bertekad untuk terus menurunkan risiko ESG dan memainkan peran penting dalam lanskap pertambangan berkelanjutan di Indonesia.
(shf)