Serangan Bergelombang Jayakatwang Lenyapkan Kerajaan Singasari dari Bumi Nusantara

Kamis, 11 Juli 2024 - 07:09 WIB
loading...
Serangan Bergelombang...
Jayakatwang dan Aria Wiraraja menyimpan dendam dan berujung menyerang Kerajaan Singasari pada 1292 hingga mengakibatkan Raja Kertanagara terbunuh. Foto/Ilustrasi
A A A
Gayatri Rajapatni putri Raja Singasari dan seluruh pejabat istana dikejutkan dengan serangan mendadak Kediri. Pasukan Kediri membagi dua gelombang serangannya ke Singasari.

Awalnya serangan dari sisi utara ibu kota dilayangkan, tapi dengan jumlah pasukan yang sedikit.Di sini Pangeran Ardaraja, atau Raden Wijaya yang juga menantu dari Kertanagara, Raja Singasari langsung melakukan perlawanan.

Serangan dari sisi utara ini bisa dipukul mundur oleh Raden Wijaya dan pasukannya.

Tetapi serangan dari sisi selatan Ibu Kota tidak bisa diprediksi oleh Singasari. Apalagi saat itu kekuatan pasukan kerajaan berkurang akibat Ekspedisi Pamalayu, yang membuat pertahanan Singasari lemah.



Alhasil pasukan Kediri di bawah Jayakatwang, langsung merangsek masuk dari sisi selatan. Pasukan Kediri berhasil dengan mudahnya masuk hingga memasuki area istana dan ke dalamnya.

Di saat memberikan perlawanan di sisi utara, pasukan Raden Wijaya baru sadar ada serangan dari selatan yang jumlahnya lebih besar. Upaya perlawanan sempat dilakukan, tapi sayang pasukan seadanya Singasari ini kalah bertarung dengan Kediri.

Dikutip dari “Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit”, istana Singasari yang menjadi cikal bakal daerah Malang, berhasil ditaklukkan.

Seluruh pejabat kerajaan tewas dengan kondisi mengenaskan saat menjalankan ritual tantra, termasuk Kertanagara, istrinya, mahapatih, dan penasehat kerajaan. Para penyerbu mengamuk dan tanpa ampun membantai seisi ruangan.



Setelah itu, mereka memporak-porandakan seisi kota, memburu tawanan-tawanan penting dan melakukan penjarahan. Gayatri sang putri raja terakhir Singasari tidak berada di bangsal utama keraton selama serbuan berlangsung.

Dia sedang belajar di kamarnya yang terletak di dekat kamar pelayan pribadinya, seorang perempuan baik hati lagi bijak yang memiliki anak seumuran Gayatri. Sodrakara lari terbirit- birit ke kamar Gayatri, menangis, dan sejenak memeluknya.

Sodrakara mengabarkan, bahwa segerombolan tentara kejam telah menerobos istana dan membunuh kedua orangtuanya. Kakak sulungnya Tribhuwana telah kabur dari kota, berharap dapat bergabung dengan suaminya Pangeran Wijaya.

Adapun dua kakaknya yang lain tertangkap dan agaknya diboyong ke Kediri sebagai sandera. Sodrakara meminta agar Gayatri cepat-cepat menyamar dengan mengenakan pakaian anaknya, lalu sembunyi bersamanya. Gayatri tidak menangis ataupun panik.

Tak peduli bahaya di sekelilingnya, ia bertanya di mana jenazah kedua orangtuanya, karena penting untuknya memberikan penghormatan terakhir kepada keduanya.

la menemukan jenasah kedua orangtuanya, guru, dan para petinggi keraton lainnya di ruangan yang menyeramkan itu.

Tubuh mereka berserakan di aula yang banjir darah bak boneka yang koyak. Gayatri berlulut di hadapan tubuh ayah dan ibunya, mencium, dan mendoakan jiwa keduanya.

Dia raih tangan ayahnya yang dingin dan bersumpah akan mengabdikan diri, untuk mengenangnya dan merawat apa yang telah diwariskannya. Sejenak kepedihan yang dalam menguasai dirinya. Setelah itu, ketakutan dan berpikir bisa bertahan hidup seorang diri.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2847 seconds (0.1#10.140)