Serka Bayani, Prajurit Kopassus Pembisik Jenderal Prabowo yang Rebut 100 Senapan OPM

Jum'at, 26 Juli 2024 - 06:51 WIB
loading...
Serka Bayani, Prajurit...
Pemimpin Tim Kasuari Serka Bayani bersama Presiden RI ke-8 dalam Operasi Mapenduma di Papua. Foto/Istimewa
A A A
Keberhasilan Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto dalam Operasi Mapenduma tidak lepas dari peran Serka Bayani. Bayani, prajurit Kopassus terlatih dan putra asli Papua, adalah sosok yang membisikkan strategi kepada Prabowo selama operasi tersebut.

Serka Bayani dikenal sebagai pemimpin Tim Kasuari dengan kemampuan luar biasa dalam membaca jejak musuh. Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat sebagai Danjen Kopassus, bertanggung jawab atas keselamatan 26 sandera kebanyakan Warga Negara Asing (WNA).

Operasi Mapenduma merupakan operasi militer untuk membebaskan peneliti dalam Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Jayawijaya.



Dalam bukunya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto,” Prabowo menceritakan sosok Serka Bayani. Menurut Prabowo, Bayani seorang yang tenang, berani, dan memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak serta membaca jejak.

Serka Bayani, Prajurit Kopassus Pembisik Jenderal Prabowo yang Rebut 100 Senapan OPM


Saat beroperasi di Papua, Bayani sering kali tidak menggunakan sepatu dan memilih memakai celana pendek. Keberhasilan operasi ini turut mengangkat pamor Prabowo, yang saat itu berpangkat Brigjen TNI dan menjabat sebagai Danjen Kopassus.

Prabowo mengatakan, meskipun berasal dari wilayah Timur Indonesia, Bayani dikenal sebagai sosok yang tenang dan berani. Prabowo mengenang Bayani sebagai sosok yang mampu masuk ke camp musuh karena dikira bagian dari mereka.

Dalam satu operasi, Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata. Secara keseluruhan, Bayani juga berhasil merebut lebih dari 100 pucuk senjata dari tangan musuh kala itu.



Dalam Operasi Mapenduma, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih, yang semuanya putra daerah. Tim ini dinamai Kasuari dan dipimpin langsung oleh Serka Bayani.

Tugas mereka adalah menembus daerah yang paling sulit. Menurut Prabowo, operasi ini sangat sulit karena lokasi penyanderaan berada di tengah hutan, dan pada tahun 1996, TNI belum memiliki satelit, drone, atau pesawat pengintai yang baik.

Bahkan, peta yang ada hanyalah peta bagan yang dibuat dengan tangan. Menjelang waktu akhir untuk menentukan sasaran, Prabowo bertanya kepada tim intelijen tentang posisi komandan pasukan GPK Kelly Kwalik dan para sandera.

Tim intelijen meyakini bahwa penyandera dan sandera berada di dalam salah satu dari enam titik dalam 2-3 hari. Karena tidak ada lokasi pasti, Prabowo memutuskan untuk menyerang enam titik yang diberikan oleh tim intelijen sebagai sasaran operasi.



Penyerbuan dilakukan dengan menggunakan enam helikopter serbu. Menjelang operasi dimulai, tim peninjau dari luar negeri, yakni Inggris, berhasil menyelundupkan alat beacon yang dapat memberi sinyal dan menentukan lokasi pasti.

Namun, titik itu berada di luar enam sasaran yang diberikan oleh tim intelijen sebelumnya. Prabowo kemudian memanggil Serka Bayani dan menjelaskan titik koordinat yang disebutkan oleh pakar dari Inggris.

Bayani menepisnya dan memberikan penjelasan dengan logat khas Papua. “Bapak, jangankan Kelly Kwalik, monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ. Bapak, bagaimana sekian puluh orang berada di atas (gunung) tanpa air,” ucap Serka Bayani.

Penjelasan Bayani menjadi dasar bagi Prabowo untuk menentukan langkah selanjutnya. Prabowo memutuskan untuk menyerang enam titik sesuai hasil kajian tim intelijen.

Operasi Mapenduma akhirnya berhasil membebaskan sandera, meski tiga dari 26 sandera meninggal dunia dibunuh oleh penyandera sadis tersebut. Sisanya, termasuk seluruh peneliti asing, berhasil dibebaskan.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1292 seconds (0.1#10.140)