Kisah Keluarga Sumiran, Penghuni Terakhir Kampung Mati di Pegunungan Menoreh Kulonprogo
loading...
A
A
A
Menurut dia, karena Sumiran belum punya lahan dulunya, sehingga dia masih bertahan di lokasi meski kini sudah punya rumah baru di permukiman dengan akses yang lebih mudah. Rumah baru itu ia terima berkat sumbangan berbagai pihak dan komunitas atas keprihatinannya.
Namun, Sumiran merasa masih nyaman untuk tinggal di rumah lamanya, yang menjadi penunjang hidupnya sebagai tukang kayu. ”Sumiran, masih senang di sini. Tempatnya nyaman, sejuk, apa-apa ada. Mau cari kayu masih dekat di sini, lebih enak, lebih nyaman,” katanya.
Sumiran mengaku rumah barunya memang ditempati oleh anak-anaknya dalam kesehariannya. “Rumah baru ya ditempati anak-anak saya. Pulang sekolah di sana, kasihan kalau ke sini, anak kecil, sanga jauh,” ungkap Sumiran.
Kedati demikian, rumah lama digunakan untuk aktivitas pekerjaan Sumiran yang biasa aktif di malam hari, sehingga tidak mengganggu warga sekitar. Rumah baru masih dikunjungi, namun kalau tidur mereka masih di rumah lama.
Beberapa warga juga sudah mengajaknya untuk menempati rumah yang baru dan bergabung dengan warga lain, namun karena dia lebih nyaman di pedalaman, warga pun tak mau memaksa. Kini, Sumiran menjadi satu-satunya penghuni kampung mati tersebut.
(ams)