Kisah Shalawat KH. Raden Asnawi Menggetarkan Penjara Kolonial Belanda
loading...
A
A
A
Saat masih kecil, dan mengikuti kedua orang tuanya yang merupakan pedagang konveksi, KH. Raden Aznawi sempat ikut belajar mengaji di sebuah pesantren di Tulungagung. Kemudian melanjutkannya di Jepara, dengan berguru kepada KH. Irsyad Naib. Setelah itu, dia juga menimba ilmu di Makkah, selama 20 tahun.
Selama berada di Makkah, KH. Raden Aznawi tinggal di rumah Syekh Hamid Manan, lalu menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah, yang merupakan janda Syech Nawawi al-Bantani. Dari pernikahan tersebut, dia dikaruniai sembilan anak.
Saat berada di Makkah, KH. Raden Aznawi juga mengajar para santri, di antaranya KH. Bisri Syansuri, KH. Wahab Chasbullah, KH. Dahlan, KH. Saleh Tayu, KH. Chambali, KH. Mufid, dan KH. Ahmad Muchit.
Persahabatannya dengan KH. Hasyim Asy'arie,KH. Wahab Chasbullah, KH, Bisri Syansuri, serta sejumlah kiai lainnya di Pulau Jawa, menjadikannya sosok yang turut berkiprah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). KH. Raden Aznawi wafat pada 26 Desember 1959, pada usia 98 tahun.
Hingga kini ajarannya masih terus berkembang, salah satunya dikenal dengan Shalawat Asnawiyyah. Keteguhannya dalam perjuangan, dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan serta agama, hingga kini juga masih terus diteladani dan diamalkan.
Selama berada di Makkah, KH. Raden Aznawi tinggal di rumah Syekh Hamid Manan, lalu menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah, yang merupakan janda Syech Nawawi al-Bantani. Dari pernikahan tersebut, dia dikaruniai sembilan anak.
Saat berada di Makkah, KH. Raden Aznawi juga mengajar para santri, di antaranya KH. Bisri Syansuri, KH. Wahab Chasbullah, KH. Dahlan, KH. Saleh Tayu, KH. Chambali, KH. Mufid, dan KH. Ahmad Muchit.
Persahabatannya dengan KH. Hasyim Asy'arie,KH. Wahab Chasbullah, KH, Bisri Syansuri, serta sejumlah kiai lainnya di Pulau Jawa, menjadikannya sosok yang turut berkiprah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). KH. Raden Aznawi wafat pada 26 Desember 1959, pada usia 98 tahun.
Hingga kini ajarannya masih terus berkembang, salah satunya dikenal dengan Shalawat Asnawiyyah. Keteguhannya dalam perjuangan, dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan serta agama, hingga kini juga masih terus diteladani dan diamalkan.
(eyt)