Tingkatkan Produksi, Kementan Maksimalkan Program Oplah di Kabupaten Batola Kalsel
loading...
A
A
A
Kabupaten Batola mendapatkan program oplah dengan target 20.139 Ha, pompanisasi dengan target 500 Ha dan padi gogo tumpangsari perkebunan dengan target 973 Ha.
Kepala BPPSDMP, Arsanti mengatakan bahwa untuk olah lahannya oleh petani sendiri, benih dari pemerintah, petani sesanggupnya dahulu saja yang penting ada.
“Saat ini pangan di negara kita lagi kekurangan, makanya kita ingin mendorong bapak-bapak petani untuk meningkatkan nasionalisme, jadi harus ada pengorbanan, kami pun berkorban juga, kami harus turun langsung mengurus ini juga, benih kami bisa bantu, semoga bapak-bapak bisa meluangkan waktunya untuk menanam,” jelas Arsanti.
“Tidak semua program sesuai dengan yg bapak inginkan, kami meminta dan memohon bantuan bapak-bapak petani karena yang dipikirkan bukan bapak petani, tetapi masyarakat bahkan nasional yang sekarang kekurangan pangan,” sambungnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian asal Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, Edi menyampaikan jika tanah sudah dinaikkan sehingga tanah walled yang ditanami susah, keasamannya tinggi, tidak bisa ditanami 1-2 tahun, baru bisa ditanami.
“Diarahkan ke tanaman palawija lebih potensi, kalau yang masih luas tanaman di desa sebelah, di daerah sini hanya sekitar 9 hektar, desa sebelah bisa ditanam sekitar 50 hektar, saat ini masih panen padi lokal jadi belum bisa langsung penanaman,” papar Edi.
Sumarsono perwakilan petani dari Kabupaten Batola mengatakan bahwa anggotanya bukan dari desa ini saja, makanya sulit dikoordinasikan.
“Yang di sini hanya kelola sawit, kalau kelola yang lain menambah biaya sedangkan petani di sini bukan hanya petani saja, bukan pekerjaan utama. Kalau memang ada program IR bisa, kalau IR tenaganya lebih besar,” tutupnya.
Kepala BPPSDMP, Arsanti mengatakan bahwa untuk olah lahannya oleh petani sendiri, benih dari pemerintah, petani sesanggupnya dahulu saja yang penting ada.
“Saat ini pangan di negara kita lagi kekurangan, makanya kita ingin mendorong bapak-bapak petani untuk meningkatkan nasionalisme, jadi harus ada pengorbanan, kami pun berkorban juga, kami harus turun langsung mengurus ini juga, benih kami bisa bantu, semoga bapak-bapak bisa meluangkan waktunya untuk menanam,” jelas Arsanti.
“Tidak semua program sesuai dengan yg bapak inginkan, kami meminta dan memohon bantuan bapak-bapak petani karena yang dipikirkan bukan bapak petani, tetapi masyarakat bahkan nasional yang sekarang kekurangan pangan,” sambungnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian asal Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, Edi menyampaikan jika tanah sudah dinaikkan sehingga tanah walled yang ditanami susah, keasamannya tinggi, tidak bisa ditanami 1-2 tahun, baru bisa ditanami.
“Diarahkan ke tanaman palawija lebih potensi, kalau yang masih luas tanaman di desa sebelah, di daerah sini hanya sekitar 9 hektar, desa sebelah bisa ditanam sekitar 50 hektar, saat ini masih panen padi lokal jadi belum bisa langsung penanaman,” papar Edi.
Sumarsono perwakilan petani dari Kabupaten Batola mengatakan bahwa anggotanya bukan dari desa ini saja, makanya sulit dikoordinasikan.
“Yang di sini hanya kelola sawit, kalau kelola yang lain menambah biaya sedangkan petani di sini bukan hanya petani saja, bukan pekerjaan utama. Kalau memang ada program IR bisa, kalau IR tenaganya lebih besar,” tutupnya.
(ams)