Atasi Masalah Sampah di Bandung Raya, Jabar Bangun TPPAS Legoknangka

Sabtu, 29 Juni 2024 - 14:27 WIB
loading...
Atasi Masalah Sampah di Bandung Raya, Jabar Bangun TPPAS Legoknangka
Pemprov Jabar menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT JES dalam pengelolaan TPPAS Legoknangka di Gedung Sate, Kota Bandung. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Jabar Enviromental Solutions (JES) dalam pengelolaan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legoknangka. Penandatanganan berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (28/6/2024).

Penandatanganan perjanjian kerja ini disaksikan langsung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest), Luhut Binsar Pandjaitan dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Keuangan, dan Menteri Lingkungan Hidup Pemerintah Jepang.



Dalam perjanjian kerja sama tersebut, PT JES berkewajiban mempertahankan rasio utang terhadap ekuitas minimal 80:20. Perjanjian juga mengatur periode konsesi selama 20 tahun per Tanggal Operasi Komersial (COD) yang diharapkan bisa dimulai Februari 2029 mendatang.

Termasuk ke dalam kerja sama yang ditandatangani, pemenuhan dokumen transaksi pada Desember 2024 serta uji komisioning yang dijadwalkan pada Agustus 2028. Perjanjian dengan PT JES akan dilengkapi dengan komitmen bersama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).



Penjabat Gubernur Jabar, Bey Machmudin mengatakan, Pemprov Jabar selaku Penanggung Jawab Projek Kerja Sama (PJPK) berkomitmen mengelola sampah regional di Cekungan Bandung dengan mempercepat operasional TPPAS Legoknangka.

"Proyek TPPAS Regional Legoknangka adalah bukti komitmen kami untuk Jawa Barat yang lebih hijau dan bersih. Kolaborasi ini akan membuka jalan bagi pengelolaan sampah yang canggih dan pembangunan berkelanjutan di Bandung Raya," kata Bey dikutip Sabtu (29/6/2024).



Diamengatakan, permasalahan sampah di Bandung Raya ini tidak pernah selesai sejak dahulu hingga saat ini.

"Sampah itu dari saya kecil hingga saya jadi gubernur, masalah sampah belum terselesaikan juga di Bandung Raya ini dan juga masalah transportasi juga sama," ungkapnya.

Oleh karena itu, melalui kerja sama dengan PT JES ini diharapkan permasalahan sampah di Bandung Raya dapat terselesaikan.

"Akhirnya melalui kerja sama, TPPAS Legoknangka ini yang sudah diinisiasi sejak 2020, jadi setelah ada pergantian kerja sama, mudah-mudahan berjalan lancar," imbuhnya.

TPPAS Legoknangka akan dibangun di atas lahan seluas 20 hektare di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. TPPAS Legoknangka akan menampung sampah di Bandung Raya yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.

Bey mengatakan, upaya pengurangan di tingkat rumah tangga tetap perlu dilakukan oleh masyarakat dengan dukungan dari pemda kabupaten dan kota. Jumlah penduduk metropolitan Bandung Raya terus meningkat dan berbanding lurus dengan penambahan volume sampah.

Jika tidak dilakukan pemilahan sejak dari rumah, kata Bey, maka beban tempat pembuangan sementara dan TPPAS Legoknangka akan semakin berat.

"Saya berharap komitmen dari bupati dan wali kota yang terkait dengan TPPAS Regional Legoknangka, sampah ini tetap agar terjaga (pengelolaan mandirinya)," imbuhnya.

Sementara itu, Luhut Binsar Pandjaitan berharap, pengerjaan infrastruktur dari proyek TPPAS Legoknangka dapat dipercepat dengan tetap mencermati hasil yang bagus agar bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan.

"Saya berharap penyelesaian infrastruktur bisa berjalan lancar dengan hasil yang bagus karena sangat penting (secara tidak langsung) bagi kebersihan air Sungai Citarum," ucap Luhut.

Luhut mengatakan, bahwa proses kerja sama ini memerlukan waktu panjang. Penandatanganan ini harus dijadikan momentum untuk membawa aura positif bagi masyarakat.

"Perjanjian kerja sama yang ditandatangani hari ini merupakan momentum dari upaya panjang sejak 2019," ujarnya.

Luhut menyebut, TPPAS Legoknangka bisa menghasilkan 2.000 ton sampah perhari yang bisa menghasilkan 40 megawat listrik. Menurutnya, hal ini akan berdampak langsung terhadap lingkungan, salah satunya terkait kualitas air di Sungai Citarum.

"TPPAS Legoknangka ini menghasilkan 2000 ton per hari sampah yang banyak sekali menurut saya dan juga memberikan 40 mega watt listrik. Ini akan berdampak terus terang saja pada kualitas air Citarum, jadi Citarum kita bersihkan," ungkapnya.

Luhut pun mengapresiasi pihak investor yang telah mau berinvestasi di Jabar khususnya pada proyek TPPAS Legoknangka. Dia berharap, kedepan Jabar maupun Bandung Raya bisa makin bersih.

"Nanti akan membuat Bandung ini lebih bersih lagi dan orang makin banyak datang ke Bandung karena tadi Kereta Cepat diinformasikan itu memberikan sampai kemarin weekend 22.300 penumpang dan rata-rata sehari sekarang di atas 10.000-an," katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar, Prima Mayaningtyas mengatakan, kehadiran PT PII sendiri sebagai penjamin infrastruktur dalam kerja sama antara Pemprov Jabar dan PT JES.

"Kalau ada sesuatu yang terjadi di antara kedua belah pihak, maka dijamin oleh PT PII yang nantinya pastinya akan dikembalikan. Contoh keterlambatan pembayaran nanti akan dibayar dulu oleh PT PII nanti baru pemprov bayar kesana, dan baru kabupaten/kota bayar ke kita," ucap Prima.

Prima mengatakan, Pemprov Jabar akan langsung melakukan proses pembangunan infrastrukur TPPAS Legoknangka usai adanya penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut.

"Target pelaksanaan sih kalau di timeline kita itu di tahun 2029 awal, makanya Sarimukti itu kita harus bener-bener memanfaatkan, nanti perluasan ini baru di sekitar akhir tahun. Mudah-mudahan sebelum habisnya Sarimukti bisa digunakan sampai menunggu ini, nah itu target kita sih," tuturnya.

Prima mengatakan, dalam proyek tersebut total nilai investasi sebesar Rp4 triliun, Pemprov Jabar akan mendapatkan Viability Gap Fund (VGF) sekitar Rp1,3 Triliun.

Sementara untuk Badan Unit Pelaksana (BUP), Prima meyebut akan mendapatkan sekitar 13,5 sen Dollar/Kwh dari penjualan listrik yang dihasilkan dari Legok Nangka.

"Nah itu 13,5 sen nanti kita lihat PJBL-nya bisa beli berapa karena dia harus liat bahan bakar (sampah) dia akan access dan dia harus bisa menjaga stabilitas si panasnya itu karena listriknya kan ga bisa naik/turun harus stabil," katanya.

Oleh karena itu, Prima berharap proses pembangunan TPPAS Legoknangka yang telah tertunda selama 22 tahun ini dapat segera terlaksana dengan baik dan lancar.

"Jadi diproses bisnis sampah ini memang tidak mudah dan tidak murah, tapi demand teknologi ini, semakin canggih teknologinya. Ini tekhnologinya saya sudah liat, Alhamdulillah banget bagaimana teknologi di Jepang itu jauh banget kualitasnya, dan itu lah kalau mau bagus seperti ini barang tentu konsekuensinya perlu harga yang mahal juga," tandasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1808 seconds (0.1#10.140)
pixels