Tingkatkan Produksi, Kementan Maksimalkan Program Oplah di Kabupaten Batola Kalsel
loading...
A
A
A
BATOLA - Kementerian Pertanian ( Kementan ) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) terus menggencarkan Program UPSUS Antisipasi Darurat Pangan. Khususnya di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Dengan tiga program andalan utamanya, yaitu optimasi lahan (oplah), pompanisasi dan tumpang sisip (tusip) padi gogo lahan perkebunan, Program UPSUS ini bertujuan menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa Program UPSUS merupakan salah satu upaya untuk mendukung swasembada pangan di Indonesia.
"Tentunya program ini perlu melibatkan dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, penyuluh dan petani muda," ujar Mentan Amran dikutip, Senin (12/8/2024).
Selain sumber daya manusia (SDM) menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian. Karenanya, kata Mentan Amran, sudah seharusnya SDM pertanian memiliki kualitas yang mumpuni.
“Empat kunci yang perlu dipegang teguh agar SDM kita menjadi mumpuni. Di antaranya ialah bekerja yang terbaik, fokus, cepat dan berorientasi hasil,” tegas dia.
Untuk memaksimalkan Program UPSUS tersebut, Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti melakukan monitoring pelaksanaan program oplah di Kabupaten Barito Kuala (Batola) Provinsi Kalsel, Minggu (11/8/2024).
Dalam kunjungan tersebut Kepala BPPSDMP didampingi oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Banjarbaru, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian yang diwakili oleh Ketua Kelompok Subtansi Penyelengaraan Penyuluhan, para penyuluh pertanian dan petani setempat.
Rombongan mengunjungi lokasi program di Desa Sumber Rahayu dan Desa Dwipasari Kecamatan Wanaraya dan berkesempatan berdialog dengan para penyuluh pertanian dan petani setempat.
Kabupaten Batola mendapatkan program oplah dengan target 20.139 Ha, pompanisasi dengan target 500 Ha dan padi gogo tumpangsari perkebunan dengan target 973 Ha.
Kepala BPPSDMP, Arsanti mengatakan bahwa untuk olah lahannya oleh petani sendiri, benih dari pemerintah, petani sesanggupnya dahulu saja yang penting ada.
“Saat ini pangan di negara kita lagi kekurangan, makanya kita ingin mendorong bapak-bapak petani untuk meningkatkan nasionalisme, jadi harus ada pengorbanan, kami pun berkorban juga, kami harus turun langsung mengurus ini juga, benih kami bisa bantu, semoga bapak-bapak bisa meluangkan waktunya untuk menanam,” jelas Arsanti.
“Tidak semua program sesuai dengan yg bapak inginkan, kami meminta dan memohon bantuan bapak-bapak petani karena yang dipikirkan bukan bapak petani, tetapi masyarakat bahkan nasional yang sekarang kekurangan pangan,” sambungnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian asal Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, Edi menyampaikan jika tanah sudah dinaikkan sehingga tanah walled yang ditanami susah, keasamannya tinggi, tidak bisa ditanami 1-2 tahun, baru bisa ditanami.
“Diarahkan ke tanaman palawija lebih potensi, kalau yang masih luas tanaman di desa sebelah, di daerah sini hanya sekitar 9 hektar, desa sebelah bisa ditanam sekitar 50 hektar, saat ini masih panen padi lokal jadi belum bisa langsung penanaman,” papar Edi.
Sumarsono perwakilan petani dari Kabupaten Batola mengatakan bahwa anggotanya bukan dari desa ini saja, makanya sulit dikoordinasikan.
“Yang di sini hanya kelola sawit, kalau kelola yang lain menambah biaya sedangkan petani di sini bukan hanya petani saja, bukan pekerjaan utama. Kalau memang ada program IR bisa, kalau IR tenaganya lebih besar,” tutupnya.
Dengan tiga program andalan utamanya, yaitu optimasi lahan (oplah), pompanisasi dan tumpang sisip (tusip) padi gogo lahan perkebunan, Program UPSUS ini bertujuan menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa Program UPSUS merupakan salah satu upaya untuk mendukung swasembada pangan di Indonesia.
"Tentunya program ini perlu melibatkan dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, penyuluh dan petani muda," ujar Mentan Amran dikutip, Senin (12/8/2024).
Selain sumber daya manusia (SDM) menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian. Karenanya, kata Mentan Amran, sudah seharusnya SDM pertanian memiliki kualitas yang mumpuni.
“Empat kunci yang perlu dipegang teguh agar SDM kita menjadi mumpuni. Di antaranya ialah bekerja yang terbaik, fokus, cepat dan berorientasi hasil,” tegas dia.
Untuk memaksimalkan Program UPSUS tersebut, Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti melakukan monitoring pelaksanaan program oplah di Kabupaten Barito Kuala (Batola) Provinsi Kalsel, Minggu (11/8/2024).
Dalam kunjungan tersebut Kepala BPPSDMP didampingi oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Banjarbaru, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian yang diwakili oleh Ketua Kelompok Subtansi Penyelengaraan Penyuluhan, para penyuluh pertanian dan petani setempat.
Rombongan mengunjungi lokasi program di Desa Sumber Rahayu dan Desa Dwipasari Kecamatan Wanaraya dan berkesempatan berdialog dengan para penyuluh pertanian dan petani setempat.
Kabupaten Batola mendapatkan program oplah dengan target 20.139 Ha, pompanisasi dengan target 500 Ha dan padi gogo tumpangsari perkebunan dengan target 973 Ha.
Kepala BPPSDMP, Arsanti mengatakan bahwa untuk olah lahannya oleh petani sendiri, benih dari pemerintah, petani sesanggupnya dahulu saja yang penting ada.
“Saat ini pangan di negara kita lagi kekurangan, makanya kita ingin mendorong bapak-bapak petani untuk meningkatkan nasionalisme, jadi harus ada pengorbanan, kami pun berkorban juga, kami harus turun langsung mengurus ini juga, benih kami bisa bantu, semoga bapak-bapak bisa meluangkan waktunya untuk menanam,” jelas Arsanti.
“Tidak semua program sesuai dengan yg bapak inginkan, kami meminta dan memohon bantuan bapak-bapak petani karena yang dipikirkan bukan bapak petani, tetapi masyarakat bahkan nasional yang sekarang kekurangan pangan,” sambungnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian asal Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, Edi menyampaikan jika tanah sudah dinaikkan sehingga tanah walled yang ditanami susah, keasamannya tinggi, tidak bisa ditanami 1-2 tahun, baru bisa ditanami.
“Diarahkan ke tanaman palawija lebih potensi, kalau yang masih luas tanaman di desa sebelah, di daerah sini hanya sekitar 9 hektar, desa sebelah bisa ditanam sekitar 50 hektar, saat ini masih panen padi lokal jadi belum bisa langsung penanaman,” papar Edi.
Sumarsono perwakilan petani dari Kabupaten Batola mengatakan bahwa anggotanya bukan dari desa ini saja, makanya sulit dikoordinasikan.
“Yang di sini hanya kelola sawit, kalau kelola yang lain menambah biaya sedangkan petani di sini bukan hanya petani saja, bukan pekerjaan utama. Kalau memang ada program IR bisa, kalau IR tenaganya lebih besar,” tutupnya.
(ams)