3 Fakta Menarik dari Kisah SBY Selamatkan Pemimpin Musuh yang Tertembak di Timor Timur
loading...
A
A
A
Bicara strategi, SBY menginstruksikan taktik insurgensi, penyergapan, dan pengadangan untuk menghadapi musuh. Memasuki pekan ketiga operasi, pasukan komando taktis Yonif 744/SYB terlibat baku tembak dengan anggota Falintil di Bukit Turiskai.
Setelah melalui pertempuran, pasukan FALINTIL tercerai-berai. Sementara pasukan SBY terus melakukan pengejaran sampai menemukan seorang anggota FALINTIL yang terluka parah dengan perut robek dan usus terburai.
Melihat musuh, para prajurit Yonif 744/SYB yang berada di sana ingin mengeksekusinya secara langsung. Namun, Sersan Adolfo Tilman yang memimpin pasukan komando taktis tak langsung bertindak dan memilih menunggu perintah dari SBY.
Kemudian, ia melalui sambungan telepon melaporkan kondisi tawanan dan meminta izin untuk menghabisi nyawanya kepada SBY. Mendengar informasi itu, SBY tidak mengizinkan eksekusi tawanan itu meski Adolfo terus mendesaknya.
“Tidak, tawanan jangan dibunuh tapi harus diselamatkan. Coba periksa sakunya, siapa nama tawanan itu,” kata SBY kepada Adolfo.
Setelah diperiksa, Adolfo menemukan kartu identitas dengan nama Julio Sarmento. Ia pun melaporkan temuan itu kepada SBY.
Tak lama, SBY mendatangi lokasi pertempuran dan membawa seorang dokter untuk mengobati luka Sarmento. Di sana, ia memerintahkan prajuritnya untuk membawa Sarmento ke tempat yang lebih tinggi.
Sempat ditolak, SBY memberi instruksi dengan nada tinggi. “Jangan bunuh, angkat ke atas. Ini perintah saya, angkat ke atas!” perintah SBY.
Pada akhirnya, Sarmento mendapatkan pertolongan sampai diterbangkan ke Jakarta dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Terlepas dari keputusannya yang mungkin dianggap kurang lazim, SBY menerima apresiasi. Aksi penyelamatan itu bahkan sampai ke telinga sejumlah pejabat tinggi TNI, termasuk Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat.
Menariknya, perintah SBY untuk menyelamatkan nyawa tawanan adalah yang pertama kali di satuan Yonif 744/SYB. Hal ini disampaikan oleh Letkol Inf Zacky Anwar Makarim yang ikut serta dalam rombongan Edi Sudrajat ke Yonif 744/SYB.
2. SBY Mendapat Informasi Seorang Musuh Tergeletak Terluka Parah
Setelah melalui pertempuran, pasukan FALINTIL tercerai-berai. Sementara pasukan SBY terus melakukan pengejaran sampai menemukan seorang anggota FALINTIL yang terluka parah dengan perut robek dan usus terburai.
Melihat musuh, para prajurit Yonif 744/SYB yang berada di sana ingin mengeksekusinya secara langsung. Namun, Sersan Adolfo Tilman yang memimpin pasukan komando taktis tak langsung bertindak dan memilih menunggu perintah dari SBY.
Kemudian, ia melalui sambungan telepon melaporkan kondisi tawanan dan meminta izin untuk menghabisi nyawanya kepada SBY. Mendengar informasi itu, SBY tidak mengizinkan eksekusi tawanan itu meski Adolfo terus mendesaknya.
“Tidak, tawanan jangan dibunuh tapi harus diselamatkan. Coba periksa sakunya, siapa nama tawanan itu,” kata SBY kepada Adolfo.
Setelah diperiksa, Adolfo menemukan kartu identitas dengan nama Julio Sarmento. Ia pun melaporkan temuan itu kepada SBY.
Tak lama, SBY mendatangi lokasi pertempuran dan membawa seorang dokter untuk mengobati luka Sarmento. Di sana, ia memerintahkan prajuritnya untuk membawa Sarmento ke tempat yang lebih tinggi.
Sempat ditolak, SBY memberi instruksi dengan nada tinggi. “Jangan bunuh, angkat ke atas. Ini perintah saya, angkat ke atas!” perintah SBY.
Pada akhirnya, Sarmento mendapatkan pertolongan sampai diterbangkan ke Jakarta dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
3. Tawanan yang Diselamatkan Ternyata Bukan Sosok Sembarangan
Terlepas dari keputusannya yang mungkin dianggap kurang lazim, SBY menerima apresiasi. Aksi penyelamatan itu bahkan sampai ke telinga sejumlah pejabat tinggi TNI, termasuk Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat.
Menariknya, perintah SBY untuk menyelamatkan nyawa tawanan adalah yang pertama kali di satuan Yonif 744/SYB. Hal ini disampaikan oleh Letkol Inf Zacky Anwar Makarim yang ikut serta dalam rombongan Edi Sudrajat ke Yonif 744/SYB.