3 Daerah Penting di Luar Ibu Kota Kerajaan Majapahit Penopang Perdagangan
loading...

Candi Sukuh merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit. Foto/Kebudayaan Kemdikbud
A
A
A
Tiga kota ini menjadi penopang perekonomian Kerajaan Majapahit di Jawa bagian timur. Kota-kota itu menghubungkan Majapahit dengan perdagangan internasional antar negera, hingga antarbenua.
Memang secara lokasi Kerajaan Majapahit berada sedikit masuk ke pedalaman dengan menelusuri sungai. Tapi peran kota-kota pelabuhan di uțara Pulau Jawa, khususnya di bagian timur begitu sentral.
Tuban, Gresik, dan Surabaya menjadi tiga kota penting yang memainkan sektor perdagangan dan menopang perekonomian masyarakat Majapahit, selain tentu ibu kotanya sendiri. Berita dari Dinasti Ming China menggambarkan bagaimana empat kota tanpa tembok.
Tanpa tembok di sini barangkali sering ditafsirkan tanpa penghalang atau perintangan, sehingga membuat para pedagang-pedagang internasional singgah. Memang biasanya kapal asing akan singgah pertama kali di Tuban, yang berada di pesisir utara bagian barat dari Jawa bagian timur.
Wilayahnya perbatasan langsung dengan Rembang, dan strategis pada peta perdagangan Nusantara, sebagaimana dikutip dari buku "700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai".
Setelah ke Tuban, biasanya pedagang asing akan menuju ke Gresik, lalu ke Surabaya, hingga akhirnya merapat ke Majapahit, tempat di mana raja bertempat tinggal. Gresik terletak di sebelah timur Tuban, dan dapat dicapai dalam setengah hari perjalanan. Kurang lebih 11 km di selatan Gresik terletak Surabaya.
Dari Surabaya dengan menggunakan perahu kecil orang berlayar ke Canggu yang berjarak sekitar 40 kilometer. Canggu merupakan pasar yang ramai dikunjungi para pedagang. Bila akan menuju Ibu Kota Majapahit, orang masih harus berjalan lagi ke arah selatan dalam setengah hari perjalanan.
Di Ibu Kota Majapahit, pedagang-pedagang asing dari Campa, Khmer, Thailand, Burma, Srilangka, dan India, akan tinggal. Pedagang itu biasanya berdagang sambil tinggal beberapa waktu di ibu kota Majapahit. Seperti halnya di Jawa lainnya, pedagang itu pun ditarik pajak.
Di antara komoditi dari negara asing yang dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik Cina, kain dari India, dan dupa dari arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempah-rempah dan hasil pertanian lainnya Pada masa Majapahit, selain keramik Cina diimpor juga keramik dari Vietnam (Annamı) yang berupa piring, mangkuk, cepuk, dan gelas besar.
Memang secara lokasi Kerajaan Majapahit berada sedikit masuk ke pedalaman dengan menelusuri sungai. Tapi peran kota-kota pelabuhan di uțara Pulau Jawa, khususnya di bagian timur begitu sentral.
Tuban, Gresik, dan Surabaya menjadi tiga kota penting yang memainkan sektor perdagangan dan menopang perekonomian masyarakat Majapahit, selain tentu ibu kotanya sendiri. Berita dari Dinasti Ming China menggambarkan bagaimana empat kota tanpa tembok.
Tanpa tembok di sini barangkali sering ditafsirkan tanpa penghalang atau perintangan, sehingga membuat para pedagang-pedagang internasional singgah. Memang biasanya kapal asing akan singgah pertama kali di Tuban, yang berada di pesisir utara bagian barat dari Jawa bagian timur.
Wilayahnya perbatasan langsung dengan Rembang, dan strategis pada peta perdagangan Nusantara, sebagaimana dikutip dari buku "700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai".
Setelah ke Tuban, biasanya pedagang asing akan menuju ke Gresik, lalu ke Surabaya, hingga akhirnya merapat ke Majapahit, tempat di mana raja bertempat tinggal. Gresik terletak di sebelah timur Tuban, dan dapat dicapai dalam setengah hari perjalanan. Kurang lebih 11 km di selatan Gresik terletak Surabaya.
Dari Surabaya dengan menggunakan perahu kecil orang berlayar ke Canggu yang berjarak sekitar 40 kilometer. Canggu merupakan pasar yang ramai dikunjungi para pedagang. Bila akan menuju Ibu Kota Majapahit, orang masih harus berjalan lagi ke arah selatan dalam setengah hari perjalanan.
Di Ibu Kota Majapahit, pedagang-pedagang asing dari Campa, Khmer, Thailand, Burma, Srilangka, dan India, akan tinggal. Pedagang itu biasanya berdagang sambil tinggal beberapa waktu di ibu kota Majapahit. Seperti halnya di Jawa lainnya, pedagang itu pun ditarik pajak.
Di antara komoditi dari negara asing yang dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik Cina, kain dari India, dan dupa dari arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempah-rempah dan hasil pertanian lainnya Pada masa Majapahit, selain keramik Cina diimpor juga keramik dari Vietnam (Annamı) yang berupa piring, mangkuk, cepuk, dan gelas besar.
(rca)
Lihat Juga :