Kisah Penyatuan Kerajaan Kediri Singasari usai Perkawinan Politik dan Pemberontakan
loading...
A
A
A
Sepeninggal Tohjaya, Rangga Wuni naik tahta dan mengambil nama abhiseka Wisnuwardhana, sedangkan Mahisa Campaka mengambil nama abhiseka Narasinghamurti dan menjadi Ratu Angabhaya (raja kedua atau wakil raja).
Prasasti Mula-Malurung tidak menyinggung soal pemberontakan atau komplotan, menguraikan secara biasa bahwa sepeninggal Sang Prabu Tohjaya, Nararya Seminingrat naik tahta berkat dukungan pembesar, terutama dukungan Sang Pamegat di Ranu Kababyan Sang Apanji Patipati
Berkat dukungan itu, pulih kembali Kerajaan Tumapel atau yang biasa dikenal Singasari.
Sebagai balas budi, Sang Prabu Seminingrat atau yang akrab dengan Wisnuwardhana meresmikan Desa Kayu Manis sebagai tanah perdikan bagi para brahmana, sebagaimana terdapat pada lempengan III B Prasasti Mula-Malurung.
Dapat ditambahkan di sini bahwa lempengan III A menguraikan perkawinan antara Nararya Seminingrat atau Wisnuwardhana dan Nararya Waning Hyun, puteri Bhatara Parameswara dari Kediri, paman Nararya Seminingrat.
Jadi, Seminingrat dan Waning Hyun adalah saudara sepupu.Seperti telah disinggung di atas, berkat perkawinan itu, Nararya Seminingrat memperoleh hak waris atas kerajaan yang diperintah oleh Bhatara.
Parameswara. Alasan ketiga yang perlu mendapat perhatian ialah penobatan Nararya Tohjaya sepeninggal Guning Bhaya
Prasasti Mula-Malurung mengatakan bahwa Tohjaya adalah kakak Guning Bhaya. Pernyataan itu agak janggal kedengarannya, karena biasanya saudara muda yang menggantikan saudara tua, tidak kebalikannya.