Kisah Maksum Jauhari, Ulama dan Pendekar Silat Legendaris NU yang Miliki Berbagai Karamah
loading...
A
A
A
Keajaibanpun terjadi, dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang ditumpangi peserta konvoi bocor secara serentak. Karena bannya bocor rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakan.Akhirnya terpaksa mereka pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.
Kelebihan ini juga terbukti ketika dia diundang pengajian di daerah Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1999. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada orang yang menikamnya. Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itu disimpannya karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.
Gus Maksum juga disebut-sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi. Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.
Dia juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan. Hal itu dilakukan, karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan. Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).
Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.
Pengalaman Gus Maksum mengenai santet, diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Sekitar pukul 01.30 WIB, saat Gus Maksum hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju ke arah pahanya.
Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya. Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma bertanya. "Mbanyol ta (mau bercanda ya?)". Seketika, bola api itu melesat pergi di tengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh. Saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya. Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. "Mau main-main ya,". Langsung saja, kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.
Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.
Kelebihan ini juga terbukti ketika dia diundang pengajian di daerah Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1999. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada orang yang menikamnya. Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itu disimpannya karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.
Gus Maksum juga disebut-sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi. Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.
Dia juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan. Hal itu dilakukan, karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan. Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).
Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.
Pengalaman Gus Maksum mengenai santet, diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Sekitar pukul 01.30 WIB, saat Gus Maksum hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju ke arah pahanya.
Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya. Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma bertanya. "Mbanyol ta (mau bercanda ya?)". Seketika, bola api itu melesat pergi di tengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh. Saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya. Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. "Mau main-main ya,". Langsung saja, kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.
Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.