3 Fakta Menarik dari Kisah SBY Selamatkan Pemimpin Musuh yang Tertembak di Timor Timur
loading...
A
A
A
KISAH Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat selamatkan pemimpin musuh yang tertembak menarik decak kagum banyak orang. Peristiwa ini terjadi saat lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) 1973 itu bertugas di Timor Timur, tepatnya dalam Operasi Seroja.
Foto/Ist
Jenderal TNI (HOR) (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikenal luas oleh masyarakat sebagai Presiden ke-6 Republik Indonesia. Ia menjabat selama dua periode, yakni 2004-2009 dan 2009-2014.
Jauh sebelum itu, SBY adalah seorang tentara aktif. Beragam kisahnya saat bertugas di medan tempur selalu menjadi cerita menarik untuk didengarkan.
Melihat sekian banyak, salah satunya bisa diambil kala SBY terjun di Operasi Seroja, Timor Timur. Diceritakan, waktu itu SBY yang berpangkat mayor pernah memberi perintah untuk menyelamatkan seorang musuh yang tertembak.
Cerita bermula kala pasukan TNI terlibat pertempuran dengan gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor-Leste (Falintil). Waktu itu, SBY sendiri masih berpangkat Mayor.
Pada buku otobiografi “SBY Sang Demokrat,” diceritakan sekitar tahun 1986, Mayor Inf Susilo Bambang Yudhoyono ikut bertempur dalam Operasi Seroja di Timor-Timur.
Menariknya, SBY terjun di sana sebagai Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 744. Saat ini, unit tersebut dikenal sebagai Batalyon Infanteri (Yonif) Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti (SYB).
Pada misi kala itu, SBY memimpin pasukannya dalam pertempuran di wilayah Same dan Ailio. Ia membawa setengah kekuatan Yonif 744/SYB dan membagi pasukan menjadi dua kompi dan satu komando taktis.
Bicara strategi, SBY menginstruksikan taktik insurgensi, penyergapan, dan pengadangan untuk menghadapi musuh. Memasuki pekan ketiga operasi, pasukan komando taktis Yonif 744/SYB terlibat baku tembak dengan anggota Falintil di Bukit Turiskai.
Setelah melalui pertempuran, pasukan FALINTIL tercerai-berai. Sementara pasukan SBY terus melakukan pengejaran sampai menemukan seorang anggota FALINTIL yang terluka parah dengan perut robek dan usus terburai.
Melihat musuh, para prajurit Yonif 744/SYB yang berada di sana ingin mengeksekusinya secara langsung. Namun, Sersan Adolfo Tilman yang memimpin pasukan komando taktis tak langsung bertindak dan memilih menunggu perintah dari SBY.
Kemudian, ia melalui sambungan telepon melaporkan kondisi tawanan dan meminta izin untuk menghabisi nyawanya kepada SBY. Mendengar informasi itu, SBY tidak mengizinkan eksekusi tawanan itu meski Adolfo terus mendesaknya.
“Tidak, tawanan jangan dibunuh tapi harus diselamatkan. Coba periksa sakunya, siapa nama tawanan itu,” kata SBY kepada Adolfo.
Setelah diperiksa, Adolfo menemukan kartu identitas dengan nama Julio Sarmento. Ia pun melaporkan temuan itu kepada SBY.
Tak lama, SBY mendatangi lokasi pertempuran dan membawa seorang dokter untuk mengobati luka Sarmento. Di sana, ia memerintahkan prajuritnya untuk membawa Sarmento ke tempat yang lebih tinggi.
Sempat ditolak, SBY memberi instruksi dengan nada tinggi. “Jangan bunuh, angkat ke atas. Ini perintah saya, angkat ke atas!” perintah SBY.
Pada akhirnya, Sarmento mendapatkan pertolongan sampai diterbangkan ke Jakarta dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Terlepas dari keputusannya yang mungkin dianggap kurang lazim, SBY menerima apresiasi. Aksi penyelamatan itu bahkan sampai ke telinga sejumlah pejabat tinggi TNI, termasuk Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat.
Menariknya, perintah SBY untuk menyelamatkan nyawa tawanan adalah yang pertama kali di satuan Yonif 744/SYB. Hal ini disampaikan oleh Letkol Inf Zacky Anwar Makarim yang ikut serta dalam rombongan Edi Sudrajat ke Yonif 744/SYB.
“Jenderal, ini pertama kali ada tawanan 744 yang hidup. Kita mengucapkan selamat kepada komandan batalyon memulai tradisi baik seperti ini,” ucap Zacky kepada Edi.
Selain itu, gerilyawan yang diselamatkan tersebut ternyata berstatus salah satu pucuk pimpinan kelompok Falintil. Darinya, Mabes TNI akhirnya memperoleh banyak informasi berharga yang berguna dalam lanjutan operasi di Timor Timur.
Demikianlah ulasan mengenai sejumlah fakta menarik dari kisah SBY selamatkan pemimpin musuh yang tertembak di Timor Timur.
Foto/Ist
Jenderal TNI (HOR) (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikenal luas oleh masyarakat sebagai Presiden ke-6 Republik Indonesia. Ia menjabat selama dua periode, yakni 2004-2009 dan 2009-2014.
Jauh sebelum itu, SBY adalah seorang tentara aktif. Beragam kisahnya saat bertugas di medan tempur selalu menjadi cerita menarik untuk didengarkan.
Melihat sekian banyak, salah satunya bisa diambil kala SBY terjun di Operasi Seroja, Timor Timur. Diceritakan, waktu itu SBY yang berpangkat mayor pernah memberi perintah untuk menyelamatkan seorang musuh yang tertembak.
Fakta Kisah SBY Selamatkan Pemimpin Musuh yang Tertembak di Timor Timur
1. SBY Jadi Komandan Batalyon
Cerita bermula kala pasukan TNI terlibat pertempuran dengan gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor-Leste (Falintil). Waktu itu, SBY sendiri masih berpangkat Mayor.
Baca Juga
Pada buku otobiografi “SBY Sang Demokrat,” diceritakan sekitar tahun 1986, Mayor Inf Susilo Bambang Yudhoyono ikut bertempur dalam Operasi Seroja di Timor-Timur.
Menariknya, SBY terjun di sana sebagai Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 744. Saat ini, unit tersebut dikenal sebagai Batalyon Infanteri (Yonif) Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti (SYB).
Pada misi kala itu, SBY memimpin pasukannya dalam pertempuran di wilayah Same dan Ailio. Ia membawa setengah kekuatan Yonif 744/SYB dan membagi pasukan menjadi dua kompi dan satu komando taktis.
Bicara strategi, SBY menginstruksikan taktik insurgensi, penyergapan, dan pengadangan untuk menghadapi musuh. Memasuki pekan ketiga operasi, pasukan komando taktis Yonif 744/SYB terlibat baku tembak dengan anggota Falintil di Bukit Turiskai.
2. SBY Mendapat Informasi Seorang Musuh Tergeletak Terluka Parah
Setelah melalui pertempuran, pasukan FALINTIL tercerai-berai. Sementara pasukan SBY terus melakukan pengejaran sampai menemukan seorang anggota FALINTIL yang terluka parah dengan perut robek dan usus terburai.
Melihat musuh, para prajurit Yonif 744/SYB yang berada di sana ingin mengeksekusinya secara langsung. Namun, Sersan Adolfo Tilman yang memimpin pasukan komando taktis tak langsung bertindak dan memilih menunggu perintah dari SBY.
Kemudian, ia melalui sambungan telepon melaporkan kondisi tawanan dan meminta izin untuk menghabisi nyawanya kepada SBY. Mendengar informasi itu, SBY tidak mengizinkan eksekusi tawanan itu meski Adolfo terus mendesaknya.
“Tidak, tawanan jangan dibunuh tapi harus diselamatkan. Coba periksa sakunya, siapa nama tawanan itu,” kata SBY kepada Adolfo.
Setelah diperiksa, Adolfo menemukan kartu identitas dengan nama Julio Sarmento. Ia pun melaporkan temuan itu kepada SBY.
Tak lama, SBY mendatangi lokasi pertempuran dan membawa seorang dokter untuk mengobati luka Sarmento. Di sana, ia memerintahkan prajuritnya untuk membawa Sarmento ke tempat yang lebih tinggi.
Sempat ditolak, SBY memberi instruksi dengan nada tinggi. “Jangan bunuh, angkat ke atas. Ini perintah saya, angkat ke atas!” perintah SBY.
Pada akhirnya, Sarmento mendapatkan pertolongan sampai diterbangkan ke Jakarta dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
3. Tawanan yang Diselamatkan Ternyata Bukan Sosok Sembarangan
Terlepas dari keputusannya yang mungkin dianggap kurang lazim, SBY menerima apresiasi. Aksi penyelamatan itu bahkan sampai ke telinga sejumlah pejabat tinggi TNI, termasuk Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat.
Menariknya, perintah SBY untuk menyelamatkan nyawa tawanan adalah yang pertama kali di satuan Yonif 744/SYB. Hal ini disampaikan oleh Letkol Inf Zacky Anwar Makarim yang ikut serta dalam rombongan Edi Sudrajat ke Yonif 744/SYB.
“Jenderal, ini pertama kali ada tawanan 744 yang hidup. Kita mengucapkan selamat kepada komandan batalyon memulai tradisi baik seperti ini,” ucap Zacky kepada Edi.
Selain itu, gerilyawan yang diselamatkan tersebut ternyata berstatus salah satu pucuk pimpinan kelompok Falintil. Darinya, Mabes TNI akhirnya memperoleh banyak informasi berharga yang berguna dalam lanjutan operasi di Timor Timur.
Demikianlah ulasan mengenai sejumlah fakta menarik dari kisah SBY selamatkan pemimpin musuh yang tertembak di Timor Timur.
(shf)