Kisah Pilu Jogokaryo II, Bupati Pacitan Baru Dilantik Tewas Dirujak Pasukan Pangeran Diponegoro
loading...
A
A
A
Kiai Bagor yang lumpuh ditandu oleh pasukannya, sedangkan Irorono naik kuda diiringi sekitar 50 orang pasukan di kanan kirinya. Rombongan pemberontak ini bisa menerobos beberapa pos pemeriksaan, hingga memasuki pendopo.
Mereka masuk dengan dalih polisi desa yang membawa penjahat untuk diserahkan ke kota. Di Pendopo Pacitan tanpa tading aling-aling para pemberontak itu langsung berteriak-teriak sambil mengambil tombak, telempak, dan persenjataan lain yang sudah disiapkan sebelumnya.
Sang bupati yang baru terpilih Mas Tumenggung Jogokaryo II atau yang bergelar Mas Tumenggung Jogonagoro terkejut dengan kemunculan berandalan pemberontak di pendopo.
Sang bupati pun langsung dikeroyok ramai-ramai oleh pemberontak. Pejabat pendopo lainnya Demang Ngemplak yang melihat bupati terdesak menghadapi berandalan bersenjata lengkap mencoba memberi perlawanan membantu Mas Tumenggung Jogonagoro.
Tetapi karena musuh sangat banyak, senjata keris yang diambilnya tak berarti banyak. Demang Ngemplak itu pun tewas tertusuk senjata lawan. Alhasil Mas Tumenggung Jogokaryo II berjuang sendirian menghadapi para pemberontak.
Pada mulanya dia dapat menghindari serangan para pemberontak dan berbagai senjata tidak mempan, tetapi karena sedemikian banyak senjata yang mengenai tubuhnya, akhirnya hancur bagian dalamnya dan kemudian roboh, tak lama kemudian tewas.
Setelah tahu Mas Tumenggung Jogonagoro meninggal, para pemberontak bersorak-sorak keluar dari pendopo kabupaten, kemudian saling mengajak merampok dan membakar rumah-rumah. Begitulah akhir tragis Bupati Pacitan yang baru menjabat 40 hari.
Mereka masuk dengan dalih polisi desa yang membawa penjahat untuk diserahkan ke kota. Di Pendopo Pacitan tanpa tading aling-aling para pemberontak itu langsung berteriak-teriak sambil mengambil tombak, telempak, dan persenjataan lain yang sudah disiapkan sebelumnya.
Sang bupati yang baru terpilih Mas Tumenggung Jogokaryo II atau yang bergelar Mas Tumenggung Jogonagoro terkejut dengan kemunculan berandalan pemberontak di pendopo.
Sang bupati pun langsung dikeroyok ramai-ramai oleh pemberontak. Pejabat pendopo lainnya Demang Ngemplak yang melihat bupati terdesak menghadapi berandalan bersenjata lengkap mencoba memberi perlawanan membantu Mas Tumenggung Jogonagoro.
Tetapi karena musuh sangat banyak, senjata keris yang diambilnya tak berarti banyak. Demang Ngemplak itu pun tewas tertusuk senjata lawan. Alhasil Mas Tumenggung Jogokaryo II berjuang sendirian menghadapi para pemberontak.
Pada mulanya dia dapat menghindari serangan para pemberontak dan berbagai senjata tidak mempan, tetapi karena sedemikian banyak senjata yang mengenai tubuhnya, akhirnya hancur bagian dalamnya dan kemudian roboh, tak lama kemudian tewas.
Setelah tahu Mas Tumenggung Jogonagoro meninggal, para pemberontak bersorak-sorak keluar dari pendopo kabupaten, kemudian saling mengajak merampok dan membakar rumah-rumah. Begitulah akhir tragis Bupati Pacitan yang baru menjabat 40 hari.
(ams)