Serka Bayani, Prajurit Kopassus Pembisik Jenderal Prabowo yang Rebut 100 Senapan OPM

Jum'at, 26 Juli 2024 - 06:51 WIB
loading...
A A A
Dalam Operasi Mapenduma, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih, yang semuanya putra daerah. Tim ini dinamai Kasuari dan dipimpin langsung oleh Serka Bayani.

Tugas mereka adalah menembus daerah yang paling sulit. Menurut Prabowo, operasi ini sangat sulit karena lokasi penyanderaan berada di tengah hutan, dan pada tahun 1996, TNI belum memiliki satelit, drone, atau pesawat pengintai yang baik.

Bahkan, peta yang ada hanyalah peta bagan yang dibuat dengan tangan. Menjelang waktu akhir untuk menentukan sasaran, Prabowo bertanya kepada tim intelijen tentang posisi komandan pasukan GPK Kelly Kwalik dan para sandera.

Tim intelijen meyakini bahwa penyandera dan sandera berada di dalam salah satu dari enam titik dalam 2-3 hari. Karena tidak ada lokasi pasti, Prabowo memutuskan untuk menyerang enam titik yang diberikan oleh tim intelijen sebagai sasaran operasi.



Penyerbuan dilakukan dengan menggunakan enam helikopter serbu. Menjelang operasi dimulai, tim peninjau dari luar negeri, yakni Inggris, berhasil menyelundupkan alat beacon yang dapat memberi sinyal dan menentukan lokasi pasti.

Namun, titik itu berada di luar enam sasaran yang diberikan oleh tim intelijen sebelumnya. Prabowo kemudian memanggil Serka Bayani dan menjelaskan titik koordinat yang disebutkan oleh pakar dari Inggris.

Bayani menepisnya dan memberikan penjelasan dengan logat khas Papua. “Bapak, jangankan Kelly Kwalik, monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ. Bapak, bagaimana sekian puluh orang berada di atas (gunung) tanpa air,” ucap Serka Bayani.

Penjelasan Bayani menjadi dasar bagi Prabowo untuk menentukan langkah selanjutnya. Prabowo memutuskan untuk menyerang enam titik sesuai hasil kajian tim intelijen.

Operasi Mapenduma akhirnya berhasil membebaskan sandera, meski tiga dari 26 sandera meninggal dunia dibunuh oleh penyandera sadis tersebut. Sisanya, termasuk seluruh peneliti asing, berhasil dibebaskan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1813 seconds (0.1#10.140)