Serangan Bergelombang Jayakatwang Lenyapkan Kerajaan Singasari dari Bumi Nusantara
loading...
A
A
A
Setelah itu, mereka memporak-porandakan seisi kota, memburu tawanan-tawanan penting dan melakukan penjarahan. Gayatri sang putri raja terakhir Singasari tidak berada di bangsal utama keraton selama serbuan berlangsung.
Dia sedang belajar di kamarnya yang terletak di dekat kamar pelayan pribadinya, seorang perempuan baik hati lagi bijak yang memiliki anak seumuran Gayatri. Sodrakara lari terbirit- birit ke kamar Gayatri, menangis, dan sejenak memeluknya.
Sodrakara mengabarkan, bahwa segerombolan tentara kejam telah menerobos istana dan membunuh kedua orangtuanya. Kakak sulungnya Tribhuwana telah kabur dari kota, berharap dapat bergabung dengan suaminya Pangeran Wijaya.
Adapun dua kakaknya yang lain tertangkap dan agaknya diboyong ke Kediri sebagai sandera. Sodrakara meminta agar Gayatri cepat-cepat menyamar dengan mengenakan pakaian anaknya, lalu sembunyi bersamanya. Gayatri tidak menangis ataupun panik.
Tak peduli bahaya di sekelilingnya, ia bertanya di mana jenazah kedua orangtuanya, karena penting untuknya memberikan penghormatan terakhir kepada keduanya.
la menemukan jenasah kedua orangtuanya, guru, dan para petinggi keraton lainnya di ruangan yang menyeramkan itu.
Tubuh mereka berserakan di aula yang banjir darah bak boneka yang koyak. Gayatri berlulut di hadapan tubuh ayah dan ibunya, mencium, dan mendoakan jiwa keduanya.
Dia raih tangan ayahnya yang dingin dan bersumpah akan mengabdikan diri, untuk mengenangnya dan merawat apa yang telah diwariskannya. Sejenak kepedihan yang dalam menguasai dirinya. Setelah itu, ketakutan dan berpikir bisa bertahan hidup seorang diri.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Dia sedang belajar di kamarnya yang terletak di dekat kamar pelayan pribadinya, seorang perempuan baik hati lagi bijak yang memiliki anak seumuran Gayatri. Sodrakara lari terbirit- birit ke kamar Gayatri, menangis, dan sejenak memeluknya.
Sodrakara mengabarkan, bahwa segerombolan tentara kejam telah menerobos istana dan membunuh kedua orangtuanya. Kakak sulungnya Tribhuwana telah kabur dari kota, berharap dapat bergabung dengan suaminya Pangeran Wijaya.
Adapun dua kakaknya yang lain tertangkap dan agaknya diboyong ke Kediri sebagai sandera. Sodrakara meminta agar Gayatri cepat-cepat menyamar dengan mengenakan pakaian anaknya, lalu sembunyi bersamanya. Gayatri tidak menangis ataupun panik.
Tak peduli bahaya di sekelilingnya, ia bertanya di mana jenazah kedua orangtuanya, karena penting untuknya memberikan penghormatan terakhir kepada keduanya.
la menemukan jenasah kedua orangtuanya, guru, dan para petinggi keraton lainnya di ruangan yang menyeramkan itu.
Tubuh mereka berserakan di aula yang banjir darah bak boneka yang koyak. Gayatri berlulut di hadapan tubuh ayah dan ibunya, mencium, dan mendoakan jiwa keduanya.
Dia raih tangan ayahnya yang dingin dan bersumpah akan mengabdikan diri, untuk mengenangnya dan merawat apa yang telah diwariskannya. Sejenak kepedihan yang dalam menguasai dirinya. Setelah itu, ketakutan dan berpikir bisa bertahan hidup seorang diri.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(ams)