Kasih Tak Sampai ke Putri Sunda Bikin Hayam Wuruk Galau Nikahi Paduka Sori

Kamis, 21 Maret 2024 - 05:53 WIB
loading...
Kasih Tak Sampai ke Putri Sunda Bikin Hayam Wuruk Galau Nikahi Paduka Sori
Kisah cinta Raja Majapahit Hayam Wuruk dengan putri sunda Dyah Pitaloka Citraresmi. Foto/Istimewa/AI Nusantara
A A A
Perang Bubat membuat hati Raja Majapahit Hayam Wuruk berantakan. Bagaimana tidak, sosok perempuan yang hendak ia nikahinya yakni Dyah Pitaloka Citraresmi berakhir gagal.

Bahkan sosok perempuan anak Raja Sunda Maharaja Linggabuana Wisesa ini harus meninggal bunuh diri melihat ayah dan ibunya meninggal saat perang ditumpas Gajah Mada.

Gajah Mada memporak-porandakan rencana lamaran dan pernikahan antara Hayam Wuruk raja muda Majapahit itu dengan putri Sunda. Apalagi sosok Dyah Pitaloka Citraresmi juga memiliki kecantikan luar biasa sehingga membuat Hayam Wuruk, benar-benar bucin.



Peperangan Bubat memang membuat kondisi lamaran dan pernikahan jadi kacau semuanya. Peperangan berat sebelah ini mengakibatkan seluruh rombongan pengiring pengantin dari Kerajaan Sunda gugur.

Konon dari pejabat Sunda - hingga pasukannya, termasuk sang raja sendiri hanya satu perwira yang berhasil melarikan diri yakni Pitar, karena berpura-pura gugur.

Sementara sang putri Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi memilih mengakhiri hidupnya sendiri melihat ayah ibunya gugur di tangan pasukan Bhayangkara yang dikomandoi Gajah Mada. Ia tampak sedih dan terkejut usai Perang Bubat.

Usai Perang Bubat, sebagaimana dikutip dari "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" dari Prof. Slamet Muljana, Hayam Wuruk memang terlihat sedih. Ia merasa bersalah karena niatan menikahnya gagal terealisasi hingga membuat Dyah Pitaloka Citraresmi memilih bunuh diri.



Tetapi dikisahkan pada Pararaton sebagaimana tercantum pada buku yang ditulis sejarawan Prof. Slamet Muljana tersebut, Hayam Wuruk sebenarnya juga akhirnya menikah dengan seorang perempuan cantik.

Perempuan cantik itu bernama Paduka Sori, putri Wijayarajasa dari Wengker, yang ia nikahi usai Perang Bubat. Bahkan Pararaton mengisahkan Hayam Wuruk konon masih hidup selama 32 tahun pasca Perang Bubat, hingga akhirnya mangkat atau meninggal dunia pada 1389.

Menariknya konon hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada tidak langsung renggang setelah Perang Bubat.

Mahapatih Gajah Mada konon masih ikut mengiringi sang prabu Hayam Wuruk dalam perjalanannya keliling ke Lumajang pada tahun 1359, sebagaimana terdapat di pupuh 18 / 2 Kakawin Pararaton.

Bahkan Gajah Mada dan Hayam Wuruk juga masih sama-sama ikut dalam perayaan serada tahun 1362 untuk memperingati wafatnya Sri Rajapatni atau Gayatri, yang merupakan nenek Hayam Wuruk.

Pada tahun 1364 Pararaton menyinggung mangkatnya Gajah Mada sebagaimana pada pupuh 71 / 1. Kakawin Pararaton pulalah yang mengisahkan Gajah Mada melakukan mukti palapa atau bisa dikatakan pemberhentian dari jabatannya.

Pemberhentian Gajah Mada dari patih amangkubhumi ini konon terjadi sesudah Perang Bubat.

Karena sang prabu Hayam Wuruk tidak menyetujui politik Gajah Mada terhadap Sunda. Peristiwa ini yang disebut sejarawan Slamet Muljana sama sekali tidak disinggung pada Nagarakretagama.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1645 seconds (0.1#10.140)