Didukung Muhammadiyah, Agus Irawan Optimistis Boyolali Lebih Harmonis dan Maju
loading...
A
A
A
“Kebetulan kami punya sevisi dan misi dengan calon Bupati ini. Sehingga, Insya Allah kami Muhammadiyah Boyolali memberi dukungan kepada Mas Agus dan Bu Fajar untuk bisa menjadi Bupati dan Wakil Bupati Boyolali. Kami sebenarnya lebih kepada punya komit itu, beliau punya visi perubahan,” ujar Ali.
Dia mengakui harus ada perubahan yang mendasar terkait dengan sistem pemerintahan yang ada di Boyolali seperti untuk menegakkan keadilan, proporsional dalam melayani ormas.
“Jadi kalau ormas sebagai mitra kerja ya memang harus didudukkan yang sama, bukan salah satu ditonjolkan dibantu. Sementara, Muhammadiyah yang sebenernya besar itu seperti tidak diakui dan tidak dipertimbangkan,” ungkapnya.
Sedangkan, kata Ali, pasangan Agus-Dwi Fajar ini calon yang menyatakan mengakui Muhammadiyah. Bahkan, lanjut dia, pernah mau menggaetnya sebagai Wakil Bupati Boyolali. Menurut dia, jumlah kader dan simpatisan Muhammadiyah Boyolali hampir kurang lebih 50 ribu orang.
“Secara otomatis, visi misi kami sama. Semoga nanti sukses. Semua Insya Allah loyal pada pimpinan, dan saya optimis. Pimpinan cabang juga tidak ada punya haluan lain. Ketika saya berbicara mendukung, ya semuanya kompak. Ini saya punya harapan lebih banyak dari 50 ribu, apalagi pimpinan cabang, ranting juga berkembang,” jelas Ali.
Di sisi lain, Ali mengungkap alasan mendukung Agus-Dwi Fajar untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Boyolali periode 2024-2029, karena mengedepankan sikap rendah hati atau tawadhu.
Artinya, kata dia, Agus ingin merasa mendengarkan nasihat dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama di Boyolali.
“Jadi pimpinan, jadi pejabat jangan seperti tidak butuh, kalau di tingkat pusat misal ada fatwa, ada nasihat, peran ulama. Itu harus dijadikan kontrol moral dan kontrol pembangunan. Jadi peran ulama, peran ormas Islam itu sebenarnya bisa menjadi penguat di program-program pemerintah. Jangan malah ditinggalkan, didiskreditkan, dianggap sebagai musuh, pesaing, ini jangan. Harus jadi mitra,” pungkasnya.
Dia mengakui harus ada perubahan yang mendasar terkait dengan sistem pemerintahan yang ada di Boyolali seperti untuk menegakkan keadilan, proporsional dalam melayani ormas.
“Jadi kalau ormas sebagai mitra kerja ya memang harus didudukkan yang sama, bukan salah satu ditonjolkan dibantu. Sementara, Muhammadiyah yang sebenernya besar itu seperti tidak diakui dan tidak dipertimbangkan,” ungkapnya.
Sedangkan, kata Ali, pasangan Agus-Dwi Fajar ini calon yang menyatakan mengakui Muhammadiyah. Bahkan, lanjut dia, pernah mau menggaetnya sebagai Wakil Bupati Boyolali. Menurut dia, jumlah kader dan simpatisan Muhammadiyah Boyolali hampir kurang lebih 50 ribu orang.
“Secara otomatis, visi misi kami sama. Semoga nanti sukses. Semua Insya Allah loyal pada pimpinan, dan saya optimis. Pimpinan cabang juga tidak ada punya haluan lain. Ketika saya berbicara mendukung, ya semuanya kompak. Ini saya punya harapan lebih banyak dari 50 ribu, apalagi pimpinan cabang, ranting juga berkembang,” jelas Ali.
Di sisi lain, Ali mengungkap alasan mendukung Agus-Dwi Fajar untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Boyolali periode 2024-2029, karena mengedepankan sikap rendah hati atau tawadhu.
Artinya, kata dia, Agus ingin merasa mendengarkan nasihat dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama di Boyolali.
“Jadi pimpinan, jadi pejabat jangan seperti tidak butuh, kalau di tingkat pusat misal ada fatwa, ada nasihat, peran ulama. Itu harus dijadikan kontrol moral dan kontrol pembangunan. Jadi peran ulama, peran ormas Islam itu sebenarnya bisa menjadi penguat di program-program pemerintah. Jangan malah ditinggalkan, didiskreditkan, dianggap sebagai musuh, pesaing, ini jangan. Harus jadi mitra,” pungkasnya.
(shf)